Selama hidupnya, dia juga mempertanyakan tentang apa itu cinta?
Orang-orang selalu berkata seolah cinta akan tetap selama-lamanya. Sesuatu yang tak akan tergantikan. Sebuah bara api yang tak pernah padam meski diterpa hujan dan diselimuti waktu.
Dia tak pernah merasakan yang seperti itu.
Seumur hidupnya dia tak pernah merasakan cinta. Di sekolah menengah dia bahkan bosan pada pacarnya dalam waktu bulan. Di kuliah rasa tertarik itu bahkan hanya bertahan beberapa minggu. Begitu bekerja dan dewasa, rasa sukanya hilang begitu dia menghabiskan malam dengan pria itu. Jika begini terus, dia tidak akan hidup dengan rasa hampa. Dia akan hidup dengan kegagalan untuk menjadi manusia.
Dunia kerja selalu tidak adil bagi perempuan. Sebagai pelampiasan tekanan yang dia terima di lingkungan kerja, dia akan terus pergi ke tempat itu setiap malam. Tempat yang tak begitu bagus, tetapi tempat yang sangat sesuai untuk orang sepertinya. Di sini dia merasa seperti seorang manusia, semua manusia di sini juga sama sepertinya. Semua menghabiskan malam bersama, kemudian saling melupakan.
"Apa jadinya kau? Pelacur seumur hidupmu?"
Tamparan itu melayang di wajahnya. Mengapa wanita tua itu terus memukulinya? Ini semua bukan salahnya. Ini adalah salah darah kotor yang ada di tubuhnya. Salah wanita tua yang dulunya pelacur itu. Mengapa seorang pelacur memiliki harga diri untuk melahirkan seorang anak?
Tetapi yang menilainya seperti itu bukan hanya wanita tua ini. Seluruh masyarakat menatapinya seperti itu. Pada zaman ini, yang tidak kunjung menikah hanyalah wanita yang 'tidak laku' dan yang 'tidak benar'.
Kemudian dia sudah membulatkan tekadnya. Dia harus bisa menjadi manusia normal sesungguhnya. Dan di situ, di tempat itu, dia menghabiskan malamnya dengan orang yang harus dia habiskan seumur hidupnya bersama. Pria itu tampan nan tinggi semampai. Dia mapan dengan cara berbicara layaknya orang cerdas. Dan pada akhirnya dia menikahi pria itu.
Awalnya semua berjalan dengan lancar, dia bisa bebas dari wanita tua itu, dia memegang kendali uang yang cukup besar, dan pria itu cukup memuaskan dengan wajah tampannya. Tetapi, setelah tiga bulan dia mulai merasa bosan. Setelah enam bulan, dia merasa sangat bosan hingga rasanya dia akan muntah, seperti meminum air secara terus menerus. Tetapi, setelah kehadiran anaknya, dia mengira rasa bosan itu akan hilang.
Perkiraannya salah. Mengurus anak perempuan ini jauh lebih memuakkan. Dia mengulang kegiatan yang sama setiap harinya. Memasak, menyuapi makan, mencuci baju, merapikan pakaian, memandikan, menyuapi makan, mengganti popok, semua itu dilakukan dengan repetitif hingga suatu hari dia sungguhan menemui dirinya muntah di dalam toilet, dengan air mata yang berlinang frustasi.
Tanpa sadar, dia melampiaskan semua rasa muak itu pada sang Anak. Pelampiasan itu dimulai dari skala kecil. Mulai dari cubitan di paha, pukulan di lengan, hingga jambakan di rambut cantik itu. Ketika dia baru saja menampar wajah sang Anak yang menumpahkan makanan, dia jatuh tersimpuh. Dia menatapi wajah bingung sang Anak kemudian matanya mulai mengucurkan air mata.
Mengapa semua ini seperti ini? Mengapa dia berakhir menjadi wanita tua itu? Mengapa... dia menjalani hidup yang sama seperti ibunya? Mengapa anak ini menjadi dirinya?
Hari itu, dia menangis bersujud di depan anaknya. Air matanya tak berhenti mengalir. Isakannya tak dapat dipendamnya lagi. Anak itu turut menangis bersamanya, memeluk kepala yang terus dipukuli olehnya sedari tadi.
"Kau seharusnya sadar di mana kau menemukanku!"
Matanya berkedut dengan kesal, pipinya berdenyut seperti terbakar. Apa katanya? Harus sadar dimana dia menemukan pria itu? Karena dia menemukannya di tempat prostitusi, jadi dia tak bisa berharap pemuda itu akan berhenti pergi ke sana? Bahkan setelah dia memiliki anak dengannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
Fanfiction"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...