"Senku, [Name], aku membeli kue! Ada sebuah toko kue yang baru buka di samping stasiun dan aku penasaran. Senku tidak sebegitunya suka makanan manis, tetapi begitu ingat [Name] akan datang, aku membelinya!" Byakuya membuka pintu kamar Senku dengan sebuah kotak yang berisi makanan manis di dalamnya.
Pria paruh baya itu tampak terkejut melihat [Name] yang memiliki luka lebam di wajah dan lengannya. Dia kemudian menghampiri Senku dan [Name] yang sedang membuat gunung berapi kecil sebagai bahan eksperimen mereka kali ini. Dia menatap khawatir kepada gadis itu, bawah mata sang gadis tampak memerah yang tentunya karena terlalu banyak menangis.
"Dia terjatuh tadi kemudian menangis." Ucap Senku memberi penjelasan pada Byakuya, yang tentunya langsung Byakuya ketahui tidak benar. Alasan yang diberikannya cukup jelek, jatuh semacam apa yang membuat luka lebam pada pipi anak kecil?
"Dia juga takut ibunya akan marah karena kecerobohannya." Penekanan yang diberikan oleh anaknya cukup untuk membantu Byakuya memahami situasi saat ini.
"Kau tidak apa-apa, [Name]?" Pria itu mengusap pucuk kepala [Name] perlahan, penuh rasa sayang. Hatinya sedih melihat gadis itu terluka seperti itu.
"Oke kok, Byakuya-san." Gadis berusia sembilan tahun itu tersenyum manis menatap pria itu.
"Aku akan mengambilkan kue strawberrynya untukmu. Tunggu disini ya."
"Byakuya-san, kau tidak perlu repot-repot. Sungguh, aku jadi tidak enak."
"Hm? Aku sudah sengaja membelikanmu loh. Bukankah lebih jahat jika tidak kau makan?" Setelah itu pria itu pergi keluar dari kamar kemudian kembali dengan tiga piring yang berisi masing-masing satu potong besar kue strawberry. Rasa puas timbul di hatinya begitu melihat gadis kecil itu sangat menikmatinya.
Hari sudah menggelap, dan Byakuya gelisah memikirkan apa yang harus dilakukannya sembari menonton keberhasilan eksperimen kedua anak kecil itu. Apakah dia harus mengembalikan anak itu atau membiarkannya tinggal? Tetapi, bisa saja dia dibilang menculik. Tetapi, dia khawatir jika gadis itu kembali. Dia tidak tahu pasti masalah apa yang terjadi, meski begitu dia tahu pasti gadis itu akan kesusahan jika kembali.
Di saat itu, bel apartemennya berbunyi, membuatnya terperanjat dari lamunan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum akhirnya pergi meninggalkan kamar anaknya. Dia membuka pintu apartemennya, menemukan seorang wanita dewasa yang sama dengan yang pernah menjemput [Name] enam minggu yang lalu.
"Wah, pas sekali anda datang. Saya sedari tadi bingung. [Name] terjatuh hingga melukai wajah dan tangannya. Dia takut anda akan memarahinya karena ceroboh begitu pulang." Byakuya menatapi tajam wanita yang masih tergolong muda itu. Dia belum menginjak kepala tiga. Wajah pria berkumis tipis itu menampilkan senyum yang sama jenisnya dengan yang dipakai oleh ibu [Name], senyum formalitas.
"Terimakasih Byakuya-san, maaf anak saya sudah sering mengganggu anda." Suara wanita itu terdengar sangat lembut.
"Tidak sama sekali~ Dia tidak merepotkan sama sekali~ Minat belajarnya sangat bagus. Tunggu sebentar, saya akan memanggilkan [Name] karena sudah cukup malam." Byakuya melangkah masuk, tidak mempersilahkan sang ibu untuk ikut masuk. Dia menghampiri kamar anaknya, mendekati gadis kecil itu, berlutut kemudian mendekapnya dengan lembut.
"Kau dijemput, [Name]. Ingatlah, kau selalu bisa kesini kapanpun. Password pintunya adalah kecepatan rotasi bumi dalam satuan kilometer per jam. Kau bisa tahu siapa yang mengaturnya bukan?" Pria itu berbisik di telinganya kemudian mendengar tawa kecil si gadis.
Dia kemudian mengantarkan gadis itu ke depan pintu, mengantarkannya kembali pada sang ibu. Setelah mengucapkan kata perpisahan, pintu itu tertutup. Byakuya mengusap wajahnya kasar, dia cukup khawatir.
![](https://img.wattpad.com/cover/358996377-288-k656570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
Fanfic"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...