Jam sudah menunjukkan pukul 15.10. Aldef, Aksara dan Ashel sudah bolos empat jam pelajaran sejak istirahat pertama. Mereka duduk dikantin tempat biasa anak Aletra berkumpul, bisa dibilang markas kedua setelah markas utama Aletra. Sedari tadi, lelaki yang berdiri didepannya itu tidak berhenti mengoceh.
"Kak, duduk aja. Kakak gak capek berdiri terus" Ashel menepuk kursi kosong di sampingnya.
"Gak usah ngalihin pembicaraan" jawab Aldef.
Ashel menundukkan kepalanya, mata hazelnya yang indah menatap penuh arti pada Aksara yang duduk didepannya. Ia berharap lelaki itu dapat membantunya.
"Bang.." panggilnya dengan nada penuh harapan.
"Hm" jawabnya. Ia masih fokus memainkan handphonenya.
"Bantuin El" rengek Ashel.
"Liat gue" Aldef mengangkat dagu Ashel agar ia dapat melihat wajah gadisnya. Kedua mata mereka bertemu.
"Kak, jangan natap kayak gitu. El takut" Ashel menutup kedua matanya.
"Liat mata gue El" ucap Aldef dengan nada pelan.
Ashel sudah tidak punya cara lagi, ia akhirnya mengalah dan menatap mata tajam lelaki itu.
"Lo diskor tiga hari El, itu lama.."
"Gue gak bakal sekolah kalau lo gak sekolah"
Perkataan yang baru saja keluar dari mulut Aldef sontak membuat Ashel dan Aksara melihat wajahnya heran. Aksara yang sedang menyeruput icenya pun tersedak mendengar perkataan Aldef.
"Lo kemasukan jin apa Def?" tanya Aldef spontan. Untung saja tidak ada Antoni di sini. Jika lelaki itu ada disini, pasti Aldef akan ia ledek habis-habisan, walau akhirnya ia juga kenak imbas.
"Diem Sa" ancam Aldef. Tidak ada tampak bercanda pada wajahnya saat ini.
"Eh, udah pada balik?" tanya Ashel sedikit berteriak kepada salah satu siswa yang baru saja lewat dihadapannya.
"U-udah kak" jawab lelaki dengan kaca mata bulat itu gugup.
"Makasih ya" Ashel tersenyum heran.
"Kok dia keliatan takut gitu ya kak?" tanya Ashel kepada Aldef.
"Lo gak liat di depan lo siapa? Gimana gak takut coba, orang Aldef mandangnya gitu kok. Serem" jawab Aksara.
Sepertinya Aldef tidak suka melihat Ashel berbicara dengan laki-laki lain selain dia dan Aksara, teman-temannya? Jika tidak berlebihan ia akan membiarkannya, tetapi tidak untuk lelaki lain. Lihat saja bagaimana sikapnya tadi saat melihat Ashel bicara dengan Wiliam.
"Udah pada pulang lagi, apa gue izin aja ya" gumamnya.
Ashel termenung sejenak. Ia sedang bingung memikirkan apa alasannya untuk menemui Wiliam diruang OSIS. Jika ia berkata jujur, bisa jadi Aldef tidak akan membolehkannya. Jalan satu-satunya saat ini adalah berbohong.
"Oh iya" Aldef dan Aksara memandangnya heran.
"Kenapa?" tanya Aksara heran.
"E-el kesekolah dulu ya, ada yang ketinggalan" ucapnya bohong.
"Gue temenin" ujar Aldef.
"G-gak usah, E-el bentar doang kok" elaknya.
"Tap-"
"Kak.." rengeknya.
"Yaudah, kalau udah selesai langsung balik. Jangan ke mana-mana, kalau ada apa-apa langsung kabarin gue" jawab Aldef pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulih?
Teen FictionAldef Alzeanda, lelaki yang memiliki berbagai luka. Mulai dari keluarga, percintaan, dan luka lainnya. Saat ia dihancurkan oleh kekasihnya, ia malah dibuat semakin terpuruk dengan kabar perselingkuhan ayahnya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan...