10

11 4 0
                                    

"Gimana apa kata dia?" tanya Putri kembali datang pada Amat.

"Ya bukan karena Rio, pacar lo sendiri yang hamilin."

"Terus kenapa pacar gue bilangnya Rio ?"

"Put, lo tanya langsung aja sama Rio, datang aja udah lo ke rumah gue. Biar abang gue sendiri yang jelasin." jawab Amat lelah sendiri karena masalah itu.

"Gue udah putus sama cowok gue dan dia benci sama gue karena hamil." elak Putri mengurai cerita yang sama sekali Amat tak peduli.

"Itu pacar lo sendiri pelakunya. Dia cuma ngincar badan lo, bukan cinta lo Put." sosor Otong tak habis pikir dengan cewek modelan begitu. "Lagian lo masih kelas satu kan? Bisa-bisanya pacaran sama anak ABG, di sementara lo masih bocah baru hidup eh hidup maksud gue baru setengah matang."

Putri tersindir dengan perkataan Otong yang menusuk hati. Tapi ia mengabaikan kata kaka kelas itu, fokusnya hanya pada Amat.

"Lo ya yang tanggung jawab."

Brak!

Meja di gebrak pelan agak ke-keras oleh seorang cewek, Putri sendiri yang berdiri di antara kumpulan cowok itu hampir limbung karena senggolan tubuh cewek itu. Mereka juga di sekitar bangku itu terperangah dan menatap ke cewek itu. Jia.

"Enak aja!" Jia menyerobot bicara, menatap tajam Putri.

"Sana lo! Minta tanggung jawab sana deh lo sama dukun sana.. sekalian dukun beranak biar enak lo lahiran gak bayar mahal."

"Siapa yang berbuat, siapa di suruh tanggungjawab. Gak bisa! gak bisa! Lo pergi deh. Dasar cewek aneh!"

"Eh lo jangan ikut campur. Lo siapa?"

"Gue?" Jia tunjuk pada diri sendiri. "Gue.. Bukan siapa-siapa tapi sikap lo itu murahan!"

Amat yang mendengar agak tak terima karena cewek itu bukannya bersuara seperti ini, "Gue? Gue pacarnya Amat lah" tapi ini malah tak masuk akal dan menyebalkan.

"Lo kalau mau tanggung jawab sama Rio langsung, ngapain ke adeknya ?"

"Gatel banget lo jablay."

"Heh!? Mulut lo !" Putri sudah terpancing emosi. "Lo sendiri apa bukan jablay? datang-datang gak jelas bukan siapa-siapa lagi. Aneh lo bodoh!"

"Yang sopan kenapa lo, sebagai adik kelas."

"Ngapain sopan lo aja gak sopan sebagai kaka kelas."

"Dih. Dih!" Jia mencibir. Jia agak mundur melepas sepatunya, Otong sebagai yang paling dekat Jia, karena duduknya. Sudah sigap menghalang kalau terjadi adu tangan.

"Lo pergi gue bilang! Atau mau gue timpuk perut lo itu ?"

Seperti di remehkan tingkahnya Jia mendekat, tangannya sudah terangkat di atas udara siap menimpuk. Di saat itu Otong langsung membawa Putri menjauh dengan paksa.

"Lo juga kenapa gak pukul aja? Simpati simpati sama orang tapi kalau udah ngadepin kegatalan si cewek pukul bang pukul! Lo mah ya kalau lo ramah dia bakal semena-mena."

"Ah udahlah capek gue ah." Jia melenggang pergi. Malu sendiri dengan sikapnya membela Amat. Terlebih anak lain menatapnya dengan keanehan.

"Ada ada aja si Jia." ucap Igun bergumam. Amat bangkit dari duduk mengejar Jia yang sudah agak jauh.

>

"Gue minta tolong aja, lo jangan ganggu Amat."

"Kenapa emangnya?"

"Tadi cewek itu. Pacar Amat lah. Dia cuma bercanda bilang bukan siapa-siapa."

"Lagian lo gak tahu kejadian minggu kemarin? Tentang Jia itu? Lo jangan macam-macam, dia agak gila kalau lo sentuh punya dia apalagi bicara gak jelas kayak tadi. Untuk perut lo gak di timpuk dia, kalau gue telat bawa lo kan bisa pendarahan lol ?"

JiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang