13. Menjauh untuk menjaga

150 18 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم



"Ketika pertama kali aku melihat mu, rasanya aku yakin bahwa mungkin kau adalah seorang yang Tuhan berikan untuk membimbingku."

-Vinia Melatha-

"Aku mungkin tak akan lupa perlakuan baikmu yang sudah kau berikan kepadaku, namun aku juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepadamu atas kebaikanmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mungkin tak akan lupa perlakuan baikmu yang sudah kau berikan kepadaku, namun aku juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepadamu atas kebaikanmu."

Ucapan itu Vini katakan ketika ia sedang tiba-tiba mengingat kejadian masa-masa lalu dengan melihat sebuah album mereka berdua dengan Jovan yang dulu pernah ia cetak di sebuah percetakan khusus yang sangat ramai peminatnya dan sekarang malah tutup akibat kerugian yang melanda.

Vini membayangkan bagaimana jika hubungannya kalau masih berlanjut mungkin ia tidak akan hanya menatap sebuah album pemberian milik kekasihnya dulu dengan melihat gambar yang ada. Vini sudah mengikhlaskan semua ini, ia ikhlas atas takdir yang sudah ia dapat tanpa harus mengeluh, meskipun sebelumnya ia sempat mengeluh dan menyalahkan dirinya sendiri, hal itu malah membuat dia merasa bersalah kepada Tuhan karena merasa tidak bersyukur.

"Banyak sekali kenangan mungkin jika dihitung jumlahnya tidak terkira," ujar Vini yang masih menatapi album itu.

Dengan relfeks ia segera menutup album itu dan ia simpan di tempat yang mungkin ia tidak akan pernah bisa dilihat orang lain lagi kecuali dirinya sendiri. Menutup kenangan dengan berusaha menyembuhkan dirinya sendiri, berpura-pura kuat dihadapan orang lain.

"Dek," panggil Kakak Vini.

"Gimana Kak? Kakak mau ke warung itu ya? Boleh kan aku ikut??" pinta Vini, "Bosan aku dirumah terus," imbuhnya.

Zirar seketika ingin menghentikan atas ucapan Vini itu, namun terlanjur ia mengetahuinya bahwa Zirar dan dua temannya, Jovan dan Fajri akan bertemu untuk membicarakan sesuatu yang kemarin Zayyan ingin sampaikan namun ia memilih menunda untuk memberi tahu.

"Hmm, gimana ya? Tapi kamu ngga apa-apa kan ada temen Kakak?" tanya Zirar meyakinkan.

"Iya." Vinia menggaguk dan berusaha menepati janjinya agar bersikap baik saja dan tidak menunjukkan dirinya bahwa ia masih belum bisa melupakan kejadian itu.

Zirar dan Vinia akhirnya pergi bersama dengan jalan kaki karena tempat yang akan mereka kunjungi tidak jauh dari rumahnya, sehingga ia membutuhkan waktu hanya lima menit untuk sampai ke warung.

Zayyan yang sudah tiba terlebih dahulu di warung itu dan sudah memesankan sebuah minuman yang jumlahnya hanya sekitar empat gelas saja. Ketika ia melihat Zirar datang dengan seorang perempuan.

"Assalamualaikum Kak." Senyum tidak enak terlihat di wajah Zirar.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Lainnya mana Rar?"

Takdir Illahi [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang