"Sayang, kamu ada haid ?"
"Gak ada." jawab Jia. Karena kalau ia berbohong pun percuma, kalau hs hampir sering belakangan ini.
Melihat tatapan Amat semakin mendalam padanya. Jia batuk di sengaja lalu pandangannya teralih ke depan.
"Tuh ada orang."
Amat berdiri melayani pembeli. Jia menghela nafas rileks.
Merasakan badannya jadi lemas, Jia bersuara lirih.
"Bang."
"Hm."
"Masih lama ?"
"Aku mau pulang duluan gak papa?"
"Pakai gojek juga gak papa."
Amat menoleh, di saat pembeli berpaspasan sudah pergi.
"Kenapa ?" tanya Amat menghampiri Jia.
"Pusing bang. Kayak mau pingsan aku."
Amat mengerjabkan matanya melihat raut wajah Jia pula terlihat sayup. Ia melihat jam di pergelangannya. Yang pasnya juga itu jam, pasar akan tutup.
"Yaudah aku beresin jualan dulu. Kita pulang."
"Masih bisa nahan kan?"
Jia mengangguk lemah lagi.
"Terus kita langsung ke rumah sakit yaa.."
"Gak!" seru Jia. Membuat Amat kaget, Jia lagi bersuara dengan tersenyum tipis.
"Maksudnya aku, aku cuma mau tidur aja gak mau di periksa."
"Ya bang ?"
"Yaudah kalau sayang maunya begitu."
Jia hanya berusaha menjadi lebih dewasa dalam hubungannya yang sakit ini.
>
Jia menerima panggilan video Amat. Jia berharap Amat gak akan membahas soal tadi siang.
"Gimana udah mendingan ?"
Jia hanya mengangguk sembari menguap.
"Sayang ngantuk ?" Amat sendiri melihat jam masih jam 08.00 malam.
"Tadi pulang kamu tidur kan?"
"Sayang."
"Gak bang, gak bisa tidur nyenyak."
"Kenapa bisa?"
"Kepikiran macam-macam. Jadinya ngantuknya di jam sekarang.."
Mata Jia terbuka dari yang tadinya ingin menutup. Sembari menggaruk sudut matanya yang gatal, Jia menatap ponselnya dengan mata sayu berbicara lagi.
"Bang besok kan masih libur ya aku lihat di kalender dua hari tanggal merah, kita ke apartement yuk."
"Sayang mau ke sana? Kenapa?"
"Iya. Ada yang mau aku bicarain. Tapi secara langsung aja."
"Yaudah aku jemput besok."
"Hm."
"Tumben gak tantrum ?"
"Tantrum kenapa?" tanya Jia dengan mata sudah tertutup, tapi tangannya yang tersandar pada dinding tembok dengan siku bertopang pada kasur masih tahan memegang ponsel.
"Ya tantrum soal apa aja?"
"Iyaa bang."
"Kok iya bang ?" Amat tertawa melihat cewek itu yang memejamkan matanya. Gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jia
Teen Fictionuntuk perempuan seperti aku, di sayangi karena keinginan bukan ketulusan seakan tak jadi masalah karena aku sendiri sadar bahwa ketulusan yang sebenarnya aku cari di kamu, ada di keberuntungan aku memiliki kamu. "Kamu berbeda dari lelaki lain" -wal...