Menjelang sore hari, wanita yang berstatus istrinya itu ... Nadya Andi Rifai sama sekali tak keluar kamar usai pemakaman ibunda tercintanya tadi pagi, Rajif mulai terganggu dengan pikirannya sendiri mengenai Nadya, apa gadis itu baik baik saja?
frustasi dengan pikirannya sendiri, Rajif memutuskan untuk memastikan sendiri kondisi Nadya di kamar... usai mengetuk pintu Rajif memasuki kamar wanita itu tak lupa mengucapkan salam. ia melihat tubuh ringkih itu bergetar, Rajif tau Nadya sedang menangis
"Nad.." Rajif berjongkok di pinggir tempat tidur menghadap istrinya, Nadya yang mendengar namanya di panggil membuka mata menatap wajah tampan yang menatapnya penuh iba itu
"saya disini" Rajif menyentuh tangan wanita yang menjadi mahromnya itu dan terkejut mendapati tubuh Nadya demam
"kamu demam? sebentar saya..." ketika Rajif hendak beranjak memanggil ibunya untuk merawat Nadya, tangan Nadya menarik kecil celana bahan yang Rajif kenakan
"Disini aja" entah dorongan dari mana Nadya berani mengatakan hal tersebut kepada laki laki yang sama sekali ia tidak kenal namun berstatus sebagai suaminya
Nadya berada di titik terendah dalam hidupnya, ia tak bisa mengandalkan siapapun termasuk dirinya sendiri, ia juga tak memiliki cukup rasa percaya diri bahwa ia akan melewati semua ini
Jika besok adalah hari terakhirnya hidup, ia rasa itu jauh lebih baik dari pada tetap bertahan sendirian tanpa ibunya
Rajif kembali duduk di sisi tempat tidur, tangan kanannya menggenggam tangan panas Nadya dan tangan kirinya menelpon sang ibu untuk memberinya obat
"Nadya belum makan sama sekali mas, umi taruh sini obat sama makannya ya" Ucap Almira meninggalkan putra dan menantunya itu
"Makan dulu Nad, duduk dulu" Nadya tak memiliki tenaga bahkan untuk berburuk sangka pada laki laki di hadapannya ini, Nadya hanya menurut membenarkan sedikit jilbabnya dan menerima suapan itu dengan begitu saja
Rajif bertanya tanya dalam hati, apa saja kesakitan yang di tanggung wanita ini sendirian selama ini? Nadya benar benar terlihat seperti mayat hidup
Baru tiga suapan Nadya mendorong pelan piring itu pertanda ia menyudahi makannya, lalu meraih obat yang di letakan Almira di atas nakas
"Di luar ada tahlil, saya tinggal ke depan ya? " Tanya Rajif, ia memberi ruang pada Nadya untuk kembali beristirahat setelah meminum obatnya
"Nanti saya cari salsa, biar dia temani kamu" Ucap Rajif, karna ia kira usia adik perempuannya dan Nadya tak terlalu jauh berbeda maka Nadya juga akan lebih nyaman bersama Salsa di bandingkan dengan dirinya
*****
Hari kedua pernikahan mereka Rajif masih belum kembali bertugas, ia bukan mengambil cuti untuk menikah melainkan mengambil cuti untuk orang tua atau mertuanya yang meninggal dunia, hari kedua pula Rajif menyandang status sebagai suami Nadya Andi Rifai
Tak banyak yang Rajif tau mengenai Nadya selain ia dokter spesialis kandungan di usia yang masih sangat muda, untuk saat ini jangankan berharap bisa lebih dekat dengan Nadya melihat Nadya keluar kamar dan menjalani hari hari seperti biasa saja Rajif pasti sudah sangat terkesan
Pasalnya gadis cantik itu tetap tidak keluar dari kamarnya sejak kemarin sore, tadi malam juga ia di kejutkan dengan suara tangis Nadya di tengah malam... Rajif membuka pintu kamar Nadya pelan berharap Nadya tak terganggu namun ia keliru, pukul setengah 2 dini hari Nadya masih memakai mukenahnya
"Panggil Nadya pulang juga ya Allah, Nadya ga bisa pisah sama ibu, Nadya sendirian bu" Rintihan Nadya di tengah tangis dalam sujudnya
Rajif membuka pintu sedikit lebih lebar, ia memperhatikan gadis itu... Entah mengapa hatinya terasa pilu mendengar tangis Nadya, tak tega mendengar rintihan kesakitan itu Rajif berjalan mendekat dan memeluk Nadya, meletakan kepala dara cantik itu di dadanya berharap bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Word
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...