"Oh, [Name], Senku!" Sang Gadis menoleh kala mendengar namanya disebut. Di sana dia melihat Takamura datang mendekati mereka. Gadis itu melambaikan tangannya, "Yo, bro~"
"Kalian sedang kencan?"
"Dasar sialan. Aku bersyukur tidak harus melihatmu lagi setelah lulus." Gadis itu menghela napasnya malas sembari menaikkan kacamatanya menggunakan jari tengah. Pemuda ini salah satu panglima dari kelompok shipper [Name] dan Senku. Iya, orang yang sangat menyebalkan.
Musim dingin sebentar lagi akan segera berakhir dalam hitungan hari. Bulan Maret ini akan menjadi bulan terakhirnya menyandang status sebagai pelajar SMP. Waktu terasa berlalu begitu cepat, terlalu cepat. Mungkin karena dia sudah terlalu banyak bersenang-senang selama tiga tahun ini.
"Kalian menonton apa? Biar kutebak, film fiksi sains apa yang sedang tayang sekarang... Interstellar?" Pemuda itu menekuk-nekuk lehernya kemudian ikut duduk di meja [Name] dan Senku.
"Kekeke... Bukan. Kami sudah menonton itu empat kali." Senku terkekeh perlahan.
"Gila."
"Kami menonton Doraemon." Ucap Senku memamerkan tiket mereka serta poster yang mereka dapatkan sebagai hadiah dari pembelian tiket tadi. Beruntung sekali mereka belum kehabisan. Mereka sudah ketinggalan tiga hari karena filnya tayang hari Rabu.
"Nobita dan pahlawan luar angkasa!" Seru [Name] turut memamerkan poster miliknya juga.
"Doraemon? Akhirnya kalian terlihat seperti anak sekolah menengah pertama yang normal." Ujar Takamura kemudian tertawa cukup kencang. Pemuda ini cukup berisik.
"Kau menonton apa?"
"Kaze ni Tatsu Raion." Sebutnya penuh bangga. Itu film dokumenter dari seorang dokter Jepang yang bekerja di Afrika. Cukup menarik. Awalnya mereka ingin menonton film itu juga setelah Doraemon. Film itu baru saja tayang tepat hari ini. Wah, dia sangat mendedikasikan hidupnya untuk menjadi dokter.
"Seperti yang diharapkan dari dokter di masa depan."
"Ohohoho~"
"Dasar songong." Cibir [Name] melihat pemuda itu kini semakin besar kepala saat dipuji. "Kau tidak seharusnya memujinya begitu, Senku."
"Tetapi, kalian ini sungguhan sedang kencan. Jujur saja." Pemuda yang duduk di seberang mereka mengedipkan matanya genit, tersenyum nakal.
"Kau sungguhan mau dibunuh?" Gadis itu mengusap rambut pendeknya ke belakang kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. Rambutnya sudah sepanjang hidung karena belum dipangkasnya, sepertinya tidak akan dipangkasnya lagi.
"Kau menyakiti hati Senku, loh. Sedari tadi cuma kau yang menyangkal, loh~"
"Ayo kita beli official merchandisenya sekarang saja. Jangan buang-buang waktu disini." Senku segera berdiri dari duduknya. Dengan segera, [Name] ikut berdiri dan menjulurkan lidahnya sebelum berlari kecil menghampiri Senku.
"Senku, telingamu merah!"
"Apaan sih, sialan?"
===============★===============
"Kau mau pergi mengambil Tungsten?" Tawar Senku sembari menyodorkan satu set perlengkapan tambang-menambang. [Name] mengerutkan dahinya kemudian mendelik kesal.
"Ogah."
"Kalian bertengkar?" Telinga [Name] cukup tajam untuk mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Chrome meski dia sudah cukup jauh. Senku mengabaikan pertanyaan yang keluar dari mulut rekannya kemudian memakai peralatannya. Saat mendekat, wajah senyum licik Gen membuat gadis itu mengerang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
Fiksi Penggemar"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...