17. Kesalahan Manusia

41 2 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



"Dan setelah kita berhenti berkomunikasi, aku sudah tidak memiliki keberanian untuk menyapamu lagi."

-Azalena Sabiru-

"Seasing itu kah sekarang?" celetuk Sabiru yang sedang diam menatapi sebuah jalanan raya ketika ia sedang menaiki sebuah drive untuk pulang ke rumah setelah sekian lama ia menangani kasus yang sudah lama ia tangani dan saat ini masih belum selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seasing itu kah sekarang?" celetuk Sabiru yang sedang diam menatapi sebuah jalanan raya ketika ia sedang menaiki sebuah drive untuk pulang ke rumah setelah sekian lama ia menangani kasus yang sudah lama ia tangani dan saat ini masih belum selesai. "Kaya ngga pernah asik aja waktu dulu wkwk," sambungnya.

Ketika melihat pemandangan kota Yogyakarta, cuaca yang cukup panas dan baru-baru ini terlihat kendaraan yang banyak hingga menyebabkan macet. Hal ini menguji kesabaran Sabiru terlebih lagi dan ujian yang dulunya mungkin hingga saat ini masih belum selesai dan masih membekas di dalam hatinya. Ia mencoba untuk melupakannya dengan melampiaskan dengan dia yang sekarang sangat menyukai hal-hal kecil yang belum tentu semua orang bisa mendapatkannya. Meskipun begitu Sabiru sebenarnya hanya ingin fokus kepada statusnya yang sekarang menjadi seorang Hakim dan ingin fokus terhadap pekerjaan itu yang dulu sangat-sangat ia inginkan dan sekarang ia bisa mendapatkannya.

Tak terasa drive yang dinaiki Sabiru akhirnya sudah kembali jalan dan ia sudah sampai pada depan rumahnya, ia mengambil selembar uang dari kantong bajunya dan terlihat memberikan sejumlah uang lebih untuk sopir itu.

"Baru-baru ini ya, aku secapek ini dengan hidup Ya Allah.." Curhatan Sabiru dengan dirinya sendiri ketika ia mulai membuka pintu rumah dan langkah kaki memasukinya.

Ia memutuskan untuk segera membersihkan kamarnya dan tak lupa mandi. Jika ia sudah selesai melakukannya. Sabiru berencana untuk menonton sebuah series kesukaannya untuk menghilangkan stress itu. Terlihat sudah habis seperempat baterai laptop itu. Ia sebenarnya ingin maraton series itu mulai dari episode awal hingga akhir, namun dirinya lupa bahwa harus segera pergi ke suatu tempat dimana ia sudah rencanakan dengan Eline dalam waktu dua hari lalu sewaktu ketemu untuk memberikan sebuah hadiah gamis untuknya.

Setelah menutup sebuah laptop yang ia gunakan untuk menonton, Sabiru segera bersiap diri untuk pergi menemui Eline yang ternyata sudah ditunggu didepan rumahnya. Terlihat mereka berdua sangat sekali bahagia keluar bersama karena sudah lama tidak menghabiskan waktu berdua dikarenakan beberapa waktu lalu Eline yang sedang mengalami hiatus dari pekerjaannya karena beberapa alasan dan Sabiru yang menangani sebuah kasus yang sampai sekarang belum terlihat jalan keluarnya.

Sabiru yang sudah berpamitan dengan orang tuanya dan melangkahkan kakinya jalan ke depan menuju mobil Eline lalu memasuki mobil dan Eline segera menginjak gas. Mobil itu berjalan perlahan-lahan lalu kecepatan mobil itu lama-lama bertambah.

Ketika di dalam mobil, mereka berdua membicarakan sesuatu. Namun, pembicaraan itu tidak hanya sembarang pembicaraan. Mereka berdua juga dengan santainya menikmati perjalanan sebelum sampai ditempat sebuah cafe mereka dengan sedikit deep talk mengenai masalah yang mereka berdua alami. Ternyata sebelum mereka berdua menyelesaikan obrolan penting itu, Eline harus memakirkan mobilnya karena sudah sampai ditempat yang ia tuju. Pembicaraan itu terhenti sementara dan mereka lanjutkan ketika sudah selesai mencari tempat duduk sembari menunggu pesanan makanan yang dipesan.

"Gimana, mau ngomong apa tadi?" tanya Eline serius. Ia menatap wajah Sabiru dengan wajah serius dan ia ingin mencoba membantu menyelesaikan masalah temannya yang seakan-akan ia sendiri tidak memiliki masalah.

Sebelum Sabiru menjawab, seorang lelaki yang mengantarkan pesanan itu sudah sampai dimeja Eline dan Sabiru dengan membawakan sebuah dua minuman dan beberapa sebuah makanan penutup yang sangat menggugah selera. Mereka sengaja tidak memesan nasi karena mereka berdua tadi kebetulan juga sudah makan dari rumah sebelum berangkat ke cafe.

Setelah pegawai itu pergi, Sabiru langsung menjawab dengan serentak, "Sebenarnya aku pengen minta saran, tentang..." Sabiru yang masih ragu untuk menjawab. "Nggak tau ya Mbak, kenapa akhir-akhir ini, orang itu selalu muncul di pikiranku. Padahal aku sudah berusaha untuk melupakan, tapi kenapa selalu ada cara untuk agar selalu mengingatnya, kaya seakan-akan dia itu tidak bisa hilang bahkan tidak pernah hilang dipikiranku. Padahal aku sudah melakukan beberapa cara untuk melupakannya, nyatanya aku tadi abis nonton series untuk melupakan masalah itu. Tapi terkadang tiba-tiba muncul sendiri lewat mimpi, keterlaluan sekali," ucapnya serius.

"Bentar, jawab dulu pertanyaanku. Maksudnya orang itu siapa? Jovan?"

"Iya, kok tau?" ucap Sabiru yang keheranan.

Eline dengan penuh keyakinan dan berharap agar temannya, Sabiru bisa melepaskan segala sesuatu yang membuatnya membebani pikirannya dengan menceritakan masalahnya siapa tau ia bisa membantu.

"Mbak kalau misalkan nih, kalau misalkan Mbak Eline ada di posisi aku gimana? dimana posisi yang pernah terjebak friendzone dan berharap lebih?" tanya Sabiru dengan serius.

"Saran dari Mbak yang pernah Mbak tahu ya, dari banyaknya pasien yang Mbak tangani, dia rata-rata masalahnya itu juga  tentang percintaan. Dan ada juga masalah keluarga, banyaklah pokoknya."

Ketika mereka berdua membicarakan mengenai masalah serius itu, tiba-tiba dibenak Sabiru ia memikirkan tentang kejadian hampir setengah tahun lalu, ketika ia melihat seseorang yang membuat hatinya indah ternyata seseorang itu sudah memiliki rumah yang jauh lebih indah. Namun Sabiru sekarang ingin melupakan hal itu akan tetapi, dirinya masih juga belum bisa, entah apa yang direncanakan oleh Tuhan, dibalik semua ini.

Eline bercerita kepada Sabiru ketika teman psikolog juga sering sekali menangani pasiennya yang rata-rata mengalami masalah dengan percintaan hingga menyebabkan depresi namun itu tidak berlaku pada Sabiru, ia malah melampiaskan dengan menghabiskan waktunya dengan diri sendiri dengan menyayangi dirinya sendiri tanpa harus membandingkan dengan orang lain.

Nyatanya banyak orang yang mengalihkan masalahnya dalam dunianya menjadikan dirinya sendiri sebagai rumah, walaupun terkadang banyak orang diluar sana hanya berpura-pura seperti memberikan sebuah ketenangan namun kenyataannya hanya memberikan sebuah kenangan. Karena rumah itu tidak selalu berbentuk bangunan.

Boleh saja menyukai, mengagumi tetapi jangan berlebihan hingga menjadikan hilangnya jati diri karena terlalu obsesi, terutama pada seorang perempuan. Jangan sampai hal itu menyebabkan engkau melupakan seseorang yang sudah berusaha untuk mengangkat derajatmu, ialah Rasulullah SAW. Yang sudah mengangkat derajat perempuan. Karena pada saat itu, perempuan sangat dihinakan. Bahkan, anak perempuan yang lahir dinilai sebagai aib. Masyarakat kala itu menganggap perempuan hina dan rendah karena posisinya yang dibawah laki-laki.

Tetapi hal itu tidak membuat Sabiru melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim, ia hanya mengalihkannya masalahnya dengan melihat dan mengikuti sebuah channel series kesukaannya. Ia terkadang rela menunda pekerjaan yang lain demi melihat sebuah series tapi tidak juga dengan kewajibannya(Sholat) sebagai seorang Muslimah, karena itu salah satunya yang harus ia lakukan ketika ia sedang banyak pikiran atau masalah yang bisa membuat pikirannya ribut.

Dengan begitu ia hanya mengalihkan masalah dari kehidupan pribadinya yang dianggap melelahkan, ia hanya mengalihkan saja. Namun nyata dan buktinya sendiri orang yang seperti itu setidaknya tidak merasakan dengan namanya kesepian.

Ketika Eline dan Sabiru yang sedang menikmati makanannya dengan menyantap secara pelan nan anggun dengan menggunakan alat makan yang seadanya tanpa adanya garpu yang didalam makanan itu, dan kebetulan restoran makan itu sedang mengalami sedikit masalah terkait peralatan yang kemarin menyebabkan hampir banyaknya garpu hilang. Dikarenakan seseorang yang melakukan dengan hanya yang tidak mengakui kesalahannya yang kecil lalu dengan tidak terima ia membesar-besarkannya dihadapan umum.

Memang manusia itu tidak luput dari kesalahan yang selalu saja menyebabkan diri terkadang untuk enggan mengakui masalah dengan meminta maaf karena malu ataupun ia takut kalau nantinya ia akan dipermasalahkan.

── ⋆⋅⚝⋅⋆ ──

Hayoo siapa orang yang ceroboh itu?? Merugikan diri sendiri sih apalagi orang lain yang kena.

Orang gini nih paling sulit sadarnya, sulit untuk menerima fakta.

Takdir Illahi [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang