"Gaunnya terlihat sangat elegan."
"Ini memang gaun model baru! Pasti akan sangat terkenal!"
"Semua desainnya terlihat menarik!"
Banyak pujian yang terdengar di telinga Charlotte. Usahanya membuka toko ini memang tak mengkhianati hasil. Ini semua berkat desainer yang mampu mengadaptasi segala ide Charlotte ke dalam gambarannya. Charlotte memadukan desain modern dengan yang sedang hangat di kalangan anak muda. Hari ini pun butik didatangi banyak gadis muda yang senang dengan gaun model terbaru.
Tak hanya gaun, pakaian formal pria pun Charlotte buat. Dalam waktu singkat ia mampu membantu Sally untuk menata kain-kain di atas mesin jahit. Charlotte sukses membuat semua bangsawan melirik ke butiknya.
"Terima kasih sudah datang ke butik kami! Datang kembali, ya!"
Charlotte memeriksa keadaan butik yang tengah ramai. Samar ia mendengar suara semangat Sisy yang berada di kasir. Rautnya sangat senang melihat banyaknya antrean di kasir.
"Bawa masuk saja."
"Tapi di sini sangat penuh."
"Tak apa. Itu agar dia melihatnya."
Charlotte terkejut mendengar suara ribut-ribut dari pintu masuk butik. Ia bergegas berjalan keluar dari butik dan menemukan antrean kereta kuda di jalan. Beberapa prajurit yang bekerja di mansion Marquess mengangkat peti-peti dari kereta kuda dan menaruhnya ke dalam butik. Charlotte sangat terheran-heran karena ia tak memesan apapun dari supplier.
"Ada apa ini?" tanya Charlotte pada salah satu prajurit yang mengangkut barang.
"Itu ... Paduka Raja mengirim banyak hadiah untuk Nona Charlotte," jawabnya.
Charlotte mengerutkan keningnya. "Paduka Raja?" gumamnya. "Di mana dia?"
Prajurit menunjuk kereta kuda yang jauh di belakang antrean kereta barang. "Itu kereta kuda putih, Nona."
Tak lagi mengatakan sesuatu pada prajurit itu, Charlotte berlari ke kereta kuda yang dikatakan prajurit tadi. Melewati lima kereta barang, Charlotte sampai di kereta kuda berwarna putih, besar dan mewah. Tentu saja ini hanya milik pemimpin negara Albaland.
Orang itu duduk di dalam kereta kuda tapi tak sedikit pun melirik ke arah jendela. Charlotte memperhatikannya lewat jendela yang berada di pintu kereta kuda. Sayangnya, ia tak bisa berlari masuk ke dalam kereta itu karena pintu dijaga oleh dua pengawal istana. Charlotte meremas ujung roknya, menahan semua emosinya.
"Paduka tak turun?" tanya Charlotte pada pengawal istana yang berjaga.
"Belum, Nona."
Charlotte menghela napasnya. "Lama sekali! Aku ingin menemuinya! Aku ingin melihatnya!"
"Tidak bisa."
"RAFAEL!" teriak Charlotte.
Bukan hanya tengokan Rafael yang ia dapatkan, tapi ia tiba-tiba dikelilingi oleh pengawal istana yang mengacungkan pedang ke arahnya. Benar-benar sekelilingnya. Bahkan ia dapat merasakan di belakangnya pun ada tiga pedang yang siap menancap ke dalam tubuhnya. Namun, Charlotte tak merasa ketakutan. Pandangannya hanya lurus pada orang yang kini memperhatikannya.
"Keluarlah!" pekik Charlotte.
Rafael pun membuka pintu kereta kuda yang membuat jantung Charlotte berdebar. Sosok ini, yang lama tak ia temui kini berdiri tegap di hadapannya.
"Singkirkan pedang kalian."
Charlotte membeku. Dia benar-benar berdiri di hadapannya sekarang. Rafael memegang buket bunga minimalis di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya masuk ke dalam saku celananya. Rambut yang tersisir rapi, dia sangat tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Break The Marriage
FantasyCharlotte mati pada kecelakaan beruntun di ruas tol Cipularang, tapi seseorang datang padanya dan memberikan penawaran; mati atau hidup kembali? Dan Charlotte memilih untuk kembali hidup. Bukan hidup sebagai seorang pekerja kantoran lagi, ternyata C...