Seorang gadis dengan piyama berwarna tosca itu terbangun di tengah-tengah tidurnya. Ia meraih handphonenya yang berada diatas nakas. Ia membuka handphonenya, ada beberapa pesan yang belum ia baca. Ternyata itu adalah pesan dari Aldef.
Setelah membaca pesan yang dikirim oleh Aldef, Ashel spontan langsung bangkit dari tidurnya. Perasaan takut mulai menghantui dirinya. Gadis itu berjalan menuju pintu kamar, ia berniat untuk memastikan apakah pintu kamarnya sudah terkunci. Ashel memutar knop pintu, pintu yang tidak terkunci itu pun langsung terbuka begitu saja. Ashel memukul dahinya, semua sumpah serapah ia keluarkan untuk dirinya sendiri. "Bodoh, bego. Kok lupa ngunci sih". Ia memutar kunci sebanyak dua kali. Setelah memastikan pintu benar-benar sudah terkunci. Ia kembali menuju keadaan kasurnya untuk melanjutkan tidur.
Ashel mendudukkan pantatnya diatas kasur, ia menyandarkan kepalanya didinding, tangannya bergerak untuk mengambil gelas berisi air diatas nakas. Ia meneguknya hingga tandas. Saat tangannya terangkat untuk mengembalikan gelas keatas nakas, hal yang tidak terduga tiba-tiba terjadi. Suara pecahan gelas memenuhi ruangan yang kini sudah gelap total. Tidak ada satu pun cahaya yang menerangi ruangan itu. Dengan susah payah ia bernapas, oksigen seakan-akan sudah hilang entah kemana.
Ashel meraba-raba dimana letak handphonenya. Saat tangannya sedang sibuk kesana-kemari mencari benda canggih itu tangannya tidak sengaja menyenggol sesuatu yang mengakibatkan benda itu terjatuh. Akibat terhempas ke lantai membuat benda itu mengeluarkan cahaya. Ternyata itu adalah handphonenya. Tangannya mencoba meraih handphonenya yang terjatuh cukup jauh dari kasur. Saat tangannya hendak meraih, ia malah terjatuh ke lantai, 'Arghh' ringisnya kesakitan. Tangannya yang lebih dulu menyentuh lantai terluka akibat terkena pecahan gelas yang baru saja terjatuh.
"Jangan An, gue takut.. " asal gadis itu. Pikirannya kini sudah tercampur aduk, air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya.
Tiba-tiba saja ingatan masa lalunya kembali.
"I like you, I love you, but I also love your body, Ash" lelaki itu mengeluarkan smirknya.
"Arghh" erangnya. Ia memegang kepalanya yang kini sedang berdenyut hebat, bayangan menyakitkan akan masalalu kembali terputar.
Flashback on>>
Seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolah tengah berlari diantara gelap malam, perasaan takut dan cemas sudah menghantui dirinya. Hanya satu yang adalah ia harapkan yaitu keajaiban dari tuhan.
Ashel meraba saku celananya, ia mengambil handphonenya.
"Ck, low- Aduh" kakinya tidak sengaja menginjak baru yang mengakibatkan tubuhnya terjatuh.
Gadis itu meringis kesakitan. Ia menoleh kearah belakang, detak jantungnya berdetak tidak karuan. Dengan susah payah ia mencoba untuk bangkit. Namun hasilnya nihil, kakinya terkilir.
"Where will you go baby, come with me" seorang lelaki yang mengikutinya mengembangkan senyum kemenangan.
Ashel memejamkan matanya takut, putus sudah harapannya. "Ya Tuhan, tolong El. El takut" lirihnya. Satu persatu air matanya mulai berjatuhan membasahi pipi mulusnya.
Lelaki yang masih mengenakan seragam sekolah yang bentuknya sama persis seperti baju yang dikenakan oleh Ashel, mulai mendekat kearah gadis itu. Ia berjongkok di hadapan Ashel. Tangannya terangkat untuk menyelipkan anak rambut milik Ashel kebelakang telinga gadis itu. Ia mendekatnya mulutnya ketelinga Ashel.
Tubuh gadis itu kini sudah membeku sempurna setelah mendengar bisikan dari lelaki itu. "Gue gak bakal ngelepas lo Ash-" ia menggantungkan ucapannya, senyum kemenangan terbit dibibir lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulih?
Teen FictionAldef Alzeanda, lelaki yang memiliki berbagai luka. Mulai dari keluarga, percintaan, dan luka lainnya. Saat ia dihancurkan oleh kekasihnya, ia malah dibuat semakin terpuruk dengan kabar perselingkuhan ayahnya. Hingga akhirnya ia dipertemukan dengan...