25

658 39 1
                                    

"Baguslah, jangan pernah menghapusnya." kata Davin lagi.

Pria itu hendak mendekatkan wajahnya pada wajah Hellen lagi, tapi panggilan dari ponselnya membuat Davin menghentikan pergerakannya dan berdecak.

"Ck, menganggu saja!" Davin menjauhkan dirinya dari Hellen, lalu mengambil ponselnya yang berada di saku celananya.

Lantas Hellen pun mengubah posisinya menjadi duduk lalu membenarkan bathrobenya, dan menalikannya dengan benar.

Jadilah mereka duduk bersebelahan di ranjang Hellen.

Davin terlihat mengangkat panggilan tersebut.

"Ada apa?"

"Pak Davin, kemarin bapak memanggil saya?"

"Hmm, temui saya di gedung CH siang ini."

"Baiklah, di ruangan bapak?"

"Tentu."

"Siap, pak. Terimakasih."

Panggilan terputus. Hellen dengan kekepoannya itu langsung bertanya.

"Siapa itu?"

"Gian, gue harus nemuin dia siang ini."

Hellen hanya mengangguk mengerti, pasti karena masalah kemarin.

"Maaf, gue harus pergi sekarang ke CH, atau lo mau ikut?"

Gadis itu terlihat menggeleng. "Gak mau ah, gue mau di rumah aja."

"Oke, gue pergi dulu." Davin berdiri. Hellen pun mengangguk mengiyakan.

••••

"Sheyna gak sekolah?" tanya Gilang pada salah satu teman cewek dikelasnya. Pria itu baru sampai dikelasnya lagi saat ini.

Gadis berambut pendek itu menggeleng. "Engga, dia izin, dia kerja full hari ini."

Gilang tampak mengerti. "Oalah, oke, terimakasih." pria itu pun beralih duduk saja di bangkunya.

Sayang sekali, padahal Gilang ingin mengatakan sesuatu pada gadis itu. Ini tentang kakaknya, saat ia hendak mengambil bukunya yang tertinggal dirumah tadi, ia tidak sengaja mendengar sesuatu dari kamar kakaknya.

"Davinhhh..."

"Katrina, jangan pernah menghapusnya."

"Jika kamu yang membuatnya, aku tidak akan pernah menghapusnya."

Kata-kata itu terus berputar-putar di kepala Gilang. Apa ia salah dengar? Tapi tidak mungkin! Ia dengan jelas mendengar kakaknya itu mendesah!

Apakah idola dan kakaknya itu memiliki hubungan lain selain rekan kerja? Yang jelas Gilang harus menyelidikinya mulai dari sekarang.

"Gilang!"

Gilang yang pikirannya tengah berperang itu lantas menoleh kesumber suara yang memanggilnya. Terlihat seorang gadis berambut panjang dan ber makeup itu menghampirinya.

"Lo bener-bener gila ya! Mana Angga gue?! Lo apain dia sampe dia gak sekolah!?" sewot gadis yang tidak Gilang kenal itu.

"Lo siapa sih?" refleks Gilang.

Gadis itu menghela nafasnya kasar. "Gue Luna, ceweknya Angga!"

Gilang memutar kedua bola matanya malas. Ia berdecih, saat tau ternyata Angga memiliki kekasih, harusnya jika Angga memiliki kekasih, pria itu tidak sepantasnya melecehkan kakaknya.

"Sekali lagi gue tanya, apa yang lo lakuin sampe Angga gak sekolah hari ini?!" mata gadis itu terlihat berkaca-kaca, sepertinya ia sedih juga kesal.

"Setau gue, dia cuma di kasih SP 3 kemarin." jawab Gilang seadanya. Lagian ia tidak mendengar apa-apa lagi setelah itu.

Partner With Benefits ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang