"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...
"Cerita ke-lima, 'The Princess and The Knowledge'. Ini adalah satu-satunya kisah cinta diantara seratus kisah lainnya. Kisah cinta yang sangat manis." Ruri tersenyum sangat lembut kala mengatakan itu. Yang lain menatapi pendeta cantik itu dengan lamat. Ruri memang sungguhan amat sangat terlalu cantik. Bila [Name] adalah laki-laki, dia akan mengikuti grand bout dengan sepenuh hati.
Eh, tunggu. 'The Princess and The Knowledge'? Cerita romantis macam apa itu? Kisah romansa antara putri dan ilmu pengetahuan? [Name] sudah bisa menebak isinya pasti di luar nalar. Ayolah, pria sepertinya Byakuya, menulis cerita romantis? Cerita anak memang sesuatu yang akan ditulis olehnya, tetapi kisah romansa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hiduplah seorang putri yang sangat rupawan, cerdas, dan luar biasa. Putri itu adalah seorang anak tunggal dari ratu yang sudah ditinggalkan suaminya sejak sang Putri berusia sembilan tahun. Sang Putri sudah diajarkan berbagai etika menjadi perempuan yang indah sejak kecil. Tidak boleh berbicara lantang, menjaga rambut dan tubuhnya, bertingkah baik, serta selalu tersenyum.
Sang Putri sudah mengetahui takdir yang menunggunya dengan jelas. Dia akan dinikahkan dengan pangeran negeri lain, untuk kemakmuran bangsa. Sang Putri yang sudah tahu akan itu mulai membenci takdirnya yang terlahir sebagai perempuan. Jika dia adalah laki-laki, dia bisa memimpin negara tanpa harus menikah terlebih dahulu. Mengapa ibunya memaksanya untuk menikah sementara ibunya mampu menjadi ratu tanpa raja?
Hal itu bisa terjawab dengan jelas. Sang Ratu kehilangan kewarasannya karena tekanan yang amat terlewat, tanpa punya siapapun untuk berbagi. Sang Ratu perlahan bertambah keras pada Sang Putri, melayangkan tangannya yang entah sejak kapan menjadi ringan. Sang Putri tahu tentang semua penyebab hilangnya kasih ibunya, juga paham dengan pasti alasan dia tidak mau sang Putri memimpin sendiri. Akan tetapi, tetap saja. Sang Putri tak bisa menghilangkan sakit hatinya.
Mengapa sang Ibu menjadikannya sebagai pelampiasan? Mengapa sang Ibu melarangnya berlarian dan mengelilingi taman? Mengapa dia tak bisa terus menghabiskan waktu di perpustakaan? Mengapa pula sang Ratu sesuka hati menjodohkannya? Mengapa sang Ratu menganggapnya sama sepertinya? Mengapa sang Ratu menganggapnya lemah secara emosional, sehingga dia akan kehilangan kewarasan layaknya sang Ratu? Mengapa... Sang Ratu membatasi ilmunya, membuat sang Putri harus bergantung, berharap akan seorang pangeran?
Kemudian pada satu sore, sang Putri bertemu dengan seorang pemuda seumurannya di pinggir sungai. Sang Putri menghampirinya, melihat bagaimana pemuda itu tidak tergoyahkan dalam memperhatikan langit dengan alat di tangannya, alat itu bertengger gagah di atas tanah. Sang Putri penasaran, bagaimana bisa pemuda itu menjadi sangat terpana. Sang Putri mendongakkan kepalanya, melihat ke arah langit yang sangat indah kemudian berkata, "Apa yang sedang kau lakukan?"
Pemuda itu tetap tidak melepaskan pandangannya dari lensa, menjawab sang Putri dengan senyuman miring yang tampak menawan.
"Aku sedang mencoba mencari keberadaan Saturnus. Menurut perhitunganku, dia bisa diamati pada hari ini. Lihat, aku menemukannya." Jawab si Pemuda, kemudian pada akhirnya mengalihkan pandangannya. Senyum pada wajah si Pemuda tak sedikitpun luntur, dia berkacak pinggang, mengisyaratkan sang Putri untuk melihat melalui lensa teleskopnya.