29. KEHANCURAN AFGAN

36 3 1
                                    

BAB 29. KEHANCURAN AFGAN

Setelah memesan, Afgan dan Flora harus menunggu sampai makanan itu jadi. Mereka duduk bersampingan dan hanya diam tanpa ada obrolan. Rasanya mereka masih canggung.

Afgan melihat sekitar jalan raya untuk menghilangkan rasa bosan. Mereka persis seperti anak sekolah yang bolos, karema masih memakai seragam sekolah putih abu-abu.

Dari kejauhan Afgan melihat badut berambut keriting berwarna-warni dan perut yang besar melambaikan tangan pada anak anak yang berlalu lalang. Satu orang yang ada di pikiran nya adalah Lyora. Setiap kali ia jalan bersama gadis itu, jika bertemu badut, Afgan langsung memeluk Lyora agar cewe itu tidak ketakutan.

Afgan jadi deja vu dan rindu pada gadis yang dahulu menjadi kekasihnya. Namun, tiba tiba ia melihat Lyora yang sedang berlarian tak jauh dari badut itu. Wajah nya panik menggambarkan ketakutan.

Cowo itu seakan lupa disampingnya ada Flora, Afgan berlari menghampiri Lyora yang tak jauh dari jaraknya.

Mereka berlari berlawanan arah, mereka saling lihat. Sampai jarak dikedua nya mendekat, Afgan memeluk Lyora, dan Lyora pun membalas pelukan Afgan.

Flora menyaksikan itu semua, sedari Afgan berlari Flora sudah memperhatikan. Again... Flora menyaksikan orang yang dicintai nya memeluk orang lain.

Flora tersenyum miris bersamaan dengan itu dadanya sesak. Lagi lagi Flora melihat Afgan memeluk perempuan itu hangat, seakan Afgan sangat sayang pada Lyora. Tak membiarkan Lyora ketakutan, dan masih ada rasa cinta di hatinya.

Sementara Flora tidak tahu bahwa Lyora takut pada badut. "Mereka nggak bisa dipisahkan. Bahkan saat ada gue disini mereka pelukan menebus rasa kangen." lirih Flora.

"Gue memang perusak, pencuri, dan perempuan brengsek yang ngambil kebahagiaan orang lain. Tapi ini juga bukan kemauan gue." mata yang sedari tadi berair kini sudah menangis.

Menggigit bibir bawahnya agar tidak bersuara. Tak peduli jika sakit dan bibir nya terluka, karena yang ia rasa hanyalah sakit didada.

"Mba, ini pesanan nya." tiba tiba seorang perempuan menghampiri Flora sembari memberi satu kantong plastik.

Flora segera menghapus air mata di pipi nya lalu beranjak dan membayar pesanan nya. Mba itu pun kebingungan melihat mata Flora yang masih ada sisa-sisa air mata, sekaligus sembab.

"Terima kasih." ujar Flora berusaha tersenyum ramah meski dada masih terasa sesak.

Cepat cepat Flora berbalik badan menghapus lagi sisa sisa air mata yang terlihat. Tak jauh dari nya Afgan masih memastikan Lyora baik baik saja.

"Kamu ngga pa-pa?" tanya Afgan pada Lyora.

"Aku takut tiba tiba ada badut di depan aku." ucap Lyora masih ketakutan.

"Badut nya udah ngga ada, kamu nggak perlu takut." Afgan menenangkan Lyora. Seketika ia teringat kembali bahwa dirinya bersama Flora tadi.

Cowo itu menoleh kebelakang nya. Flora sedang memperhatikan nya, dengan kantong plastik di tangan nya. Namun, dengan cepat Flora mengalihkan pandangannya dari Afgan, lalu melangkah sedikit berlari menjauh.

Afgan bingung harus apa, mengejar Flora atau tetap bersama Lyora.

Lyora juga melihat Flora, ia tidak enak hati mengingat jika status nya sekarang adalah bukan pacar Afgan lagi. Dan Afgan sudah mempunyai tunangan. Tidak, Lyora tidak ingin menjadi pelakor dihubungan orang yang sudah resmi.

"Aku pergi dulu, mau temui Ayah dirumah sakit. Semoga bahagia dengan orang baru, Atha. Aku rela walau akan sakit." Lyora melengos pergi.

"Riell." panggil Afgan, Lyora menoleh.

AFGAN AND FLORA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang