Pemotretan selesai.
Ivona dan Felicia menghampiri atasan mereka masing-masing.
"Ini, Hell." Ivona memberikan Hellen sebotol air dingin.
Hellen yang masih menggunakan baju dan riasan untuk pemotretannya itu langsung menerimanya.
Dalam seteguk, setengah dari botol air dingin tersebut langsung habis. Hellen pun mengembalikan botol tersebut ke Ivona.
"Tumben kamu minumnya banyak, Hell. Biasanya setengah botol gabakal abis kalau kamu minum." kata Ivona setelah menerima botol tersebut.
Hellen hanya mampu tersenyum menanggapinya.
"Iyalah, Iv. Gue dari tadi tegang, karena itu gue jadi haus banget." batinnya berkata.
"Yaudah, kamu cepetan ke ruang rias terus hapus itu makeupnya, itu Neisha udah nungguin." titah si manager.
Hellen mengangguk. "Okey."
Model cantik itu langsung berlalu menuju ke ruang rias. Hellen berjalan melewati Davin tanpa mempedulikan tatapan pria itu. Terlihat sekali Davin menatap Hellen dengan intens.
Davin hanya dapat menatap gadis itu sekarang. Untuk merengkuhnya sekarang sangat tidak mungkin. Sebenarnya Davin sangat rindu sosok Hellen. Mendadak ia merasa sangat ingin berbicara dengan gadis yang di hindarinya itu.
Hellen masuk ke ruang rias dan duduk di kursi yang terdapat cermin dihadapannya. Ruangan ini sepi, sepertinya Neisha sedang berada di luar atau mungkin di toilet? Karena ruangannya begitu sepi.
Gadis cantik tersebut sedang berusaha melepaskan softlens dari matanya. Hellen melepaskan kedua softlens itu dengan mudah dari matanya. Ini sudah menjadi kebiasaannya jadi tentu saja Hellen tidak kesulitan sedikit pun.
Setelah selesai menaruh softlens tersebut di tempatnya, Hellen mulai kembali bercermin.
Betapa terkejutnya ia melihat Davin ternyata berdiri tepat di belakangnya. Tatapan Hellen menuju kearah cermin, tepat ke arah mata Davin.
Tatapan mereka bertemu. Hellen dapat melihat kesedihan di mata Davin, namun Davin tak dapat membaca mata si cantik dengan mudah.
Hellen memutuskan kontak mata tersebut lalu menunduk, sebelum akhirnya mulai berdiri dan berbalik badan menghadap Davin.
Jarak mereka cukup dekat. Membuat Hellen memundurkan kursi yang sebelumnya ia duduki menjadi di dorong menjauh. Setelah di rasa jaraknya cukup jauh, Hellen mulai berdiri disana. Menatap Davin dengan tatapan bingung.
"Ada apa? Apakah ada sesuatu?" tanya gadis itu.
Bukannya menjawab. Davin malah terdiam menatap Hellen dengan tatapan sendu, yang entah apa artinya.
"Maaf, jika tidak ada apapun. Di mohon untuk keluar." kata Hellen, muak karena perkataannya tidak di jawab Davin sama sekali.
Davin menghela nafasnya.
"Maaf, bisakah kita membicarakan sesuatu?" tanya Davin.
Jelas Hellen langsung mengerutkan dahinya.
"Membicarakan apa? Cepatlah, aku tidak punya waktu lebih banyak lagi."
Davin tersenyum tipis mendengar penuturan gadis dihadapannya ini.
"Apa kau selama ini sengaja menjauh dariku?"
Pertanyaan konyol. Hellen terkekeh sinis lalu menatap Davin dengan tatapan tajam.
"Menurutmu?"
"Setelah semuanya, kau berani bertanya seperti itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner With Benefits ✓
Fanfiction"Katrin, lets play a game." "What's game?" "Partner with benefits." "What the fuck?" [ Karina yoo x Jeno Lee ] ‼️ANAK KECIL DILARANG BACA‼️ [ ON GOING ] #402 in fanfiction [160424] #1 in karinaaespa [200524] @anothervelvets.