Secret

2.2K 195 70
                                    

Happy Reading!!

Perlahan kedua mata yang sejak semalam setia terpejam mulai terbuka kedua kedua perlahan. Rasa pening langsung menyerang membuat Marco meringis pelan dan telinganya menangkap suara perempuan yang memanggil namanya, ia menoleh dan melihat Kaira, adiknya, sedang menatap dirinya dengan khawatir. Marco mengerjapkan matanya mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam, bukannya dia sudah sampai di apartemen? Lalu masuk ke dalam unit apartemen yang ia tinggali dan bertemu dengan Kaira serta... Bara?

Marco langsung menoleh ke arah Kaira dan menatap Kaira dengan pandangan marah. Ya, ia tidak salah kalau semalam ia melihat Kaira berduaan dengan Bara dan itu membuat Marco menjadi marah, setelahnya ia tidak ingat lagi apa yang terjadi.

"Kak, tunggu bentar ya, dokternya bakal datang buat periksa kondisi kamu." Marco langsung menepis tangan Kaira yang menyentuh lengannya, ia segera bangkit duduk tanpa peduli kondisi tubuhnya tidak stabil sekarang.

"Kak, tiduran aja dul-"

"Apa peduli lo? Gua muak liat orang yang selalu membangkang kayak lo."

Kaira menatap Marco dengan memelas, ia mengerti kakaknya masih marah dengannya tapi untuk sekarang bisakah Marco mementingkan kesembuhannya dulu? Semalaman Kaira di rudung rasa khawatir karena kondisi Marco yang cukup parah. 

Ia bahkan tidak tidur semalaman untuk menunggu sang kakak siuman dan sekarang perlakuan seperti ini yang ia dapatkan? Ia tidak mengharapkan Marco akan menjelaskan semuanya karena Marco sangat tertutup, tapi setidaknya Kaira berharap Marco dapat jujur dengan keadaannya dan tidak memaksakan diri seperti ini, kalau memang sakit jangan memaksakan diri dan tidak apa-apa untuk terlihat lemah sebentar.

"Nanti kita bahas lagi, kak. Sekarang kamu istirahat dulu, kalau kamu gak mau aku disini temenin kamu, aku bisa tunggu di luar asal kamu mau di rawat dulu karena kondisi kamu parah semalam." Kaira hendak pergi tapi tangannya di tahan oleh Marco.

"Gua gak mau di rawat, gua mau pulang. Banyak kerjaan gua yang belum gua selesaiin."

Kaira menatap tidak percaya setelah mendengar permintaan Marco, "Kak! Kamu bahkan semalam kritis karena hilang banyak darah dan sekarang mau pulang?! Bisa gak jangan egois dulu? dan soal pertengkaran kita kemarin aku ngaku kalau aku salah udah sembarangan kasih tau alamat kita ke Alvaro, aku mohon kali ini aja-"

"Bukan cuma Alvaro tapi Bara juga. Lo maunya apa sebenernya? Kalo lo mau hidup sama dua cowok itu atau salah satu dari mereka ya silahkan, tapi jangan ngadu ke gua kalau mereka nyakitin lo lagi."

Keduanya kembali berdebat dan kalimat Marco tadi membuat Kaira tidak bisa berkutik, ia mengerti kalau Marco semarah itu dengannya dan dirinya juga mengerti letak salahnya. Kaira menurunkan pandangannya karena tidak tau harus menjawab apa, sedangkan Marco menetapkan hatinya untuk tegas dengan Kaira sekarang.

Tak lama seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan tempat Marco dirawat, Marco menoleh dan suasana hatinya semakin tidak karuan saat melihat Bara berada diambang pintu. Bara sendiri bingung dengan suasana yang terjadi sekarang karena hawa di dalam ruangan ini tampak begitu dingin.

"Masih berani lo nampakin muka lo di depan gua?" Ucap Marco dengan suara memberat menahan kesal tapi hal itu diabaikan oleh Bara.

"Kai, Marco udah di periksa sama dokter?" Kaira tersentak saat namanya dipanggil oleh Bara lalu ia menoleh ke belakang dan menggeleng pelan.

"Panggil dokternya, biar aku temenin Marco dulu." 

Kaira menatap ragu saat mendengar ucapan Bara tadi, ia menoleh ke arah Marco yang sudah mengalihkan pandangannya ke arah jendela dan tidak mau menanggapi ucapan Bara. Bara memberi kode pada Kaira untuk segera memanggil dokter yang menangani Marco membuat Kaira mau tidak mau menuruti ucapan Bara. Kaira segera keluar dari ruang rawat Marco dan meninggalkan Bara dan Marco di ruangan itu.

Not My Fault - HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang