6.Sesuatu yang janggal

37 23 4
                                    

Seorang gadis yang masih mengenakan piyama berwarna pink muda itu tengah melamun memikirkan suatu hal.

'Tapi gak mungkin itu Ian" gumamnya.

Beberapa menit kemudian handphonenya berdering, ia melihat siapa yang menelponnya pagi-pagi seperti ini.

"Assalamu'alaikum sayangg" terdengar suara dari sambungan telepon.

"Mama..!!"

"Jawab dulu salam mama sayang"

"Waalaikumsalam ma"

Aksara sudah rapi dengan menggunakan kaos hitam kebanggaannya kini tengah menuruni anak tangga, berniat untuk menghampiri adiknya yang sedang dikamar, baru saja ia ingin membuka pintu kamar adiknya, tetapi ia mendengar seperti ada yang janggal, adiknya berbicara sendiri? Apakah dia sudah gila.

"Mama? " Lelaki itu heran, siapa yang ia panggil dengan sebutan mama? Sedangkan mamanya kini sedang berada diluar negri.

Aksara berniat untuk mengintip, tetapi belum sempat ia membuka pintu kamar adiknya, adiknya sudah terlebih dahulu membuka pintu.

"Mau ngintipkan lo? " ucap Ashel dengan senyum jahilnya.

"E-enggak kok" elak lelaki itu.

"Eleh" Ashel mencubit perut Aksara dan langsung pergi meninggalkan Aksara.

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Aksara mengikuti Ashel dari belakang, ia mendudukkan tubuhnya disamping adiknya.

"Bang.. " panggil Ashel sembari mengunyah roti yang ada dimulutnya.

"Hmm"

"El ngerasa ada yang janggal sama orang aneh kemarin" ucapnya lalu menatap mata Aksara.

"Kenapa?"

"El ngerasa gak asing sama bekas jahitan ditangannya" ucap Ashel lalu menundukkan kepalanya karena memori masa lalu yang teringat kembali.

Flashback on>>

Gavian menggenggam erat pisau yang berada ditangannya dan mengakibatkan darah segar mengalir dari tangannya.

"G-gue gak mau, g-gue takut" gadis yang mengenakan dress berwarna pink dengan robekan dibelakang dress itu kini tengah memohon lemas.

"Don't be afraid darling, I just wanna play with you darling' ucap Gavian.

Ashel membeku, air mata semakin deras mengalir membasahi pipinya, tubuhnya semakin lemas.

Gavian tersenyum jahat, entah setan apa yang sudah memenuhi pikirannya tetapi malam hari ini ia begitu kejam, tidak sama seperti Gavian yang ia kenal.

"Gue mau lo seutuhnya" ucap lelaki itu lalu melepaskan pisau yang berada ditangannya.

'Ya Allah, El takut' lirihnya dengan air mata yang terus membasahi pipi.

"lo bakal puas malam ini" ucap lelaki itu sembari menyeringai.

Gavian berjalan mendekat kearah Ashel dengan posisi darah yang masih mengalir ditangannya.

Belum sempat Gavian merapatkan tubuhnya dengan Ashel, Ashel sudah terlebih dahulu menendangnya. Gadis itu berlari keluar dari tempat itu.

'Sialan'

Flashback off<<

Setelah mendengar itu Aksara sontak membalikkan badannya menghadap Ashel.

"Lo kok gak pernah bilang ke gue?"

"Gue takut lo marah" Ashel menundukkan kepalanya karena ia merasa bersalah tidak memberitahu kakanya.

Pulih? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang