RASA PENASARAN EVAN

43 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kirani masih bicara di telepon selularnya ketika pintu lift terbuka dan Evan berada di dalamnya. Sebetulnya Kirani enggan untuk masuk dan basa basi menyapa pria dingin itu. Namun, kakinya sudah terlanjur melangkah masuk dan membuat Kirani terpaksa berdiri membelakangi Evan. Ada lima orang di dalam lift. Kirani yang paling dekat dengan tombol-tombol lift. "Mama di dalam lift ya, mungkin teleponnya akan terputus. Nanti Mama sambung lagi, oke." Kirani mematikan ponselnya dan menyimpannya di dalam tas.

"Anak kamu udah nungguin, Kira?" tanya Nurin, kolega Kirani di bagian administrasi.

Kirani tersenyum sembari mengangguk. "Iya." Dia menjawab singkat.

"Anak kamu umur berapa?" tanya Nurin lagi.

"Enam tahun," jawab Kirani singkat.

"Kalau kamu kerja gini, suami kamu juga kerja, dia di rumah sama siapa? Sama kakek neneknya? Atau sama mbak?" tanya Nurin beruntun. Belum sempat Kirani menjawab, "eh by the way suami kamu kerja di mana? Sekarang kamu dijemput atau pulang sendiri?" Nurin sudah memberikan pertanyaan lain lagi.

Evan berdeham keras sambil berpura-pura batuk. Alhasil membuat semua yang ada di lift menoleh padanya sambil menyapa, "Pak Evan...."

Kirani menoleh sesaat dan bersyukur Nurin lupa pada semua pertanyaannya.

"Sorry, batuk." Evan membalas dengan suara yang diberatkan.

Di lantai lobby, pintu lift terbuka dan Kirani beranjak keluar. Evan ikut keluar lalu mengejar langkah Kirani yang lumayan cepat. Dia menyentuh bahu Kirani sekali, "Wait...." Dia reflek berbahasa Inggris karena bingung harus berkata apa.

Kirani menghentikan langkahnya dan menoleh. Dia cukup terkejut ketika tahu bahwa Evan yang menegurnya. "Ya Pak?"

"Ehm, kamu Kirani Luna, kan?"

Dahi Kirani mengkerut, "Be—nar. Ada apa ya Pak?"

"Tadi pagi kita ketemu di jogging track Advance City Residence... itu benar kamu kan?"

"Saya rasa iya."

"Kalau gitu arah pulang kita sama. Gimana kalau kita bareng aja?"

Kirani memandang ke sekitar. "Apa itu enggak akan mengundang gosip nantinya?"

"Siapa masih peduli gosip hari gini?" Evan memaksakan diri untuk melucu, tapi canggung.

Kirani terkekeh ringan. Lalu dia menggeleng, "Lebih baik saya pulang sendiri. Tapi terima kasih tawarannya, Pak," ujar Kirani sambil memutar tubuhnya dan melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar dengan cepat.

"Eeh...." Evan tertegun sesaat dan tidak jadi mengejar wanita itu ke pintu keluar.

Sejak kapan Evan Barry Onneil ngejar-ngejar cewek? Batinnya berpikir. Tapi sejak kapan juga ada cewek nolak diantar pulang olehnya? Kirani Luna benar-benar sudah membuat seorang Evan penasaran dan semakin ingin kenal lebih jauh lagi.

KIRANI, JANDA CANTIK ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang