"Ugh... Aku mual." [Name] menjatuhkan wajahnya ke atas meja setelah sukses mengirimkan laporan penelitian mereka melalui surat elektronik. Dia kemudian menghadap ke samping, menatapi pemandangan di luar jendela perpustakaan. Langit sudah memiliki warna kemerahan dan biru tua, cahaya matahari tampak dipantulkan oleh kaca bangunan di sekitar, menciptakan nuansa yang hangat.
Kedua sudut bibir sang Gadis terangkat saat matanya menangkap sang Bulan yang sudah mulai menunjukkan diri dengan samar. Dunia ini, pada detik ini, terlihat sangat cantik. Semua rasa mualnya setelah melihat data di layar komputer sudah sirna.
"Mengapa penelitian harus ada laporan. Tidak, mengapa laporan harus memiliki format. Seharusnya laporan itu mencatat yang penting saja. Yang diperlukan itu hanya hasil dan kesimpulan!" Gadis itu bergumam kesal sembari melonggarkan dasinya. Kemudian menoleh ke arah Senku yang sedari tadi menoleh ke arahnya.
Mata krimson itu tampak lebih indah di bawah cahaya jingga yang hangat. Ditatapi oleh mata itu, mendadak sang Gadis merasa canggung entah mengapa. Dia kemudian menepuk tangannya dengan nyaring dan berdiri. Dia menggapai almamater sekolah yang tergeletak di meja samping, lalu mengenakan jas itu. [Name] mengusap rambut pendeknya ke belakang, mendorong kacamatanya ke posisi semula, kemudian meletakkan tangannya di pinggang.
"Kau tidak mau pulang?"
"Aa... Ayo pulang." Senku kemudian ikut berdiri, menyampirkan tas miliknya ke punggung kemudian berjalan mengikuti [Name]. Setelah mengunci perpustakaan, keduanya menghampiri laboratorium di perjalanan, kemudian mengunci pintunya seperti yang disuruh oleh guru mereka tadi. Begitu tiba di lapangan sekolah, gadis itu mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi kemudian berseru, "Ice cream, tunggu aku!"
"Dasar sinting."
Kaki sang Gadis mengayun dengan ringan setiap langkahnya. Mulutnya tak henti bersenandung dengan riang, kepalanya sedari tadi tak pernah tertunduk, terus menatapi langit senja yang sangat mempesona. Tangannya digenggam erat oleh Senku, pemuda itu pasti tidak mau [Name] mati tertabrak mobil karena terpesona oleh langit. Kemudian, tangannya ditarik kencang ke arah kanan begitu mereka sudah tiba di destinasi mereka.
"Ice cream vanila satu, yang coklat satu." [Name] bisa mendengar pesanan yang diucapkan oleh Senku. Gadis itu terus menghadap ke langit, tak sanggup memalingkan kepalanya. Saat pipinya merasakan sensasi dingin, barulah gadis itu menoleh ke samping, mendapati Senku yang tersenyum jahil. Tangan pemuda itu menyodorkan cone ice cream rasa vanila yang baru saja ditempelkan di pipi sang Gadis.
"Dasar sinting. Jika aku tidak ada, kau akan terjun ke tengah jalan sambil terus mendongak?" Senku terkekeh kemudian memakan es krim miliknya. [Name] mengusap pipinya sembari mengerucutkan bibirnya.
"Jadi, siapa orang yang kau tolak hari ini?" Tanya [Name] kemudian turut menikmati es krim yang sudah diterimanya.
"Tidak kenal." Jawab Senku kemudian mulai melangkah lagi. [Name] mengikuti langkah pemuda itu di belakangnya, memandangi punggung sang Ilmuwan .
"Katanya kau menolaknya dengan marah. 'Aku sedang sibuk dengan penelitian. Kau membuang waktuku. Waktu yang kuhabiskan mendengar omong kosong ini seharusnya dapat kupakai untuk mengerjakan tiga soal fisika.' Katanya kau meracau begitu. Kau benar-benar brengsek ya." [Name] terkekeh geli saat mendengar helaan napas panjang dari Senku. Kini mereka menuruni tangga, memasuki stasiun bawah tanah.
"Oh iya, kau tahu? Katanya si Taiju akan menembak Yuzuriha." Ucap [Name] lagi sembari menunggu kereta mereka tiba. Es krim di tangannya sudah habis dalam waktu sebentar.
"Orang dungu itu sudah berkali-kali akan menyatakan perasaannya, tetapi selalu gagal." Senku terkekeh perlahan.
"Hahaha! Padahal mereka saling menyukai." [Name] mengangkat kedua bahunya sembari menggelengkan kepalanya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opportunity [I. Senku x Reader]
Fanfiction"Meski Merkurius lebih dekat dengan matahari tetapi Venus memiliki temperatur yang lebih panas. Kok bisa begitu? Terdengar keren!" Tanya gadis itu antusias. Matanya berbinar-binar kala mendengarkan ocehan dari anak laki-laki dengan sejuta pengetahua...