15. THE WEDDING

27 1 0
                                    

Bab 15. THE WEDDING

Afgan mengusap rambut basah nya memakai handuk setelah menyelesaikan ritual mandi nya. Cowo dengan celana pendek dan baju hitam polosnya menduduk kan dirinya di kasur empuk.

Sudah tiga minggu lama nya Afgan tak komunikasi dengan Lyora, di sekolah pun Afgan mengabaikan Lyora jika cewe itu menyapa nya. Bukan tanpa alasan, hanya saja Afgan tak mau Lyora masih mengharapkan nya.

Afgan sesekali melihat Lyora sedih saat ia mengabaikan cewe itu. Hal itu mampu membuat, hati Afgan sakit, Afgan harus menjauhi gadis yang ia cintai hanya karna perjodohan.

Akan tetapi Afgan tahu jika perjodohan itu adalah permintaan Bunga, Sebab Zelita adalah sahabat Bunga sedari kecil. Afgan akan melakukan apapun demi Bunga bahagia.

Afgan rela meninggalkan orang yang di cintai nya hanya demi sang Mama. Dan Afgan juga rela memaksa perasaan nya untuk mencintai gadis lain. Pengorbanan demi pengorbanan sudah Afgan lakukan, namun Afgan tak juga dapat kasih sayang dari Mama nya itu.

Cowo itu tetap sabar bertahun-tahun, seluas itu kesabaran Afgan untuk mendapatkan perhatian? walaupun makian sering Bunga lontarkan, Afgan dengan kuatnya bertahan dan tak membenci Bunga.

Afgan menaruh handuk nya di kasur tak peduli handuk itu basah. Pikiran nya saat ini tertuju pada pernikahan nya dengan Flora yang akan di selenggarakan besok hari. Mengapa bisa secepatnya ini? Afgan tak tahu bagaimana caranya menjalankan rumah tangga, wajar saja cowo itu masih 18 tahun.

Ceklekk

"Boleh Papa masuk?"

"Masuk aja Pa."

Evan masuk ke kamar putranya lalu berjalan ke arah Afgan yang sedang duduk di kasur dengan bersandar bantal yang ada di punggung Afgan.

Evan ikut duduk di samping Afgan dan tak lupa senyum yang selalu ia pancarkan di depan anaknya.

"Kamu sudah siap?"

"Siap nggak siap, Afgan harus siap."

"Menjalankan rumah tangga di usia muda memang susah, tapi kamu harus bisa dan jalani dengan baik." ucap Evan. Afgan tak membalas perkataan sang Papa, cowo itu masih sibuk dengan pikiran nya.

Ceklek

Pintu terbuka menampilkan seorang perempuan cantik remaja, dia Vanessa adik Afgan. Vanessa masuk dengan memegang buku tulis, Afgan mengerti pasti adiknya meminta bantuan mengerjakan tugas.

"Abang bantuin aku kerjain PR biologi dong, aku nggak paham." Ucap Vanessa setelah dekat dengan Afgan. Dugaan Afgan tak melesat.

"Sesekali kamu harus belajar Van, biar nggak minta bantuan sama abang mu terus." Ujar sang Papa, Afgan tersenyum dan beranjak dari kasur lalu menatap Evan.

"Nggak apa-apa kali Pa, lagian Vanessa cuma minta bantuin dan jelasin pelajaran yang nggak dia ngerti." Setelah nya Afgan berjalan menuju meja belajar nya, Vanessa tersenyum dalam hati nya ia sangat senang mempunyai Abang sebaik Afgan.

"Tenang aja Pa, Essa akan pintar di ajari Abang. Papa percaya 'kan?"

"Iya Papa percaya."

AFGAN AND FLORA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang