23

4.3K 241 14
                                    


Kau masih sama
Saat aku memegang tanganmu penuh suka cita, kau menggenggam ku dengan hampa

Kau masih di sana
Saat aku menyinari jalanmu pulang, kau memilih tetap diam di ujung jalan

Kita tak berubah
Yang melekat dan kekal dalam kita hanya perubahan yang tak pernah merubah

Secarik kertas yang telah usang dan mulai rusak menarik perhatian Rajif ketika hendak membuang sampah yang ada di kamar, ia hafal betul tulisan tangan ini adalah tulisan tangan istrinya. Apakah ia telah melukai Nadya sebegitu dalamnya? Apakah Nadya masih belum memaafkannya?

"Mas... Makan dulu yuk" Teriak Nadya dari arah dapur saat usai menata masakannya untuk sarapan bersama sang suami

Telah terhidang menu nasi goreng, udang goreng tepung, lalapan timun dan selada tak lupa secangkir kopi hitam untuk Rajif dan susu coklat khusus ibu hamil untuk Nadya

Rajif menghampiri istrinya setelah membuang sampah ke tempat sampah yang berada di bagian depan halaman rumah

"Wih wanginya" Hati Rajif menghangat menatap senyum Nadya, entah mengapa catatan kecil tadi mempengaruhi suasana hatinya menjadi sangat sensitif

"Dek.. Kapan kita periksakan baby?" Tanya Rajif menarik kursi makan untuk memulai sarapan paginya

"Minggu depan kayaknya, mas bisa anter? Katanya ke Jepang sama bapak?" Beberapa hari lalu Rajif memberitahukan jadwalnya untuk sebulan ini pada sang istri agar baik ia dan Nadya sama sama bisa saling berkoordinasi dengan baik

"Di majuin aja kalau gitu bisa ga? Mumpung libur kan ini? Sekalian kita jalan jalan" Ajak Rajif membuat Nadya terheran heran pasalnya setau Nadya saat libur seperti ini Rajif selalu memprioritaskan istirahat di rumah

"Tumben" Komentar Nadya menyuapkan satu sendok nasi goreng kedalam mulutnya

"Suami ngajak jalan di bilang tumben" Rajif menyesap kopi hitam di tangannya, kopi buatan Nadya selalu lebih enak dari pada buatan coffee shop manapun

"Ya tumben... Biasanya mas kan kalo libur di rumah cuci mobil, mandiin burung, service motor, sunmori gitu gitu" Jawab Nadya cuek

Hati Rajif sedikit tercubit ternyata selama ini begitulah pandangan Nadya tentang hari libur Rajif dengan segala kesibukannya

"Maaf ya" Ucapan Rajif membuat Nadya menghentikan suapannya dan menatap wajah tampan itu penuh tanya

"Maaf selama ini saya kurang perhatian sama kamu" Rajif mengambil tangan Nadya dan menggenggamnya

"Hmmm... Biasa aja sih sebenernya, aku tau kok itu semua hobby mas jadi ya aku gapapa... Akan jadi masalah kalau hobbynya aneh aneh misal Nauzubillah hi min dzalik maksiat atau apa, lagian mas kan udah kerja keras buat aku jadi aku pikir oke oke aja kalau mas mau refreshing sebentar" Nadya memberikan senyum terbaiknya membuat sang suami ikut tersenyum

"Saya beruntung punya kamu dek, makasih sudah sabar sama saya" Entah apa yang akan terjadi pada Rajif jika teman hidupnya bukanlah Nadya Andi Rifai

"Udah ah mellow banget pagi pagi, sini aku suapin aaaaa... " Nadya mengarahkan satu sendok penuh ke mulut Rajif dan di makan lahap oleh pria itu

"Trus gimana? Nanti jadi ke dokter kan? " Tanya Rajif lagi

"Boleh, tapi jangan jalan jalan ya capek aku... Ke rumah Umi aja gimana mas? Aku pengen makan tumis bunga pepaya buatan Umi" Kata Nadya sambil terus menyuapi suaminya

"Oke, abis ini saya telponin Umi ya" Di jawab anggukan oleh Nadya

*****

"Dedek sehat Alhamdulillah, beratnya normal... Lalu hasil tes lab bunda Nadya bulan lalu kan hasil NIPTnya bagus semua ya trus jenis kelaminnya juga sudah tau seorang princess... Yaa saya ga usah menjelaskan panjang panjang lah orang bunda Nadya senior saya juga" Ucap dokter kandungan Nadya yang memang notabennya memang junior Nadya selama kuliah dulu

"Alhamdulillah" Ucap Nadya sambil tersenyum dan mengelus perutnya yang menginjak usia 6 bulan

"Ayahnya dedek harus ekstra siaga ya ayah, biasanya orang orang di usia trimester 2 itu lebih calm ya memang tapi jangan lengah juga karna harus tetap di jaga ibu dan bayi makan makanan yang sehat, istirahat uang cukup dan tetap minum vitamin apa bila di butuhkan" Jelas dokter itu lagi

"Siap dok" Jawab Rajif tegas dengan wajah yang tegang sejak tadi setiap mengantar sang istri memeriksakan kehamilannya Rajif selalu merasa berdebar masih belum percaya bahwa akan segera hadir malaikat kecil diantara mereka

Usai dari dokter kandungan pasangan muda mudi itu menuju kediaman keluarga Rajif guna memenuhi permintaan Nadya

"Mbak... Mas gimana? " Tanya Almira ketika berduaan dengan sang menantu di meja makan keluarga tersebut

"Gimana apanya umi? " Nadya bertanya balik padahal ia tau apa yang di maksud mertua kesayangannya itu, semenjak keributan rumah tangga Rajif dan Nadya beberapa waktu lalu setiap bertemu dengan sang menantu Almira selalu menanyakan hal yang sama untuk memastikan putra pertamanya itu tidak melakukan hal hal serupa kembali

"Mas Rajif, kalau ada apa apa selalu telfon umi nomer satu ya mbak Nad? Umi sama Abah harus jadi orang nomer satu dulu ya, mbak Nadya sama mas Rajif sama sama anak Umi" Almira mengelus sayang kepala Nadya yang tertutup hijab berwarna hitam

"Pasti Umi, mas akhir akhir ini baik kok Umi... Nadya yang udah berdamai sama keadaan juga, semoga ke depan semoga ga ada kejadian serupa ya Mi" Jawab Nadya membuat mata Almira berkaca kaca

"Aamiinn nak, makasih ya Mba Nadya" Almira benar benar bersyukur di hadiahi menantu se baik Nadya

"Maaf ya Umi, Nadya bikin Umi khawatir terus" Sebetulnya Nadya sungkan hanya saja tak ada lagi tempat paling aman dan nyaman untuk Nadya berbagi cerita tentang rumah tangganya

"Sudah kewajiban Umi sama Abah nak, anak laki laki itu tanggungjawab orang tuanya seumur hidup bahkan kalau mungkin anak laki laki Umi tidak bisa menafkahi istri dan anaknya dengan baik maka sudah tanggungjawab kami sebagai orang tua untuk turun tangan" Penjelasan Almira membuat hati Nadya terasa tentram Almira merupakan rejeki dari Allah untuk Nadya sebagai mertua yang baik dan memperlakukan Nadya seperti anak kandungnya sendiri

"Terimakasih Uti" Suara Nadya menirukan suara anak kecil

"Aduhhh Umi ga sabar, oh iya nak kemarin Umi liat anaknya temen Umi minum ini katanya bagus buat ibu hamil persiapan mau lahiran jadi Umi belikan juga buat Mbak Nad diminum ya" Almira memberikan beberapa botol vitamin untuk Nadya yang berlogo salah satu merek vitamin terkenal

"Huaaaa Nadya juga minum ini kok di rumah kebetulan tinggal sedikit mau abis belum sempet beli hehe... Makasih ya Uti udah inget dedek sama Ami" Almira tertawa ia tak sabar menggendong cucu pertamanya yang berjenis kelamin perempuan, ia telah membayangkan betapa lucunya cucu perempuannya itu

"Sama sama ya dedek... Oh iya nanti tujuh bulanannya disini aja ya Mbak Nad? Biar di rumah sana ga kotor ga bising banyak orang, kalau disini kan enak" Almira mengelus elus perut Nadya merasakan tendangan tendangan kecil di sana, tentu saja Nadya menyetujui permintaan mertuanya tersebut tanpa berfikir panjang membayangkan menggelar acara walau kecil kecilan saja membuat Nadya sudah pusing duluan











Bersambung...







Hollaaaa 🙋‍♀️ jangan bilang yang ini ga ada notifnya lagi 😩 capek banget

Btw yang pada belum tau, ada cerita baru nih judulnya Angkasa special cerita tentang bapak kesayangan kita jaman jaman masih 2018 alias era asisten ajudan bapak Presiden tapi ceritanya sepi bener gara gara ga ada notif dr wp kalo aku up cerita baru 😭 sedih banget, monggo mampir yaaa bai bai















Unspoken WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang