"[NAME]!" Ibunya datang masuk ke dalam kamar gadis itu, memukul kuat pintunya karena kesal pada anaknya yang tak kunjung turun kala dipanggil. Gadis berusia sembilan tahun itu terkejut hingga pensil di tangannya terjatuh.
"Apa yang sedang kau lakukan?" Ibunya bertanya dengan nada marah yang menggebu-gebu.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mencuci piring selagi aku pergi?" Perempuan dewasa itu mendekat, mencubit lengan atas anaknya penuh amarah. Gadis kecil itu tak dapat menahan rasa sakit, dia berteriak kesakitan dengan air mata yang mulai berkumpul di pelupuk matanya.
"Kenapa kau tidak mencucinya? Hah? Jawab!"
"A... Aku sedang mengerjakan PR... Sakit, mama." Gadis itu terisak, mulai menyesali pilihannya tadi. Seharusnya dia mencuci piringnya terlebih dulu baru kemudian mengerjakan tugasnya.
"Kau sudah tidak di rumah dari pagi hingga siang buat sekolah. Aku sendiri yang mengerjakan tugas di rumah ini. Dan kau hanya kuminta mencuci piring tetapi tidak kau lakukan? Bukankah tugasmu itu bisa kau lakukan nanti? Tetapi tidak, daripada berbakti pada orang tua, kau lebih memilih pergi keluar, bermain sepanjang hari!"
Ibunya bertambah sering naik pitam akhir-akhir ini. Semenjak [Name] bertemu dengan Senku dan Taiju, dia sering bermain keluar rumah dari siang hingga sore hari. Di rumah dia mulai menceritakan tentang tata surya, reaksi kimia, semua hal yang dirasa ibunya tak penting. Setiap waktu dia terus di kamarnya membaca buku, bersenang-senang sendirian. Waktu yang digunakannya untuk menolong ibunya berkurang.
"Aku-"
"JAWAB SAJA SEMUA UCAPAN ORANGTUAMU!" [Name] terkesiap mendapatkan bentakan dari ibunya itu. Perempuan dewasa itu kemudian berjalan mendekati meja belajar anak semata wayangnya, meraih buku di atasnya lalu melemparkannya ke lantai di dekat [Name].
"PLANET INI, PLANET ITU, KAU TIDAK BISA HIDUP DENGAN MEMAKAN PLANET!" Semua buku sains yang dipinjam [Name] dari Senku dilempar oleh ibunya. Gadis itu hanya duduk terdiam disana, tidak tahu harus bagaimana. Bagaimana jika buku itu rusak?
"Aku tidak pernah menuntutmu untuk mendapatkan ranking atau apalah itu. Cukup sekolah saja dengan benar, dapatkan cukup ilmu untuk menghasilkan uang nantinya. Kau tidak perlu berlagak sok pintar, terus-terusan memegang bukumu. Aku tidak pernah menyuruhmu begitu, [Name]. Aku menyuruhmu sekolah, lalu ketika kau di rumah, kau bantu aku. Hentikan semua ini, kau membuatku jijik." Jari telunjuk sang ibu menusuk-nusuk dahi sang anak yang tertunduk melihat buku-buku itu. Kemudian sang anak mengangkat kepalanya, menatap ibunya dengan tegas.
Ini tidak adil. Memangnya kenapa jika dia terus memikirkan sains? Memangnya kenapa jika dia terus membaca buku? Memangnya mengapa, sehingga dia harus mengerjakan pekerjaan rumah? Memangnya kenapa jika dia terus berlagak seperti orang cerdas? Semua orang di luar sana bisa menikmati hal yang disukainya sepuasnya. Semua anak lain di kelasnya tak pernah terus dipanggil ibunya setiap lima menit sekali, hanya untuk mengambilkan sendok, gunting, pisau, atau apapun itu. Mengapa ibunya selalu ingin mengganggunya?
"Mengapa tidak boleh? Yang lain bisa belajar dengan bebas, dibelikan oleh orangtuanya buku, bahkan banyak yang me-" Ucapan gadis itu terhenti begitu tamparan keras mendarat pada pipi kanannya. Kepalanya berdenging, perlahan rasa nyeri merambat pada pipinya. Dia terdiam seribu bahasa.
"Kurang ajar. Aku tak pernah membesarkan kau untuk menjadi orang tak beradab. Terus saja pergi dengan teman laki-lakimu. Mungkin kau ingin belajar menjadi pelacur." Rasa nyeri di pipinya kini tidak sebanding dengan nyeri di dadanya. Dia bukan belajar menggoda pria atau apapun itu. Dia belajar. Belajar tentang kehebatan alam semesta ini dengan Senku. Dia tidak belajar menjadi pelacur. Dia tidak pernah mau menjadi pelacur, oleh karena itu dia terus belajar dengan penuh ambisi. Mengapa ibunya tidak mau mengerti?
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
أدب الهواة"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...