2O

851 50 1
                                    

"Kita mau kemana sih ini? Gak nyampe-nyampe perasaan." gerutu Hellen.

Semenjak dari sekolah Gilang tadi, mereka masih saja di perjalanan. Davin bilang akan mengajak Hellen ke suatu tempat, tapi Davin tidak mengatakan apa-apa bahkan tidak memberitahu tujuannya.

"Diem, lo tinggal duduk doang, gausah banyak protes."

"Siapa yang protes?!" sewot si cantik langsung.

Davin menghela nafasnya. "Engga, lupain aja."

"Gue gak protes ya! Gue cuma nanya kita mau kemana ini, gak jelas!"

"Iya, yaudah maaf." balas Davin pelan. Davin harus mengalah demi Hellen, walaupun sebenarnya ingin sekali untuk membalas perkataan gadis itu tadi.

Hellen kesal, pria di sebelahnya ini kadang sangat menyebalkan.

"Kita sampai." ucap Davin tidak lama dari itu.

Hellen pun mengalihkan pandangannya, ia melihat dari kaca mobil. Davin membawanya ke mall ini? Mall terbesar di kota mereka? Pantas saja sangat jauh, ternyata kesini tujuannya. Tapi untuk apa Davin membawanya kesini?

"Ngapain bengong? Ayo keluar." kata Davin.

Pria itu terlihat keluar terlebih dahulu dari mobil Hellen. Tanpa menunggu lama Davin langsung membukakan pintu mobil itu untuk Hellen.

Gadis cantik itu keluar dari mobilnya.

Mereka berdua pun perlahan berjalan menuju kedalam mall yang sangat luas itu.

"Ngapain lo ngajakkin gue kesini?" tanya Hellen pada Davin yang berjalan di sebelahnya.

"Ini hari ulang tahun lo, lo bahkan gak inget?"

Hellen terdiam. Ulang tahunnya? Benar! Bagaimana bisa ia melupakannya?

"Kok malah lo yang inget?! Ya ampun gue lupa sekarang tanggal 11!"

Davin terkekeh.

"Gue kan memang udah nyari tau banyak tentang lo, jadi gue pasti tau lah ulang tahun lo."

"Hmm terus? Tujuan lo ngajakkin gue kesini?"

"Beli apapun yang lo mau, gue bakal beliin semuanya." jawab Davin. Lantas Hellen melotot tidak percaya. "Beneran? Lo serius mau beliin apapun yang gue mau?"

Davin mengangguk pasti. "Apa gue pernah bohong?"

Dalam diam Hellen merasa sangat senang, ia bisa membeli barang-barang mahal sekarang. Tapi sayangnya sedang tidak ada barang yang diincar oleh Hellen.

"Sebenernya, gue lagi gak mau barang apapun sih, Vin."

"Terus?"

"Gak tau, tapi sayang banget, kita udah nyampe disini soalnya."

Davin pun tersenyum tipis. "Beli aja sesuatu, atau gak lo mau makan dimana?"

"Gue-"

"DAVIN?! HELLEN?!" histeris segerombolan orang yang tiba-tiba datang dan berlari kearah mereka.

Davin dan Hellen lantas menoleh, betapa terkejutnya mereka melihat segerombolan manusia menghampiri tempat mereka berdiri.

"Sial, gue lupa kalau kita termasuk public figure." gumam Davin dan Hellen mengangguk setuju. Keduanya terdiam di tempat, bingung harus bagaimana.

Orang-orang itu berjumlah 12 lah kurang lebih. Mereka semua sekarang berada di hadapan Davin dan Hellen.

"Aku gak nyangka ketemu model terkenal di mall ini! Boleh minta foto gak?"

Partner With Benefits ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang