"Umi masak ayam goreng bawang kesukaan Mbak Nad nanti bawa pulang sekalian ya" Sepulang dari department store tadi Rajif dan Nadya menyempatkan diri mampir ke rumah orang tua mereka yang jaraknya tak terlalu jauh
"Iya Umi, makasih ya" Almira di mintai persetujuan untuk mengawasi calon cucu pertamanya tentu saja calon nenek itu tidak keberatan justru dengan senang hati mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan suster dan akan mengurus si kecil seorang diri namun di tolak halus oleh Nadya dengan alasan tak ingin merepotkan orang tuanya
"Umi ga tau kalo Mbak Nad sama Mas mau kesini, tau gitu tadi Umi beliin buah sama masak banyak biar di bawa sekalian" Almira duduk di samping sang menantu
"Mau jalan jalannya juga ga rencana kok Umi, tadi pagi pagi banget mas bangun tidur langsung ngajakin jalan beli perlengkapannya baby jadi ya udah langsung mampir kesini" Jelas Nadya
"Mbak Nad nanti kalau udah deket deket lahiran mau mbak Nad yang kesini atau Umi yang kesana? Kalo Umi sih bebas nak udah ngomong sama Abah juga kok biar kalo ada apa apa kita bisa cepet gitu" Almira mengupas sebuah apel untuk di makannya bersama sang menantu
"Memangnya kalau Nadya yang kesini Umi gapapa? " Tanya Nadya tak enak
"Gapapa lah nak, kalau Mbak Nadya yang kesini justru Umi makin seneng... Nanti beberapa bulan disini dulu ya sampe dedeknya bisa di tinggal sebentar sebentar gitu" Imbuh Almira
"Mbak itu kaki kamu bengkak? Sini taruh atas meja Umi pijitin" Nadya lagi lagi menolak bagaimana bisa ia mengijinkan orang tua menyentuh kakinya bukankah itu sangat tidak sopan kepada orang tua?
"Jangan Umi, gapapa nanti minta tolong Mas aja... Biasanya juga Mas yang pijitin" Terlambat Almira telah mengangkat kaki kanan Nadya dengan hati hati dan meletakkannya di atas meja kecil di hadapan mereka lalu mulai memijatnya pelan
"Mbak Nad tau? Setiap Umi mau Mbak Nad sama Mas ini itu atau bikinin apa gitu trus Mbak Nad masih sungkan sungkan sama Umi justru sebenernya Umi ga suka Umi jadi ngerasa kalo Umi sama Abah itu bukan orang tua yang baik buat anak anaknya karna ga bisa banyak bantu, orang yang akan segera melahirkan cucu Umi itu bukan orang lain nak ... anak Umi juga jadi jangan sungkan sungkan minta bantuan Umi" Hati Nadya menghangat ia di perlakukan dengan sangat baik dalam keluarga ini namun kenapa ia masih begitu serakah menginginkan seluruh bagian dari suaminya? Bukankah egois itu terlihat nyata?
"Nadya takut Umi repot, nanti baby disini sama Umi gapapa tapi harus tetep pakai suster biar Umi ga capek... Umi sama Abah harus berumur panjang nanti sampe nemenin baby besar ya" Suasana hati Nadya yang tak kunjung membaik sejak tadi di tambah sang mertua yang membuatnya terharu Nadya tak kuasa menahan air matanya
"Umi... Rumah tangga ternyata ga mudah ya mi" Nadya menghapus air matanya walau tetap turun tak mau berhenti
"Nak... Menikah itu susah makanya ia menyempurnakan setengah ibadahmu, Umi minta maaf ya kalau Umi ga bisa didik Mas jadi imam yang baik buat Mbak Nad" Almira pun terbawa suasana dan ikut menitihkan air mata
"Bukan Mas Mi... Nadya sendiri yang salah, harusnya Nadya tetap ingat kalau kami menikah bukan karna saling suka tapi kenapa Nadya masih bisa berharap Mas jatuh hati sama Nadya? Terlepas dari baby... Nadya mau Mas Rajif Umi, harusnya Nadya ga minta terlalu banyak" Almira membelai kepala menantunya sayang
Tubuh Rajif kaku di balik pintu pengakuan Nadya dan suara tangisnya benar benar menyayat hatinya entah kemana perginya ia selama ini hingga ia buta akan cinta sang istri yang begitu besar di hadapannya
Ia mengingat awal pernikahan mereka Nadya tampak sangat tersiksa atas kematian sang ibu lalu dapat kembali tertawa setelah bersamanya namun siapa sangka ia yang telah mengembalikan tawa ternyata menyumbang luka yang sama besarnya
Selama ini ia berusaha sekuat tenaga menjaga dan memastikan sang istri selalu aman namun ternyata ia sendiri yang melukai Nadya
Rasanya Rajif ingin berteriak jika ia merasakan hal yang sama namun apakah Nadya percaya? Setelah begitu banyak luka yang Nadya terima karna tingkah lakunya akankah Nadya masih bisa menerima pernyataan cintanya?
Selama ini Rajif juga menyimpannya sendirian ia terlalu terbuka pada Nadya tentang perasaannya pada Renata dulu hingga saat hatinya tak lagi menyebut Renata ia takut Nadya tak akan percaya
Rajif menyukai semua hal tentang istrinya... Wajah pertama yang ia lihat saat membuka mata di pagi hari, wanita yang ke ibuan dan penyabar, chef terbaik ke 2 di dunia setelah ibunya, Rajif menyukainya namun ia terlalu pengecut untuk berkata
Lantas sekarang ia bingung harus memulai darimana apakah memperbaiki sikapnya dulu? Atau mengatakannya dulu?
*****
"Mas kita pulang sekarang atau mau nginep? " Tanya Nadya memasuki kamar mereka yang baru saja di pindahkan dari lantai 2 ke lantai 1 karna alasan kehamilan Nadya yang beresiko ketika naik turun tangga
"Dek sini dulu sebentar" Rajif yang berdiri di dekat jendela ingin sekali memeluk istrinya, ibu hamil itu mendekat masuk dalam pelukannya, Rajif memeluknya erat menciumi kening wanita itu
Ia bahkan tak bisa melakukan apapun saat melihat ramainya komentar di platform sosial medianya bagaimanapun ia adalah pihak yang bersalah, walau pernikahan mereka sangat sederhana seharusnya setidaknya Rajif mempublikasi Nadya dan mengatakan pada dunia bahwa ia telah memiliki seorang wanita hebat di sampingnya
Ia tak rela wanita yang akan berjuang keras memberinya gelar ayah justru di pandang sebelah mata oleh kebanyakan orang yang tak tau menau mengenai hubungan rumit mereka
"Mas kenapa sih? Habis nangis? Matanya basah" Nadya mendongak mata laki laki itu tampak sembab ini kali pertama Nadya melihat suaminya tampak begitu terluka
"Saya cinta sama kamu Nadya" Lagi lagi air matanya luruh, Nadya mau percaya atau tidak Rajif tak peduli ia hanya ingin mengatakan apa yang benar benar ia rasakan saat ini
Tubuh wanita itu membeku kalimat yang paling ia tunggu akhirnya terucap dari bibir suaminya, Nadya mengelus punggung Rajif hatinya menghangat membayangkan andai kalimat indah itu benar benar nyata
Nadya tau mungkin tanpa sengaja Rajif baru saja mendengar obrolannya dengan sang mertua lalu suaminya mengatakan cinta hanya untuk menghibur hatinya namun ia tetap berbunga bunga hatinya begitu lemah berhadapan dengan mulut manis suaminya
"Setelah baby lahir ayo bikin resepsi besar besaran, saya mau tunjukin sama semua orang betapa bangganya saya punya kamu Nadya" Kalimat itu terdengar begitu membahagiakan namun tetap tabu di telinga Nadya
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Unspoken Word
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...