Dream

115 10 0
                                    

Acara makan berjalan penuh ledekan mulai dari Haechan meledek cream roti Mark yang sudah tak berbentuk sampai julukan poltid untuk polisi tidur.

"Hahahahaha, skate mana yang lo sembah ??" tawa Mark mengundang tatapan bingung pengunjung

"Berisik, malu tuh di lihatin" Jaehe menyumpalkan roti yang di pegangnya ke mulut Mark.

Akhirnya sesi makan roti pun berakhir dengan saling berter.

.
.
.
.
.

Angin malam menyapa, Jaemin sibuk dengan laptopnya di temani secangkir Americano sesekali mendongak menatap langit malam dari balkon kamar Sakuya.

"Ugh..., Abwang"

Jaemin menghampiri Sakuya yang tampak tak nyaman dalam tidurnya, pungung tangannya di letakkan pada plipis sang adik.

"Panas" suhunya lumayan tinggi.

Sedikit tergesa Jaemin mengambil plester penurun panas lalu menempelkannya pada dahi Sakuya.

"Maaf menganggu tapi Sakuya demam tinggi"

"...."

"Terimakasih"

Jaemin mematikan telfonnya dan turun ke lantai bawah untuk mengambil air sambil menunggu Dokter pribadinya datang.

Tak lama bell berbunyi menandakan orang yang di tunggu sudah datang.

Cklek...

"Ayo Om" Jaemin mempersilahkan pria dengan jas putih ber name tag [Choi Siwon] untuk masuk.

.
.

Jaemin mengekori Siwon dengan wajah khawatir selama memeriksa keadaan Sakuya.

"Jadi gimana Om ??" tanya Jaemin saat Siwon selesai memeriksa Sakuya.

Siwon mencatat sesuatu
"Jangan biarkan Sakuya terlalu lama berada di bawah sinar matahari, tidak ada yang serius hanya pastikan dia meminum Vitaminnya"

Siwon menyerahkan botol Vitaminn dan kertas tadi pada Jaemin.

"Terimakasih Om, maaf menganggu malam malam" Jaemin tau Siwon tengah sibuk di rumah sakitnya dan bergegas datang saat Jaemin menelfon.

"Tidak apa, kamu juga jaga kesehatan jadi istirahatlah jangan sampai ikut sakit, Om permisi" pamitnya.
.
.
.
.
.
.
Kedua mata bulat indah itu menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk ke netranya.

Ruangan putih, kicauan burung dan gemersik dedaunan menyapa, satu kata dalam benaknya adalah

Asing.

Tubuhnya ringan seperti tak merasa sakit atau apapun yang sebelumnya dia rasakan.

Langkahnya membawa entah ke mana tapi anehnya saat melangkah ruangan berubah menjadi sebuah taman yang luas dengan tanaman indah dan suasana asri bak di negri dongeng.

"Abang" Sakuya bingung harus ke mana lagi jadi dia hanya mengikuti ke mana kakinya melangkah

Brukk...

Tubuhnya menabrak pungung seseorang dengan pakaian putih sama seperti dirinya

"Are you ok ??" tanya remaja itu menyodorkan lengannya

Sakuya mendongak dan mata mereka bertemu

"Kak Jaehee" Sakuya menerima uluran lengan Jaehee yang juga kaget melihat Sakuya

"Sakuya kok di sini ??" tanya Jaehee

"Gak tau" jawab Sakuya lemas karena memang tak tau menahu.

"Apa ada orang" sorakkan itu membuat keduanya saling pandang

"Di sini" teriak Jaehee karena merasa tak asing dengan suara itu

"Lah, Bang Jaehee sama Sakuya ??" dua orang muncul dari kanan dan dua lagi dari kiri.

"Yushi, Sion ?"

"Riku,Ryo ?"

Akhirnya mereka hanya bisa terdiam mencerna apa yang terjadi, banyak pertanyaan di benak mereka tapi satu yang jelas

'Di mana mereka ?'

"Kalo kita di sini ada kemungkinan kalau Abang kita juga ada kan ??" tanya Yushi di jawab anggukan kepala yang lainnya.

Mereka melangkah tak tentu arah hanya untuk mencari di mana Abang mereka dan tempat apa ini.

Tak lama langkahnya berhenti saat melihat siluet 7 pria di balik kabut tampak tengah saling bicara.

Semakin di kejar maka semakin jauh rasanya sulit untuk di gapai

"Abang" seruan Sakuya berhasil membuat langkah ke tujuh siluet itu berhenti

Kabut memudar menampakkan tujuh pria dengan pakaian serba putih bak pangeran kerajaan.

Satu dari mereka menoleh dan tersenyum

"Bang Jaem"

Yang lain ikut meboleh dan memberikan senyum tipis.

"Tunggu kami, jangan pernah menyerah"
.
.
.
.
Tujuh pria menatap nanar kepergian enam little anggle mereka yang tampak bahagia.

"Berbahagialah My anggle, jangan menunggu hal yang tak pasti"

Tak ada yang mencegah saat cahaya merenggut bayang bayang ke enam remaja itu.

Jaemin membuka matanya dengan nafas memburu dan keringat dingin yang menyelimutinya.

"Ada apa ??, menapa mimpinya begitu nyata"

Lengan meraih gelas di nakas dan menegak isinya hingga tandas.

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari padahal rasanya dia telah tidur begitu lama tapi nyatanya hanya setengah jam saja.

Jam menunjukkan pukul 2 dini hari padahal rasanya dia telah tidur begitu lama tapi nyatanya hanya setengah jam saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hai Zero mau hiatus selama libur lebaran.

Banyak typo bertebaran ya gak sih ??.

Btw kalian nemu cerita ini di mana ??, pengen tau aja sih hehe.

Maaf kalo ada kata kata yang kurang berkenan, mohon maaf lahir dan batin.

(Zero gak jago rangkai kata 😭)

Vomet ya bye bye, see you next time.

[1]My Anggle [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang