Dan ini Flashback awal jadian Jia dan Amat ketemu. Ini gak di ceritakan ke Caca karena bagi Jia agak vulgar dan cukup dia saja dan Amat yang tahu.
Jia hanya ingin mengingat bayang-bayang pertemuan itu. Sembari menunggu Caca ke ATM untuk keperluan pribadinya jadinya Jia menunggu saja di cafe.
Oke flashback on.
Aku ceritain hal yang aku mau ceritain aja.
"Bro !"
Jia yang tengah mengutak handphonenya. Menoleh ke samping, karena panggilan keras seseorang itu ke orang lain.
"Ya sabar bego."
"Igun gimana ikut ke rumah Dani?"
"Gue gak bisa bro."
"Eleh pacaran terus lo bisanya."
Jia yang jadi terfokus memperhatikan sekumpulan kaka kelas itu, pandangannya terhenti pada cowok berkacamata anti radiasi itu, begitupun cowok itu pandangannya terkesima pada Jia.
"Mat, malah diam aja."
"Ngeliat siapa lo?" celetuk Azis. Iris mata Azis sempat melihat Jia dari arah fokus mata Amat, hanya saja banyaknya warga sekolah yang berhambur keluar dari kandang karena waktu pulang sekolah itu, membuatnya salah fokus dan melirik-lirik ke siswi-siswa yang lain.
"Kalian duluan aja," ucap Amat sudah kembali menatap ke kawan-kawannya. Begitupun Jia sendiri kembali menatap ponsel dengan pikirannya jadi mengarah ke cowok itu.
"Lah lo?"
"Lagian motor gue masih di dalam." celetuk Amat. Karena motornya masih di parkiran.
"Ah yaudah lah. Gue duluan aja lah." Rizky yang bonceng Iqbal melengoskan motor revo itu lebih dulu sebelum yang lain mengekor dan Amat sendiri berjalan menghampiri Jia.
Jia yang mendongak menatap kepergian kaka kelas itu dengan motornya, pandangannya kembali ke samping. Betapa kagetnya ia satu kaka kelas itu berjalan seperti melangkah kearahnya, karena bersamaan seperginya teman Amat, ada 3 cewek yang juga sama menunggu jemputan sudah pergi hanya tersisa Jia. Atau mungkin Jia saja yang hanya ke-Pedean di samperin? pikir Jia langsung membuang muka.
"Jia, kan?"
Jia menoleh, agak termundur ke samping saat Amat sudah berada di dekatnya.
Jia tersenyum tipis yang kaku membalas senyuman ramah dari Amat, meneguk ludahnya Jia bersuara membalas. "Iya."
"Lagi nunggu siapa?" ucap Amat lagi. Biasa basa-basi kecil.
"Bapa aku."
"Hm belum datang ya.."
"Bukan sih. Bukan belum datang tapi gak jadi jemput, ini mau pesan gojek."
Amat memangut-mangutkan wajahnya lirih. Diam beberapa saat Jia agak gatel juga ingin bercakap lebih jauh.
"Eh bukannya lo.. " Jia menghentikan katanya dan mengalihkan perkataannya ke arah lain, "Lo sekolah di sini juga ?" Jia menatap dengan agak mengedipkan matanya lambat.
Amat jadi tertawa lirih. "Iya."
"Kamu kelas berapa ?" tanya Amat lagi.
"Kelas 2 IPA."
"Kalo aku kelas 3 IPA."
"Hm kenapa aku gak pernah lihat kamu di sini? Ketemu kemarin di rumah kamu langsung di jodohin ketemu langsung juga sekarang di sini."
Jia tersenyum simpul. "Gak tahu, gue gak terlalu aktif juga di sekolah. Cuma sering di kelas.."
"Oh ya ?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jia
Genç Kurguuntuk perempuan seperti aku, di sayangi karena keinginan bukan ketulusan seakan tak jadi masalah karena aku sendiri sadar bahwa ketulusan yang sebenarnya aku cari di kamu, ada di keberuntungan aku memiliki kamu. "Kamu berbeda dari lelaki lain" -wal...