"Aku mau nanya."
"Hm.."
"Kenapa kamu kembali ?"
"Enam bulan. Kamu kira aku gak capek nunggu."
"Kamu nunggu aku ?" tanya Amat menatap Jia, mencari keyakinan di diri cewek itu.
"Kamu tahu sendiri kalau aku gak bisa lepas dari kamu, kenapa masih nanya."
Amat terenyah tawa. "Iya iya."
"Pertama aku mau bilang makasih ke kamu udah mau nunggu aku. Kedua karena aku ini masih pacar kamu."
"Masih pacar ?" urai Jia menyerngit. "Kenapa kamu bilang aku ini masih pacar?"
"Aku gak pernah ada ngucapin kata putus, aku cuma bilang jaga diri kamu ya."
"Aku hanya capek makanya menghindar dari hubungan kita."
"Seenaknya kamu begitu ?"
"Bukan seenaknya tapi kita perlu menjauh untuk memperbaiki diri masing-masing."
"Dan aku jadi tahu kalau kamu itu lebih dari nafsu aku sayang."
"Gak." tegas Jia jauh dalam hati sebaliknya bahagia. "Aku gak mau nerima." lanjutnya agak gengsi.
"Ya kamu gak papa gak mau nerima, tapi aku maksa kamu."
"Lagian yang kamu mau itu cuma aku kan?"
"Gak usah sok tahu!" damprat Jia. Ekspresinya yang biasa berubah cemberut dan matanya yang memanas ingin menangis.
Jia terisak begitu saja. Amat bergerak agak ragu sekarang, tapi tetap memeluk cewek itu.
"Maafin aku ya sayang. Kita perbaiki lagi dari awal.."
Jia menjauhkan badannya tak ingin di peluk. "Kenapa?"
"Kenapa.. kamu begitu nyaman masuk lagi ke dalam hidup aku? Sedangkan aku sampai mengemis hebat, aku begitu susah buat masuk ke hidup kamu."
"Kenapa aku gak bisa benci. Kenapa.."
"Udah yaa.. Aku juga udah mengemis ke kamu. Kita adil." Amat tersenyum manis. Jia seperti meluluh dan ingin menyadarkan kepalanya yang di tangkap Amat masuk ke dalam rengkuhannya.
"Tapi makasih ya kamu udah mau balik ke aku." Jia makin terisak.
"Aku mau nikahin kamu."
"Serius?"
"Iya."
Jia tersenyum manis. Membalas pelukan cowok itu.
>>
Yang bikin bahagia walau memiliki hubungan tak sehat ya yang akhirnya bisa tetap bersama dan tinggal di rumah yang sama.
"Sayang.."
Jia menatap Amat yang mengenakan pakaiannya di depan lemari, sedangkan dirinya duduk selonjoran di kasur dengan remot di genggaman tangan. Mengalih-ngalih chanel tv yang pas.
"Sayang mau ikut? Aku mau main bola sama anak-anak.."
"Di mana ?"
"Futsal."
"Ih gaamau."
"Yaudah kamu di sini aja ?"
"Gak mau juga. Kamu di sini aja."
Amat terdiam walau sudah mengenakan pakaian rapinya ingin berangkat. Harus ia urungkan tak perlu.
"Iya sayang."
"Mending sama kamu yaa, quality time romantis-romantisan."
Jia melihat Amat naik ke atas kasur dengan ekspresi yang tak bersemangat. Ia jadi bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jia
Teen Fictionuntuk perempuan seperti aku, di sayangi karena keinginan bukan ketulusan seakan tak jadi masalah karena aku sendiri sadar bahwa ketulusan yang sebenarnya aku cari di kamu, ada di keberuntungan aku memiliki kamu. "Kamu berbeda dari lelaki lain" -wal...