"Hati-hati."
"Jangan macam-macam lo di sekolah."
Jia berhenti sebentar, melewati pengendara motor matic itu dari arah kamar kos sebelah,- sebelahnya dari kamar Jia.
Lalu baru lah Jia melangkah juga ingin keluar dari teras kamar kosnya yang langsung di tangkap oleh Tiara juga bersamaan ingin pergi. Cewek itu berjalan menyetarakan langkah Jia sampai depan halaman kosan.
"Ganteng kan adik gue ?"
Jia hanya menoleh sekilas pada Tiara dengan bermimik wajah agak cemberut lalu menatap lagi ponselnya.
"Idih sombong banget lo gak balas bicaranya gue." celetuk Tiara blak-blakan.
"Gue lagi gak mood bicara ka, maaf." balas Jia juga sama blak-blakannya.
Tiara mendengus. Lalu berkata lagi. "Btw.."
"Jadi lo gak ada rencana mau gugurin lagi?"
"Apa?" Jia mengerngit jadi tak suka pada Tiara yang menodong pertanyaan tentang kemarin.
Tiara berbisik. "Gue tahu lo hamil kan, pas gue ke kamar mandi lo. Testpack lo gak lo buang."
Jia sendiri yang menyadari bahkan lupa untuk menyimpan atau membuang, untungnya Amat tak melihat testpack itu.
Malas membalas kata Tiara, Jia mengabaikan sampai mobil kodok modern. Berhenti di samping mereka berdiri. Jenderal mobil itu di buka, Tiara bersuara lagi sebelum masuk ke mobil itu.
"Mau bareng langsung ?"
Jia menggelengkan kepalanya.
"Santai aja, sama gue sampai tujuan gue jamin."
Jia agak menyerngit sesaat, si cewek di dalam mobil itu. Jena seakan juga berbaik hati padanya menawarkan dan berbicara ramah, tapi dulu saja mereka berkelahi hanya karena makanan jatuh yang tak sengaja Jia senggol.
"Gak usah. Naik gojek aja ka." tolak Jia kembali menatap layar ponselnya.
"Udah mesan apa belum?"
"Ini mau mesan."
"Naik aja, lo ke mana emang?" tanya Tiara.
Jia yang masih mengutak ponselnya seraya menjawab lalu pandangannya beralih pada Jena lagi.
"Gak usah ka. Duluan aja."
"Serius gak mau?"
"Ah udah lah Tir. Gausah di paksa, lo mau hilang duit lo? Ayo ah. Udah telat nih."
"Partner lo udah nunggu lama di tempat."
Tiara menurut berlalu ke sisi pintu sebelah dan membukanya.
"Ka." panggil Jia, membuat pintu yang sudah di buka Tiara di urungkan sang empu untuk masuk.
"Kenapa?" tanya Jena. Entah dirinya atau Tiara yang di tuju Jia memanggil.
"Ke mana emang?"
"Kenapa emang lo, mau ikut ?" balas Jena balik bertanya.
"Nyari duit lah Jia. Lo mau ikut? Lumayan buat lo." tambah Tiara, menatap Jia dari arah pintu yang masih terbuka. Masih berdiri di sana.
Jia melihat pakaian Tiara yang seperti biasa terlalu terbuka setelah lulus sekolah. Seperti sekarang, dress merah menyala diatas lutut, yang di bungkus dengan jaket crop jensnya. Begitupun Jena, sendiri.
Tiara tertawa tanpa suara, "Lo mau ikut? Duitnya ngalahin gaji lo loh."
"Berapa?"
Tiara menautkan alisnya mendengar respon Jia itu, seperti ingin ikut dengannya. "Di atas umr Jia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jia
Teen Fictionuntuk perempuan seperti aku, di sayangi karena keinginan bukan ketulusan seakan tak jadi masalah karena aku sendiri sadar bahwa ketulusan yang sebenarnya aku cari di kamu, ada di keberuntungan aku memiliki kamu. "Kamu berbeda dari lelaki lain" -wal...