"Mat Amat lo lagi di mana ?"
"Manggil yang bener"
"Nama lo Amat kan Ahmad rendra? Masa iya gue panggil—"
"Dah lah buat malas aja."
Tut.
"Di matiin."
Jia berdecak. Kembali menghubungi lagi, satu kali percobaan tak diangkat. Percobaan kedua baru di angkat.
"Kenapa di matiin, kenapa gak di angkat ?"
"Sekarang gue yang tanya balik, lo temen gue?"
Jia terdiam. Lalu mendesis.
"Iya iya ah maaf."
"Iya iya maaf iya maaf. Entar di ulang lagi. Sekalian aja pas lebaran maafnya, kumpulin aja dulu kesalahan lo."
"Ih iya ah. Bang ?"
"Gimana? Bang ya bang bang."
Jia menghela nafas panjang. Mendengar sambungan sebrang sana yang hening, mendingan lah Jia manggilnya begitu. Ada sopannya.
"Bang lo lagi di mana ?"
"Hm di rumah."
Berhasil lah ya buat dia tenang. batin Jia, tersenyum.
"Maaf ya bang buat kesal. Itulah kenapa sang maha kuasa kirim abang ke aku buat di ajak ribut terus karena aku kesepian." ucap Jia pelan begitu pelan. Yang tak terdengar jelas.
"Hah apa, ngomong apa kamu ?"
"Gak ko gak papa."
hening sesaat. Jia mau bersuara lagi namun berhenti saat Amat yang bersuara, membuat Jia sebaliknya yang kesal.
"Kenapa? Kenapa nelpon?"
"Ko kenapa ?!"
Apa gak peka? Apa masih kesal dia? Orang mau nelpon aja juga, mau dengar suara lo. Malah jadi gak mood Jia.
"Hm mau jalan ?"
"Engga." ketus Jia sudah bete.
"Gue ke sana nih."
"Engga perlu. Biar lo berdiri di depan rumah gue juga, gue gak mau jalan !"
"Terus maunya apa ?"
"Ya apa kek gitu. Transfer duit kek, gojekin makanan kek, apa kek nanya lagi. Udah lah udah gak mood lah udah lah!" bentak Jia, menggerundel menatap ponsel sampai ke tembok kamarnya. Setelah sesaat mode senyap telepon dia setel.
"Gak ada." jawab Jia langsung mematikan sambungan telepon.
Tut..
Yang sejam kemudian tak ada pergerakan apapun dari pihak Amat, Jia juga masih nyaman di posisinya main handphone rebahan di kasur. Jia bangun dengan malasnya, duduk bersila dengan guling di pelukannya.
Layar handphone yang masih bersuara dari game asmr masak-masak di sana di kembalikannya ke layar beranda. Menekan ikon lain untuk menghiburnya, bosan sedikit saja tak menyenangkan Jia menekan ikon lain dan itu pesan chat.
Dilihatnya tak ada notif dari siapapun. Ekspresi Jia berubah muram.
"Sepi banget hidup ini ya Tuhan."
"Teman gak punya, Pacar.. ?"
"Gak tau deh."
Dimas?
Jia teringat cowok itu yang meninggalkan makanan untuk mamanya, dengan secarik kertas di rebut Amat tadi pagi.
"Dia ngajak jalan tapi gak ada tanda-tanda dia kirim pesan. Apa sih ah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jia
Teen Fictionuntuk perempuan seperti aku, di sayangi karena keinginan bukan ketulusan seakan tak jadi masalah karena aku sendiri sadar bahwa ketulusan yang sebenarnya aku cari di kamu, ada di keberuntungan aku memiliki kamu. "Kamu berbeda dari lelaki lain" -wal...