"Amiraa.. " gadis kecil yang sedang bermain di halaman rumahnya itu lantas menoleh kearah sumber suara.
Lelaki paruh baya berbadan tinggi, berkulit agak kecoklatan, berkaca mata hitam, dan mengenakan topi diatas kepalanya itu berdiri tegap didepan rumahnya yang sudah lama tak ia kunjungi.
"Ayah.. " gadis itu memeluk lelaki yang ia panggil dengan sebutan Ayah itu.
Amira merasa bahagia karena bertemu dengan lelaki paruh baya itu, terlihat dari wajahnya. Lelaki yang biasanya hanya menelponnya lewat handphone, kini berasa di hadapannya.
Lelaki paruh baya itu berjongkok dihadapan Amira dan membalas pelukan gadis itu. Kurang lebih sudah enam tahun ia tidak berjumpa dengan putri bungsunya, tanpa ia sadari gadis kecil itu tumbuh dengan cepat, mulai dari cara bicaranya, cara dia berinteraksi dan parasnya yang begitu rupawan, sama seperti ibundanya, cantik.
"Amira, ini susunya sayang" Luna memanggil putri bungsunya.
Karena tidak dijawab sama sekali oleh gadis kecil itu, Luna kembali memanggilnya."Amiraa" tetapi gadis kecil itu tak kunjung menjawabnya juga, hingga akhirnya wanita paruh baya itu seperti mendengar ada suara laki-laki dihalaman rumah.
Luna berjalan menuju halaman rumahnya, kondisi pintu memang sudah terbuka sedari tadi. Luna kaget, karena melihat ada seorang lelaki yang sedang memeluk putri bungsunya. Tanpa takut ia berjalan menuju kearah lelak itu, ia berniat untuk menyiram lelaki itu dengan susu panas yang baru saja ia buat jika memang lelaki itu ingin mencuri anaknya, baru saja ia ingin menyiram lelaki itu, tetapi lelaki itu sudah melihat kearahnya.
Lelaki paruh baya itu sontak melepas pelukannya lalu berdiri tepat didepan Luna. Belum sempat lelaki itu mulai berbicara, tetapi Luna sudah mulai duluan.
"Mau apa kamu kesini?" Luna menarik tangan Amira agar bersembunyi dibelakang tubuhnya.
"Aku mau perbaiki semuanya Na" ucapnya dengan nada sedih.
"Enggak ada yang perlu diperbaiki, aku cuma butuh kamu buat tanda tanganin surat ce-" perkataan Luna tersendat karena Amira yang masih berada didekat mereka, ia tidak ingin Amira mendengar kalimat yang seharusnya tak pantas didengar oleh anak kecil.
"Mending kamu urus aja anak sama istri baru kamu itu"
"Aku gak mau kita pisah na, aku mau kita perbaiki semuanya" lelaki paruh baya itu tetap tidak menyerah.
"Tapi aku ga mau ma-"
Lelaki paruh baya itu memotong perkataan Luna. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Tapi salah satu anak kita harus ada yang ikut aku" ucap lelaki itu tanpa pikir panjang.
"Gak bisa!!" Luna sontak memegang dadanya yang sesak akibat perkataan lelaki itu.
"Aldef ikut aku!"
°°°
Aldef sontak terbangun dari tidurnya, ia terduduk lemas diatas kasur. Ia memegang dadanya yang sesak akibat mimpi yang baru saja singgah ditidurnya. Ia berdiri menuju meja yang berada sedikit jauh dari kasurnya, ia mengambil handphonenta berniat untuk melihat jam."Sial, gue telat" Aldef mengacak rambutnya frustasi.
Setelah bersiap-siap, Aldef beranjak turun kebawah, tidak lupa ia membawa jaket kebanggaannya. Ia mendapati ibundanya sedang menyuapi adiknya di meja makan.
"Pagi bun" sapa Aldef lalu beranjak pergi mengambil ku cinta mobil yang ia letak diatas lemari dapur.
"Pantes bunda nyari kunci mobil ga ketemu"
"Maaf bun" ucapnya lalu beranjak pergi.
"Kamu gak mau sarapan dulu nak?" ucap Luna.
Aldef menoleh kearah wanita paruh baya itu. "Gak usah bun, Al udah telat" setelah mengatakan kalimat itu, ia melanjutkan jalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulih?
Teen FictionAldef Alzeanda, lelaki yang memiliki berbagai luka. Mulai dari keluarga, percintaan, dan luka lainnya. Saat ia dihancurkan oleh kekasihnya, ia malah dibuat semakin terpuruk dengan kabar perselingkuhan ayahnya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan...