O9

948 58 0
                                    

Keesokan harinya, Hellen dan Gilang sedang membuat kue bersama di dapur, karena hari ini tanggal merah, sekolah Gilang juga di liburkan.

"Gilang! Ambilin susu putih di kulkas!"

"Sebentar kak!"

Gilang berjalan menuju kulkas dan mengambil sebotol susu putih, lalu memberikannya pada kakaknya. Hellen menerimanya, lalu menuangkan susu itu ke dalam adonan kue mereka.

Hellen sedang mengaduk adonan kue itu menggunakan tangannya.

Sedangkan Gilang berdiri di sebelah Hellen sembari memperhatikan adonan yang di aduk oleh kakaknya.

"Kak, gue jadi keinget dulu mama sering bikin kue cookies kayak gini juga.." lirih Gilang.

Hellen tersenyum sendu. Ia juga merasakan hal yang sama. Dulu setiap hari libur, mama mereka selalu sempat membuatnya cookies seperti ini. Dan sepertinya sekarang, Hellen yang menggantikannya.

"Iya, gue bakal coba ikutin resep mama, Lang." jawab kakaknya itu.

tokk! tokk!

Terdengar ketukan pintu dari luar rumah mereka.

"Gilang, bukain dulu dong, gue lagi ngaduk ini, tangan gue kotor." kata Hellen sembari masih sibuk dengan kegiatannya.

"Oke." kata Gilang lalu mulai berlalu dari dapur.

Pria itu membuka pintu rumahnya.

"Iya, siapa-"

"Bang Davin?!" histeris Gilang langsung.

Hellen yang mendengar teriakan itu pun menghela nafasnya, pria itu kembali lagi kesini ternyata.

Davin yang merasa asing dengan pria didepannya ini pun mengerutkan dahinya.

"Hmm maaf? Ada Hellen?" tanya Davin.

Gilang yang masih shock itu hanya diam menatap Davin kagum. Davin jujur merasa sedikit tidak nyaman di tatap seperti itu.

Hellen keluar dari dapur setelah mencuci tangannya.

"Davin?" Suara itu membuat Davin menoleh kedalam rumah itu. Hellen melihat Davin tengah berdiri didepan pintu rumahnya itu.

Perhatian Hellen berpindah pada Gilang, adiknya itu malah terus menatap Davin sampai tidak berkedip. "Woy Gilang!"

Gilang tersadar, ia menoleh kearah kakaknya yang berada di depan dapur.

"K-kenapa kak?"

"Cetak adonannya cepetan! Bukannya ngeliatin Davin kayak gitu." kata Hellen.

"Oke, kak!" balasnya lalu berjalan menuju dapur.

Davin pun reflek masuk kedalam rumah Hellen.

"Maafin adik gue ya, dia memang ngefans banget sama lo." kata Hellen dan Davin mengangguk saja walau sebenarnya sedikit terkejut.

Sekarang mereka berdua tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Ada apa lo kesini? Ada jadwal photoshoot lagi?" tanya Hellen.

Davin menggeleng. "Gapapa, gue cuma bosen di mansion."

Mendengar kata 'mansion' membuat Hellen terkejut. "Mansion? Lo tinggal di mansion?"

Pria itu mengangguk.

Hellen terdiam, pria di hadapannya ini sangat kaya, ia yakin kekayaan Davin tidak akan habis hingga 7 keturunan berikutnya. Apa coba yang tidak di miliki pria itu?

"By the way, lo liat komentar di postingan itu gak?"
tanya Davin penasaran.

Hellen mengangguk mengerti maksud Davin. "Iyalah! Gue selalu liatin komentar kayak gitu."

Partner With Benefits ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang