12

14 6 0
                                    

Mengutak ponselnya melihat nomor seorang dokter yang di beri Caca, Jia menyimpan kontak itu lalu menghapus kontak yang di kirim Caca.

Siapa tahu Amat mengecek ponselnya bahaya, itu cowok bisa saja penasaran kenapa dan apa maksud Caca mengirimkan kontak seorang dokter. Mengembalikan room chat keluar, notif dari Amat muncul beberapa menit lalu.

|Pulangnya sama aku ya.

Jia mengembalikan ikon wassap ke beranda dan mematikan ponselnya tanpa membalas pesan Amat.

"Aku pulang sama Amat aja, Ca."

"Oh gitu yaudah."

"Kalau gitu gue duluan ya." 

"Gue juga mau pulang." balas Jia juga bangkit dari bangkunya menatap kearah belakang.

"Oh oke."

"Makasih loh Ca traktir minumnya."

Caca yang agak tersenyum pada Jia memudarkan senyum seketika dan tak membalas kata Otong. Entah lah dia agak masih tak suka dengan cowok itu, entah dari cowok itu berbicara yang menusuk sampai ke hati atau juga karena beberapa kali membela Jia.

"Bro duluan." ucap Otong dan Igun di boncengan, melengos dengan motor matic itu selesai berkata pada Amat.

"Cerita apa tadi sama dia ?" tanya Amat sembari menyodorkan helm. 

"Banyak."

"Salah satunya ?"

"Mau tau?" tanya balik Jia, sembari memasang helm dan mengeratkan seatbelt helm. Kedua tangannya turun menatap Amat yang masih menatapnya diam bersandar pada motornya. Bahkan memasang helmnya belum.

"Masa gak berbagi cerita ke aku."

"Tentang cewek. Kamu sebagai cowok gak usah tahu."

"Gak mungkin tentang cewek doang. Pasti ada tentang hal lain."

"Ada."

"Nah yaudah ceritain."

"Gak mau."

Amat mendatarkan ekspresinya dari menatap menyipit ke Jia.

"Ayo pulang." ucap Jia agak merengek.

"Gak mau cerita nih?"

"Engga." jawab Jia cepat. Amat lalu memasang helmnya dan menunggangi motornya. Jia menaiki seperti biasa kesusahan, terlebih roknya yang modelan span.

Di perjalanan saling diam beberapa lama, Amat bersuara yang kurang jelas Jia dengar. Padahal Amat tak laju menyetir.

"Mau mampir Indomaret dulu gak ?"

"Hah?"

"Indomaret." singkat Amat mengulang katanya. Tapi Jia sendiri masih salah dalam mendengar.

"Kan udah bilang engga tadi. Maksa banget sih."

"Indomaret sayang. Bukan masalah tadi."

"Apa Hotel—?"

"Hotel kepala lo pea."

"Indomaret Yaya."

"Oyo? Tadi hotel ?"

"Ya Tuhan budek apa gimana sayang kamu, kita lagi gak mau ngewe. Aku ngajak ke Indomaret."

"I N D O M A R E T. Indomaret sayangku."

"Oh Indomaret. Ayo!"

Sampainya di depan. Jia turun dengan melepas helmnya. Begitupun Amat dan masuk ke toko retail itu.

JiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang