Selama menjalankan tugas di Jepang setiap menemukan sedikit waktu luang Rajif menyempatkan diri berjalan jalan di area sekitar hotel untuk membelikan Nadya beberapa hadiah dan oleh oleh
Tak lupa Rajif membeli cukup banyak permen dan coklat dengan merk terkenal di negara tersebut mengingat sang istri sangat suka memakan makanan manis akhir akhir ini
Membayangkan wajah Nadya dengan senyum cerahnya saat mengantar Rajif hingga halaman rumah mereka kemarin membuat hatinya rindu, dengan cepat ia mengambil telefon genggamnya dan melakukan panggilan video
"Assalamualaikum" Sapa Rajif melihat Nadya membenarkan tatanan rambutnya yang sedikit berantakan, dara cantik itu memang tidak mengenakan jilbabnya saat berada di dalam rumah
"Waalaikumsalam mas" Jawab Nadya membenarkan posisi duduknya agar lebih nyaman
"Lagi apa? Makan pakai apa tadi? " Semenjak kehamilan sang istri memasuki trimester ke dua Rajif tak pernah tenang selama perjalanan dinasnya karna khawatir dengan Nadya yang tak mau di ungsikan sementara ke kediaman orang tuanya
"Ini nonton film, tadi makan pakai sup tadi dikirimin Umi sayur sup sama perkedel tahu mas aku yang minta" Jelas Nadya dengan mata lurus menatap layar yang menampilkan sebuah film romansa netflix
"Ohh lagi mau sayur sup? " Tanya Rajif lagi, ia senang akhir akhir ini ia merasa Nadya sudah jauh lebih terbuka dari beberapa minggu sebelumnya
Akhir akhir ini Nadya lebih banyak menceritakan tentang isi hatinya dan apa saja yang ia pikirkan membuat Rajif merasa lebih dekat dengan istrinya
"Iyaa... Baby mau sayur sup buatan Uti Abi" Sayang sekali Nadya tak menatap layar ponselnya karna terlalu fokus pada film padahal di sebrang sana sang suami tengah salah tingkah sendiri dengan panggilan 'Abi' yang baru saja Nadya sebutkan
"Kalo Ami nya? Dari jepang mau di bawakan apa? " Tanya Rajif saat sudah berhasil menguasai dirinya kembali
"Hmm apa ya? Baby mau apa nak? " Nadya melihat ke arah perutnya yang membuncit itu dan mengelusnya
"Apa aja lah mas" Jawab Nadya mantap
"Yasudah, vitaminnya jangan lupa dek" Rajif mengingatkan istrinya pasalnya walaupun seorang dokter Nadya ternyata tak suka minum obat termasuk vitamin
"Sudah tadi waktu sama Umi" Jawab Nadya mencerutkan bibirnya
"Bener ya?" Rajif menggoda sang istri tanpa di sadari Rajif sosok Renata lewat di belakangnya untuk turut berbelanja oleh oleh dan tertangkap mata Nadya
"Nanti lagi ya... Baiiii" Nadya melambaikan tangan dan memberikan senyum manisnya sebelum menutup panggilan telefon tersebut
Mood Nadya mendadak drop melihat pemandangan tanpa sengaja itu, Nadya cukup baik mengenal Renata dia seorang gadis yang cerdas, berpendidikan dan luar biasa cantik walau dengan gamblang Renata mengakui jika hatinya sudah tertambat pada seorang laki laki selain Rajif tetap saja Nadya merasa sedikit tak nyaman saat Renata bekerja di sekitaran suaminya namun tak ada yang Nadya bisa lakukan bukan? sementara di lain negara Rajif justru tak bisa menahan senyumnya ia merasa gembira setelah menghubungi sang istri dan memastikan keadaan ibu hamil itu dalam kondisi baik
Beberapa hari berlalu Nadya melaluinya seperti biasa tak ada yang istimewa dari hari harinya selama di tinggal sang suami bertugas dan hari ini adalah hari kepulangan sang suami setelah perjalanan dinas di Jepang selama beberapa hari
Sesampainya di rumah Rajif memeluk sang istri dengan erat dan mengecup puncak kepala Nadya beberapa kali untuk menghilangkan kerinduannya
"Saya kangen banget" Rajif tak rela mengurai pelukan itu saat Nadya memukul punggungnya pelan pertanda ingin di lepas
"Kangen sih kangen kira kira dong ga bisa nafas aku" Wajah cemberut Nadya benar benar ia rindukan, Rajif memegang kedua sisi wajah Nadya dan menciuminya berkali kali
"Mas... Iihh apaan sih" Nadya mendorong wajah suaminya itu
"Enak ya di Jepang bisa jalan jalan sama Renata kemana mana berdua" Astagaaa... Nadya keceplosan
"Gimana? " Tanya Rajif dengan kening berkerut
"Udah lah" Nadya berlalu namun dengan cepat Rajif menghalangi jalan ibu hamil itu, beberapa saat mereka tetap diam Rajif menunggu penjelasan Nadya sementara dara cantik itu berdebar merasakan aura dingin suaminya
Beberapa hari tak bertemu tentu saja Nadya rindu hanya saja entah mengapa justru pikirannya yang bersuara bukan hatinya
"Jelasin lagi" Dua kata itu terdengar sangat tegas dan tak ada bantahan
"Kamu masih capek nanti kita ngobrol lagi" Nadya berusaha menghindar seperti yang biasa Rajif lakukan sambil mencari alasan yang tepat untuk kalimat kurang ajar yang terlontar begitu saja dari mulutnya
Nadya berjalan ke arah kamar mereka diikuti sang suami di belakangnya, Rajif memeluk tubuh Nadya yang semakin berisi itu dari belakang
"Saya ga berduaan sama Renata, kita pergi ber 6 pake 2 taksi bahkan ada Deril juga... Tapi saya seneng kamu cemburu" Momen seperti ini yang selalu Nadya tunggu, mereka bisa saling berbicara hati ke hati tanpa nada tinggi dan ego masing masing
Selama berumah tangga pertengkaran mereka selalu berakhir dengan salah satu menghindar entah kemana yang pada akhirnya berujung masalah kecil semakin membesar
Hati Nadya lega mendengar penjelasan sang suami. Bukan ia tak percaya pada suaminya hanya saja mengontrol perasaan sendiri agar tidak terlalu memperdulikan kisah masa lalu antara keduanya juga bukan hal yang mudah di lakukan oleh Nadya
"Aku ga cemburu, aku tau mas kerja... Cuman agak kesel sedikit" Rajif tersenyum hatinya menghangat mendengar pengakuan sang istri
"Udah ayok unboxing oleh oleh" Nadya menyingkirkan tangan Rajif yang melingkar di perutnya dan kembali ke ruang tamu berniat membuka koper besar itu
"Tadi katanya saya di suruh istirahat aja" Rajif menyindir ucapan Nadya sebelumnya dan turut duduk di hadapan sang istri yang tengah sibuk membuka koper itu
"Buka dulu" Ucap Nadya, Rajif membuka koper itu dan membiarkan sang istri mengeluarkan isinya satu persatu
Hampir setengah dari koper itu berisi coklat, permen dan beberapa camilan untuk Nadya. Rajif tak menghiraukan Nadya yang mengobrak abrik koper itu pandangannya justru terarah pada wajah sang istri yang berbinar binar melihat banyaknya buah tangan yang ia bawa, Apakah Rajif mulai merasakan cinta diantara mereka? Entahlah
"Cantik banget sih dek" Gerakan tangan Nadya berhenti sejenak dengan wajahnya yang memerah padam
"Kok berhenti? Lanjut bongkar aja semuanya bongkar" Rajif menarik hidung Nadya gemas
"Jangan di lihatin kayak gitu" Nadya menutup sebagian wajahnya dengan tangan
"Ya kan gapapa... Kangen sama istri sendiri mah gapapa, sini liat saya kemarin beli ini" Rajif menunjukan sebuah gaun berukuran kecil berwarna ungu pastel dengan aksen pita di bagian depan
"Saya ga tau nanti baby bisa pake itu di umur berapa tapi saya beli aja karna lucu... Ngebayangin anak kita belajar jalan pakai baju ini nanti, lucu kan? " Rajif justru keheranan melihat wajah Nadya yang berbinar tadi kini mulai mendung
"Kenapa? " Rajif menghapus air mata sang istri, Nadya menggeleng... Ia tak mampu menahan haru saat Rajif mengucapkan sebutan anak kita untuk bayi dalam kandungannya
Bersambung...
Kemaren aku bilang Unspoken Word mau sampe 40 part ya? Batal deh ya 😩 aku ke kelewat seru ama angkasa jadi susah banget nerusin ini 😭 part ini aja kayaknya ga jelas banget 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Word
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...