14

3.7K 236 11
                                    



Rajif sengaja pulang sedikit lebih awal kali ini ia akan mendengarkan penjelasan Nadya dengan sebaik baiknya, wajah terkejut dan kecewa Nadya tadi pagi menghantuinya sepanjang hari sedikit rasa bersalah terbesit di hatinya lantaran terbawa emosi ia jadi melukai hati Nadya

Tak lupa Rajif membelikan telur gulung kesukaan Nadya saat perjalanan pulang tadi berharap mereka bisa duduk berdua berbicara dengan baik sambil memakan telur gulung itu namun Nadya tak juga sampai di rumah, Rajif mengecek kalender yang ada di meja apakah hari ini jadwal Nadya dinas malam ? Ternyata tidak lalu kenapa jam istrinya belum juga sampai di rumah?

Menit berganti jam Rajif mulai gusar saat menyadari Nadya terlambat lebih dari 2 jam sedangkan jarak dari rumah mereka ke rumah sakit tempat Nadya bertugas hanya 30 menit ia mulai menghubungi nomor telefon sang istri namun tak kunjung mendapat jawaban hingga suara deru mobil Nadya terdengar

Rajif berjalan ke depan menyambut kedatangan istrinya namun Nadya melewatinya begitu saja. 'Apa dia masih marah soal tadi pagi? ' batin Rajif dalam hati namun ia masih gengsi untuk memulai pembicaraan dulu

Nadya berjalan ke kamar dengan memijat pelipisnya kepalanya terasa berputar dan hampir pingsan andai saja Rajif tak mengekor di belakang Nadya maka sudah dapat di pastikan tubuh dara cantik itu akan membentur lantai dengan cepat

"Kamu kenapa? " Tanya Rajif akhirnya membuka suara

"Pusing banget aku" Rajif mengangkat Nadya dalam gendongannya kali ini mereka belum bisa berbicara menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada mereka sejak pagi tadi melihat kondisi Nadya yang tidak memungkinkan

"Kenapa tadi ga telfon aja biar saya jemput" Ucap Rajif menurunkan Nadya diatas tempat tidur empuk mereka

"Mas kan marah sama aku" Suara Nadya sangat kecil ia takut kalimatnya akan menyinggung suaminya namun ia juga terlalu pusing untuk mencari cari alasan lain biarlah kali ini Rajif mendengar semua pendapat Nadya tentang suaminya itu

Rajif tak menjawab ia hanya mengecup kening Nadya sebelum pergi keluar kamar menyiapkan makan malam mereka

Keesokan harinya Nadya dan Rajif memulai hari mereka seperti biasa Rajif ngotot ingin mengantar Nadya ke rumah sakit hingga ke dalam ruang kerjanya sedangkan sang istri hanya menurut walau ia tak paham dengan suaminya pagi ini

Sepanjang perjalanan dari tempat parkir ke ruangan Nadya Rajif sama sekali tak melepaskan tangan dara cantik itu, walau beberapa orang melihat mereka terang terangan tersenyum lalu saling berbisik tak dihiraukannya jauh dalam pikiran Rajif ia harus mengkonfirmasi satu hal agar hatinya kembali tenang

Sesampainya di ruang kerja Nadya firasat Rajif ternyata terbukti benar saat mata Rajif menangkap sebuah kue berukuran kecil dengan warna merah jambu yang cantik diatas meja kerja Nadya

"Dari siapa? " Tanyanya basa basi tentu saja Rajif sudah tau siapa pengirim kue tersebut hanya saja ia penasaran apakah Nadya juga mengetahuinya?

"Bukan dari mas?" Lagi lagi sudah Rajif duga Nadya terlalu mudah percaya pada orang lain hingga mengabaikan keselamatannya sendiri. Rajif membuang kue itu begitu saja di tempat sampah yang terletak di luar ruangan Nadya

"Lain kali kalau mau makan itu di lihat lihat dulu sayangkuu... " Ucap Rajif tepat di hadapan wajah sang istri dengan jarak yang sangat dekat membuat Nadya menahan nafas lalu menarik hidung runcing Nadya dengan gemas

"Dengerin... Saya ga pernah ngirim apapun ke rumah sakit jadi kalau kamu dapet barang barang ga ada namanya itu bukan dari saya, trus kemarin Kevin bilang dia yang ngirim kue buat kamu dia telfon kamu kemarin tapi saya yang angkat kemungkinan kue itu tadi dari dia juga" Akhirnya Nadya tau sumber kekesalan sang suami kemarin

"Maaf ya saya langsung angkat telfon kamu kemarin" Nadya merangsek masuk dalam pelukan Rajif ia sangat menyukai sifat posesif Rajif yang walau menyebalkan namun tetap perhatian pada hal hal kecil yang Nadya lakukan bahkan baru saja laki laki itu minta maaf karna merasa melanggar privasi Nadya padahal itu juga bukan hal yang terlalu penting bagi Nadya

"Besok lagi kalau Kevin yang telfon langsung blokir aja mas ga penting" Nadya makin menenggelamkan wajahnya di dada sang suami membuat Rajif tertawa lalu memegang kedua sisi wajah Nadya dan mengecupnya berkali kali dengan gemas dalam hati Rajif berdoa semoga mereka berdua bisa saling mengasihi dan menjaga satu sama lain

Bagi Rajif, Nadya tak hanya sekedar seorang teman tentu saja Nadya sudah merebut hatinya namun untuk di beri label orang tercinta juga dirasa masih cukup jauh bagi Nadya mengingat diam diam Rajif masih menyimpan sebuah nama di hatinya

Seorang gadis yang mampu membuatnya terasa lebih hidup, membuat hari harinya lebih berwarna, membuat tawanya lebih lepas ia tau ini salah namun ia juga tak bisa melakukan apa apa saat memandang wajah lelap istrinya di pagi hari Rajif hanya mampu berdoa semoga Tuhan memberinya kesempatan untuk menjatuhkan hatinya pada seorang Nadya Andi Rifai wanita yang halal baginya dan di ridhoi kedua orang tuanya

Sedangkan jauh dalam lubuk hatinya Renata Virly Tan masih saja menjadi ratunya binar mata Renata selalu membuatnya lupa segalanya, jika kalian beranggapan bahwa arti dari semua itu adalah Rajif mengkhianati istrinya maka kalian belum pernah berada di posisi yang sama

Saat hati dan logika tak sejalan, saat keinginan dan kewajiban tak dapat di satukan, saat benar dan salah menjadi abu abu kalian akan menyadari bahwa memiliki cinta yang kalian inginkan adalah hal yang luar biasa hanya bagi sebagian orang yang beruntung

"Kamu masih hubungan sama Kevin? " Tanya Rajif menyelidik

"Ga ada ya ngapain juga" Ucap Nadya cuek sedikit perasaan lega di hati Rajif

"Kalau gitu saya pergi dulu" Nadya mencium tangan suaminya lalu seperti biasa Rajif mencium kening sang istri

*****

"Ga bawa oleh oleh Ren? Balik lagi sono kalo ga beli oleh oleh" Goda Rajif pada gadis berdarah tionghoa favoritnya itu

"Bawa dong... Tapi ga buat bagi bagi" Jawaban Renata menarik perhatian dari beberapa laki laki yang berdiri di sekitarnya

"Mana mana? Liat" Tanya Lino penasaran lalu dengan cepat Renata memamerkan cincin cantik yang melingkar di jari manisnya

"Ah elah" Jawab Lino jengah dengan kelakuan random Renata

"Itu di senen banyak Ren lima belas ribuan" Ucap Indra ikut menimpali obrolan absurd mereka membuat Renata merengut, suasana kekeluargaan diantara mereka sangat kental terasa Renata benar benar di perlakukan seperti adik bungsu mereka namun pandangan mata Rajif berbeda ia memperhatikan jari manis Renata ada retak tak kasat mata dalam hatinya saat menyadari tak lama lagi Renata akan di persunting laki laki idamannya

"Parah banget di rumah ini ga ada laki laki romantis selain bapak" Renata bergidik ngeri namun mereka justru tertawa







Bersambung...


Part ter ga jelas ya gengs 🙃 dapet ide random banget bingung nyatuinnya gimana ga dapet momen yg bagus supaya transisinya smooth gitu 🙃 harap bersabarrrr ❤








Unspoken WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang