Broke

3K 232 37
                                        

Happy Reading!!

Sudah tiga hari setelah Bara ijin kepada Kaira untuk berangkat ke Jepang karena urusan pekerjaan. Kaira masih belum mendapatkan kabar dari Bara, tidak bohong kalau Kaira khawatir dan menunggu pesan atau panggilan telfon dari Bara. Tapi Kaira sendiri tidak berani menghubungi terlebih dahulu karena takut mengganggu Bara.

Kaira menghela nafasnya sambil menatap ke arah ponselnya yang dari tadi menampilkan room chat milik Bara. Ia menunggu suaminya untuk mengabarinya dan menimbang-nimbang dalam hati untuk mengirim chat terlebih dahulu. Dengan gerakan tangan yang ragu akhirnya Kaira mengetik sebuah pesan kepada Bara.

'Bara, kamu baik-baik aja disana? Kalau sudah sempat tolong hubungin aku ya.'

Setelah mengirim pesan itu, Kaira masih dengan setia menunggu balasan pesan dari Bara. Wajahnya merengut, mood nya sedang berantakan hari ini. Sejak tadi pagi ia terus mual dan tidak nafsu makan. Kaira tidak mengerti apa yang terjadi pada tubuhnya, ia sudah minum obat pereda mual tapi tetap saja tidak mempan.

Kaira memaksakan diri untuk datang ke kafe hari ini, kalau dirumah terus ia akan semakin murung pikirnya. Setidaknya ia dapat berinteraksi dan melihat orang kalau datang ke kafe miliknya, hanya saja tenaganya terkuras habis.

******

"Pak, meeting di undur jadi satu jam lagi baru mulai." Bara menganggukkan kepalanya sambil matanya masih terus fokus ke ke pekerjaannya.

"Ada yang mau bertemu, Pak." Bara menoleh ke arah sekretarisnya dan melihat perempuan yang berdiri di samping sekretarisnya itu lalu tersenyum simpul.

"Ivy." Panggil Bara yang langsung beranjak berdiri.

Sekretaris Bara langsung undur diri saat merasa atasannya butuh privasi untuk menemui teman lamanya.

"Aku gak nyangka kamu disini juga." Ivy membawa Bara untuk mendekat ke arahnya lalu memeluk sekilas sebagai sapaan. Bara tidak menolak karena pikirnya ini adalah hal biasa yang mereka lakukan.

"Aku di minta sama Papa." Bara tersenyum lalu menyuruh Ivy untuk duduk di sampingnya.

"Padahal kita satu negara tapi ketemunya di negara orang." Bara terkekeh ringan lalu menatap Ivy yang sudah hampir satu tahun tidak pernah bertemu dengannya.

"Kamu yang kemana aja, sejak aku nikah, kamu berhenti hubungin aku."

"Ya, jelas. Kamu sudah ada istri jadi gak wajar kalau aku masih tetap ganggu kamu kayak waktu kamu masih bujangan."

Obrolan terus mengalir dan sesekali mereka membahas soal pekerjaan. Ya, setidaknya suasana hati Bara sedikit terobati dengan datangnya Ivy yang menemaninya mengobrol.

Bara terlalu asik mengobrol dengan Ivy sampai-sampai ia mengabaikan pesan yang masuk di ponselnya. Tak lama setelahnya mereka masuk ke ruangan meeting dan Bara menitipkan ponselnya ke sekretarisnya.

******

Kaira sudah lelah bolak balik kamar mandi dari tadi karena perutnya terus bergejolak seperti ingin memuntahkan sesuatu. Tubuhnya sudah lemas dan hari sudah hampir malam, tapi ia belum memasukkan satu makanan pun di dalam perutnya efek mual yang membuatnya tidak bisa makan apa-apa.

Kaira terus melirik ke arah ponselnya dan belum ada jawaban dari pesan yang ia kirimkan. Suasana hatinya semakin murung, Kaira menundukkan kepalanya dan mengelus perutnya yang sudah sedikit berisi.

"Jangan sekarang, tolong. Aku gak ada siapa-siapa yang ngurus aku." Gumam Kaira sambil memejamkan matanya.

Ponselnya berdering dan segera Kaira menyambar ponselnya itu. Kaira terkejut melihat Marco yang menghubunginya dan lebih terkejut lagi saat melihat isi pesan dari Marco.

Not My Fault - HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang