19. TAK SIAP UNTUK KEHILANGAN

24 1 0
                                    

"Sayap yang di renggut paksa dengan tiba tiba
membuat gue ngga bisa terbang untuk menjelajahi
dunia. Tapi gue di paksa untuk tetap baik-baik
saja diatas luka yang menganga."

~Flora Syaqila Alexandr~

BAB 19. TAK SIAP UNTUK KEHILANGAN

"Udah tenang?" Afgan melepaskan pelukan nya, tangan nya mengusap wajah Flora yang basah akan air mata.

Ia tidak peduli apa yang di lakukan Afgan, saat ini yang ia pikirkan hanya Bunda dan Ayah nya. Flora menggeleng lemah, ia belum melampiaskan semua nya.

"Tumpahkan semua nya di sini, jangan pedulikan orang orang yang menatap lo, karna yang merasakan sakit hanya lah lo bukan mereka." ucap Afgan.

"Gue ngga pernah rela Bunda sama Ayah, Allah ambil. Gue belum siap, ini semua terlalu tiba tiba."

"Keadaan bisa berubah kapan saja, begitu pula perasaan."

Flora menatap Afgan yang sedang menatap nya juga. Ibu jari Afgan sibuk mengusap air mata Flora yang tak berhenti keluar. Afgan tersenyum hangat untuk pertama kalinya pada Flora.

Flora tak ada niatan untuk mengalihkan pandangan, ia ingin beristirahat sejenak dengan memandang mata sayu Afgan. Cowo manis itu terus saja tersenyum, Afgan mengerti hanya ia lah obat untuk Flora saat ini.

"Afgan, lo lelaki yang berhasil membuat gue jatuh cinta sampai sejatuh jatuhnya, bahkan jika lo pergi dari hidup gue, gue akan tetap mencintai Afgan. Lo jatuh cinta yang paling bahagia, walaupun terkadang gue terluka, tapi gue ngga peduli sama luka itu."

"Gue pernah terluka saat mencintai Afgan dan gue juga pernah bahagia saat mencintai Afgan. Lika liku mencintai mu akan ku lalui dengan senang hati, walaupun kadang menyayat hati."

"Afgan lo cinta kedua setelah Papa, dan lo cinta terakhir setelah Papa pergi." batin Flora.

Papa adalah panggilan untuk Reyhan. Masih ingat Reyhan? Papa kandung Flora, yang meninggal saat kecelakaan di jalan tol. Kejadian yang sama, saat mereka ingin berlibur ke jepang.

Mereka masih bertatapan, mata mereka melihat satu sama lain. Afgan yang masih memegang pundak Afgan, dan Flora yang hanya diam.

Afgan membiarkan Flora memandang nya, tidak apa tidak salah dan tidak dosa juga, karna mereka sudah halal.

Setelah beberapa saat, cewe itu memutuskan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Flora menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan. "Gue mau ketemu Bunda sama Ayah."

Flora tidak lagi menangis sejak menatap Afgan. Hanya saja matanya sudah membesar karna menangis.

"Ayo." Afgan meraih tangan Flora, ia pun menggenggam tangan cewe itu dan melanjutkan langkah nya yang sempat tertunda.

~~★~~

Kini mereka sudah sampai di pintu ruang mayat yang ada di rumah sakit itu. Flora mematung tak berani untuk masuk ke dalam. Ia tak menyangka Bunda dan Ayah nya yang baru saja bersama nya tadi pagi sekarang sudah tidak bernyawa.

"Bunda, Ayah aku ngga siap." lirih Flora. Tak lelah air mata terus mengalir begitu deras.

"Kenapa Bunda pergi lagi? Kila masih belum puas bersama Bunda."

Lirihan Flora sangat menyayat hati, siapa pun yang mendengar pasti akan merasakan sakit nya juga.

"Kedua sayap aku hilang bersamaan. Bunda kalau mau pergi aja aku, jangan tinggalin aku di dunia yang banyak luka nya ini." Flora lemah tak ada kekuatan dalam dirinya saat ini.

AFGAN AND FLORA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang