KEHILANGAN

189 8 0
                                    

Seorang wanita bernama Kirani Luna sedang menangis di hadapan dokter dan beberapa staff medis di hadapannya, ketika salah satu dari mereka menyampaikan berita yang menghancurkan hati Kirani seketika itu juga. Harapannya hilang, setengah jiwanya pergi sehingga dia tidak sanggup lagi untuk berdiri. Pria berjas putih itu baru saja mengatakan bahwa suaminya tidak bisa diselamatkan. Pria itu mengatakan sudah berusaha semampunya untuk menyelamatkan sang suami.

"Saya mohon coba sekali lagi selamatkan suami saya Dok! Anak saya masih terlalu kecil untuk kehilangan seorang ayah! Tolong Dok... saya mohon," ucapnya memelas.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Bu." Dokter itu menjawab dengan sabar, "dimohon Ibu langsung mengurus administrasinya dan juga dokumen kematian suami Ibu," katanya lagi.

"Enggak Dok! Suami saya enggak boleh meninggal!" Kirani kembali histeris, "saya enggak punya siapa-siapa lagi selain suami saya Dok! Coba sekali lagi selamatkan dia!" Tangan Kirani menarik-narik lengan dokter tersebut seolah memaksa untuk menyelamatkan suaminya.

Tentu saja Kirani dilanda panik karena kehilangan suaminya. Bahkan anaknya belum genap berusia satu tahun, sedangkan dia sendiri adalah seorang yatim piatu tanpa saudara. Salah satu teman dekat Kirani berusaha untuk menenangkannya, dia adalah Nina, tetangganya. Wanita beranak satu itu menangis di pelukan Nina. Tidak ada yang bisa Nina lakukan kecuali mengusap punggung temannya itu. Wanita itu seolah tahu hidup Kirani akan lebih menderita tanpa suaminya. "Yang sabar ya Ra," lirihnya pelan.

Kirani semakin menangis tersedu mendengar hal tersebut. Kalimat Nina semakin meyakinkan dirinya bahwa sang suami benar-benar sudah pergi meninggalkannya seorang diri. Bagaimana dia bisa melanjutkan hidupnya tanpa orang yang dia cinta dan mencintainya?

"Aku pasti mimpi kan Nin? Aku enggak kuat Nin kalau ini beneran...."

"Please Ra jangan ngomong begitu. Inget Harry, anak kamu... dia masih butuh kamu Ra," ucap Nina getir.

Tiba-tiba sebuah suara histeris lain menghentak keduanya. "Ya ALLAAAH... mana Wisnu?! Di mana Wisnu anak saya, hah?!" Ibu mertua Kirani, alias ibu dari suami Kirani datang dengan ekspresi yang marah. "Kamu emang enggak pernah becus ngurus suami! Kenapa bisa sampai terjadi kecelakaan beginii?? Astagaaa KIRANI!" Wanita paruh baya itu masih saja mengomel seolah tidak mempedulikan air mata yang berjatuhan di pipi menantunya.

Nina berdiri dan menghadapi ibu mertua temannya, "Ibu... mohon sabar ya Bu, tapi Mas Wisnu baru saja dikabarkan sudah enggak ada, dokter sudah berusaha menyelamatkannya tapi Tuhan berkehendak lain," ujar Nina setenang mungkin, padahal hatinya sangat dongkol dengan sikap ibu mertua Kirani itu.

Mata ibu mertua Kirani membelalak, ekspresinya marah seolah tidak terima dengan kematian anaknya. Demikian juga sang ayah mertua yang baru saja datang tergesa dan mendengar penjelasan dari Nina. Mereka berdua tidak mau menerima bahwa anaknya me meninggal sebagai korban tabrak lari. "Terus kamu kenapa enggak lapor polisi, huh? Istri macam apa kamu, Kirani!" Sang ayah mertua mengomelinya sementara ibu mertua menghambur ke dalam ruangan untuk melihat jenazah Wisnu.

Kirani tidak bisa berkata-kata mendengar tuduhan ayah mertuanya. Bukan dia tidak mau lapor polisi, hanya saja dia mendahulukan keselamatan suaminya. Dia berniat untuk melaporkan kejadian ini pada polisi setelah urusan suaminya selesai. Namun, apa mertuanya melihat itu? Tentu saja tidak. Seperti biasanya apa saja yang Kirani lakukan terhadap anak mereka selalu saja salah.

"Saya akan lakukan itu setelah selesai mengurus Mas Wisnu, Pa," sahut Kirani sambil melangkah masuk ke ruangan di mana Wisnu terbaring. Air matanya tidak berhenti mengalir melihat tubuh suaminya yang terbujur kaku dan dingin. Kirani membelai pipi suaminya, lalu menciumnya lembut sambil berbisik mengucapkan selamat jalan, "semoga tenang di sana, Mas. Aku dan Harry pasti akan baik-baik saja."

KIRANI, JANDA CANTIK ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang