15.Rasa bersalah

32 18 3
                                    

*Haii!!jangan lupa share dan vote yaa
Semoga kalian suka sama ceritanya.
Jangan lupa bantu komen, karena komenan kalian itu bikin aku semangat!!!*

Happy reading's💐💐

***

Wayman, Rafael, Sky dan Antoni ikut menyusul Aldef. Kini mereka berempat sudah sampai di kediaman keluarga Geonatta.

"Buruan pe'a" Antoni menoyor kepala Sky kuat. Lelaki itu malah berhenti didepan kolam ikan yang berada didepan rumah keluarga Geonatta.

"Baru juga sembuh, udah marah-marah aja" gerutunya dengan nada pelan. Antoni yang mendengar gerutuan lelaki itu pun pura-pura bertanya tidak tau, "Apa lo bilang? Gue gak denger".

"Ck, buruan" beo Wayman yang sudah berdiri jauh didepan mereka. Dengan cepat mereka berdua berlari menyusul Wayman dan Rafael sebelum mendapat amukan dari Wayman.

"Masuk aja, lagian nyokap bokapnya gak ada dirumah" titah Wayman.

'Cklek'

'Plak'

Satu tamparan berhasil membuat darah segar mengalir dari hidung Aldef. Efek kecapean membuat dirinya lemah. Ia tidak melawan, ia hanya diam memandangi darah yang menetes ketangannya.

"Lemah banget lo, banci!" umpatnya untuk diri sendiri.

"udah bang" Ashel berusaha menahan Abangnya yang sudah kesetanan.

"Stop Sa!" bentar seseorang yang sedang berjalan menuju mereka.

"Ngapain kalian kesini? Mau bohongin gue? Mau bilang kalau kalian hampir mati demi belain dia? Bullshit!!" Aksara melayangkan tendangannya pada Aldef, Aldef yang ditendang masih diam tidak melawan.

"Anjing!" satu pukulan yang diberi Wayman berhasil membuat Aksara tumbang.

"Mau lo apa Sa??" sentak Wayman. Ia menarik kerah baju lelaki yang berada dibawahnya.

Ashel takut. Ia menutup kedua matanya, ia meremas kuat ujung bajunya untuk menyalurkan rasa takutnya. Kakinya tiba-tiba saja melemas saat hentakan demi hentakan semakin kuat keluar dari mulut Aksara dan Wayman.

"Lo egois Sa! Harusnya lo ngerti. Lo itu paling besar diantara kita, Sa! "

'Brukk'

Antoni reflek menahan Ashel yang hampir jatuh menghantam lantai.

"El" Aksara sontak menghampiri adiknya yang jatuh begitu saja.

"Gak usah disentuh. Lantujin aja adu mulut lo, egois lo Sa" halang Antoni.

"Punya hak apa lo ngelarang gue? Gue Abang dia" balasnya tak mau kalah.

"Abang lo bilang? Lo aja ga mikir perasaan dia Sa-" Antoni menggantungkan ucapannya.

"Bentakan lo bikin hatinya rapuh, walau bukan dia yang lo bentak. Karna dia cewek Sa. Nyokap gue gak ada lagi gara-gara bokap gue sering bentak Nyokap Sa, jantung sama mental nyokap gue kenak.. " Antoni menghela napas panjang. Air matanya turun begitu saja setelah ia mengatakan kalimat itu. Ia teringat betapa pedihnya ia saat ibunda tercinta pergi ketempat peristirahatan terakhir karena perbuatan bokapnya sendiri.

Aksara terdiam, ia mematung setelah mendengar perkataan Antoni.

***

"Pa, ini seriusan demam biasa?" tanya Wayman kepada Dokter Wahyu~orang tuanya.

Pulih? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang