23

640 39 0
                                    

tokk tokk

Ketukan pintu membuat Gilang berdecak malas. Dengan langkah pelan Gilang menuju kearah pintu masuk dan membuka pintu tersebut.

Betapa terkejutnya ia melihat Davin tengah menggendong kakaknya yang terlihat terlelap itu.

"Loh? Bang Davin? Kakak gue kenapa??"

Davin pun menghela nafasnya. "Ketiduran, tadi dia udah bangun, tapi minta di gendong."

"Kak, gue tau loh ya muka pura-pura tidur lo." kata Gilang menatap kakaknya yang berada di gendongan Davin tersebut. Gadis itu terlihat menenggelamkan kepalanya diceruk leher Davin.

"Diem, gue cape, gak kuat jalan." balas Hellen tapi masih dengan mata yang tertutup. Suaranya terdengar lemah.

"Najis banget, Bang Davin make nurut aja lagi."

"Yaudah, bawa masuk aja, bang." kata Gilang lalu mempersilahkan Davin dan juga Hellen di gendongannya untuk masuk.

"Bawa aja dia ke kamarnya, bang." titah Gilang karena sepertinya ia malas dan tidak mau di ganggu saat ini.

Davin hanya berdeham sebagai jawaban.

Davin berjalan ke kamar di lantai 2, disana ada 2 kamar bersebelahan.

"Kamar gue yang sebelah kanan." kata Hellen seolah menyuruh Davin untuk membawanya ke kamar itu.

"Iya, udah lo tinggal diem aja."

Ketika sampai di kamar itu, Davin membaringkan Hellen di ranjang tersebut. Ketika Hellen sudah berbaring disana, Davin menatap gadis itu lekat. Sangat cantik ternyata kalau gadis itu sedang tertidur.

Hellen tiba-tiba membuka matanya. "Jevano.." panggilnya. Davin pun menoleh kearah Hellen, "Ada apa lagi?" tanyanya.

"Lo bisa gak malem ini, tidur disini aja?" tanya gadis itu entah sadar atau tidak.

Pria itu terkekeh. "Ahahahah, gue gak yakin kuat kalau tidur seranjang bareng lo. Yang pasti gak bakal tidur doang." Davin mengubah posisinya menjadi berjongkok di dekat kasur Hellen.

Hellen menatap pria itu, lalu tersenyum tipis.

"By the way, terima kasih buat hari ini. Gue ngerasa ngerepotin lo sebenernya."

"Gak usah ngerasa ngerepotin, malah gue yang harus berterima kasih sama lo. Hari ini, termasuk hari terbahagia gue, karena bisa ngehabisin waktu gue bareng lo." balas Davin, tidak lupa dengan senyumannya yang membuat matanya membentuk bulan sabit itu.

"Intinya terima kasih.." kata Hellen lagi.

Davin pun mengelus kepala Hellen lembut.

"Kalau gitu, gue pamit ya. Tidur aja langsung kalau memang lo kecapean, besok jadwal kita masih kosong, gue harap lo istirahat yang cukup."

Hellen tersenyum lalu mengangguk. "Hati-hati ya di jalan."

"Pasti." Davin berdiri lalu berjalan keluar dari kamar Hellen, tidak lupa ia menutup pintu itu.

Davin berjalan kelantai bawah, saat berjalan di tangga ia melihat Gilang tengah bermain game di ponselnya---duduk di sofa ruang tamu.

Pria itu memutuskan untuk menghampiri Gilang dan duduk di sebelah adik dari Hellen itu.

Gilang yang menyadari kedatangan Davin pun lantas menghentikan aktivitasnya lalu menoleh kearah Davin. "Ada apa, bang?? Kak Hellen udah tidur?"

Davin mengangguk sebagai jawaban. Lalu ia berkata, "Lo beneran gak inget, Lang? hari ini hari apa??"

Partner With Benefits ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang