chapter 19: Semuanya Dimulai Dari Sini

7 4 0
                                    

⚠️ Di chapter ini terdapat kata-kata kasar yang sebaiknya tidak untuk ditiru, sekali lagi tidak untuk ditiru!

Happy reading all 🎉🤍



Di tempat gelap nan berkabut terdengar suara isak tangis dari seseorang yang sedang menelungkupkan kepalanya. Lelaki itu sedari tadi hanya menangis seperti seekor anak ayam yang terpisah dari induknya.

Jika semua ini hanyalah mimpi semata, Lyam ingin sekali bisa secepatnya terbangun dari mimpi yang paling ia hindari kedatangannya ini. Telinga Lyam menangkap beberapa suara yang membuat dadanya sesak untuk sesaat.

Lyam menutup kedua telinganya dengan mata yang terpejam kuat. Usahanya berujung sia-sia karena Lyam masih bisa mendengar suara bising meskipun telinganya sudah ditekan kuat oleh kedua tangannya.

Karena tak tahan dengan ini semua, pada akhirnya Lyam hanya bisa berteriak. "Pergi, pergi!!" teriak Lyam frustasi.

Bukannya mereda suara itu malah semakin mengeras membuat Lyam tambah frustasi saat mendengarnya. Lyam meremas rambutnya kuat dengan air mata yang sudah membanjiri pipi tirusnya.

"Pergi, gue mohon jangan ganggu gue lagi," lirih Lyam yang sudah tak memiliki cukup tenaga untuk sekedar berbicara.

Udara di sini pun mulai mendingin membuat Lyam menggigil dengan mulut yang sudah membiru. Pandangan Lyam perlahan mulai mengabur dengan napas terengah-engah.
Lyam memeluk lututnya masih dengan mata yang terpejam.

Saat ini yang dibutuhkan Lyam hanya sebuah dekapan hangat dari sang Mamah. Lyam mengira ini akan menjadi hari terakhir baginya sebelum ajal menjemput, sebenarnya masih ada beberapa hal yang belum bisa Lyam wujudkan, ada mimpi yang harus ia gapai serta membuat kedua orang tuanya bangga kepadanya.

Namun sepertinya takdir berkata lain, dia harus kehilangan nyawanya di tempat antah-berantah dengan kondisi mengkhawatirkan. Ketika mata Lyam akan tertutup, tiba-tiba saja Lyam merasakan tangan seseorang yang sedang memeluknya.

Lyam segera membuka matanya perlahan dan menemukan seorang gadis dengan rambut hitam lebat tengah memeluknya. Gadis di depannya ini mengunakan gaun berwarna putih, sayangnya Lyam tidak dapat melihat wajahnya karena ia tidak memiliki tenaga yang cukup untuk sekedar mengerakkan kepalanya saja.

Perlahan rasa dingin yang tadi menjalar di sekujur tubuh Lyam mulai tergantikan dengan rasa hangat yang disalurkan oleh seorang gadis yang tidak Lyam ketahui namanya ini. Gadis itu mulai melepaskan pelukannya lalu berdiri di depan Lyam sambil memperlihatkan seulas senyuman yang membuat lelaki bermanik coklat cerah itu membulatkan matanya.

"Adek," panggil Prisa dari luar pintu kamar sang anak.

"Kamu lagi ngapain? Kok ada asap yang keluar dari dalam kamar?" tanya Prisa beruntun membuat Lyam sadar.

Mata Lyam melebar dengan mulut yang terbuka. Wajah Lyam saat ini sudah dibanjiri oleh keringat dengan genangan air yang sudah hampir tumpah keluar dari mata indah itu. Kedua tangan Lyam tampak bergetar hebat, dia berusaha mengusap wajahnya meskipun terlihat kesusahan.

Lyam mulai menelisik setiap penjuru kamarnya namun pandangannya tertuju pada sebuah benda yang tergeletak di atas meja belajarnya. "Adek, kamu denger gak?!" teriak Prisa kembali membuat Lyam sadar dari lamunannya dan segera berlari menuju pintu.

Baru saja membukakan pintu kamarnya, tubuh Lyam langsung dipeluk begitu erat oleh Prisa membuatnya menautkan kedua alisnya. Prisa memegang pipi tirus Lyam dengan mata yang berkaca-kaca. "Adek, kamu gapapa?" tanya Prisa membuat Lyam merasa semakin bingung.

Find out the world Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang