Chapter 26

1.9K 168 6
                                    

"Putri Alice."

Suara tegas Rafael menusuk kedua telinga Alice yang tengah memperhatikan gerak-gerik Rafael. Meskipun keduanya tengah berada di ruang kerja, tapi Alice tidak bisa mengalihkan fokusnya dari Rafael. Hal itu yang membuat Rafael tak nyaman. Sebenarnya ia tidak perlu sampai menemani bekerja seperti ini, lagi pula Alice bukan asistennya.

"Kenapa Rafa?" tanya Alice dengan suara yang ia buat selembut mungkin.

Walaupun Rafael berbicara Alice, tatapannya tak lepas dari dokumen-dokumen di hadapannya. "Aku tidak suka perilakumu pada Charlotte kemarin."

"Apakah dia benar Duchess? Kenapa dia harus berpenampilan seperti rakyat jelata? Atau justru dia yang menyamar jadi Duchess padahal dia memang benar pelayan?" tanya Alice menerka-nerka.

"Sudah aku katakan dia adalah Duchess yang akan bercerai dengan suaminya."

"Kenapa mesti bercerai? Bukankah hidup seorang bangsawan itu menyenangkan? Datang ke pesta, menikmati pesta teh, dan melahirkan anak. Begitulah tugas seorang wanita bangsawan," celoteh Alice.

Kali ini Rafael geram dengan perkataan Alice. "Lalu, apa tugasmu bila menjadi ratu?" tanya Rafael. Ia menahan nada bicaranya agar tidak terlalu ketus pada putri raja.

"Melahirkan penerus raja," jawabnya dengan sumringah.

Rafael tertawa. Jawaban yang tidak pernah ingin ia dapatkan saat ia bertanya pada calon ratu. Padahal sebelum jawaban itu, Rafael ingin jawaban lain. "Kalau begitu, aku hanya perlu menghamili perempuan, bukankah anak itu akan menjadi penerusku? Aku bisa melakukannya dengan siapa saja."

Alice mengepalkan tangan. "Itu sama saja seperti kau merendahkanku! Aku ini putri raja yang pasti memiliki nilai lebih!"

"Kalau begitu, apa kelebihanmu sampai aku harus memilihmu menjadi pendampingku?"

"Aku ini putri raja! Aku dibesarkan dengan pendidikan yang baik. Memangnya ada calon yang lebih baik dari putri raja? Aku ini rebutan para raja di benua ini!" Alice sedikit membentak Rafael.

Rafael tertawa kembali. Sangat lucu mendengarkan jawaban yang dilontarkan oleh Alice. "Lusa, aku akan mengantarmu kembali."

***

Persidangan.

Momen yang sangat mendebarkan bagi semua bangsawan yang hadir di ruang sidang. Semua berbisik tentang topik persidangan kali ini. Membahas tentang permasalahan Eidenburg yang belum usai, korupsi anggaran dana pembangunan jembatan, dan terkuak juga penggelapan pajak rakyat. Ini termasuk kasus yang besar bagi Albaland, apalagi dilakukan oleh seorang bangsawan bergelar tinggi.

"Sidang akan segera dimulai. Mohon hadirin tidak berbicara selama persidangan berlangsung."

Charlotte yang duduk di kursi paling depan itu merasa jantungnya berdegup kencang. Ia sudah melangkah sejauh ini dengan nekat. Tak banyak harapan yang tersisa karena akhir dari segala rencananya adalah persidangan ini dan menjatuhkan Erden beserta Irish sedalam-dalamnya. Ia sudah berusaha semampunya untuk mengumpulkan segala bukti dan saksi.

Erden dan Irish memasuki ruang sidang dengan tegang. Di belakangnya, prajurit istana mengawal agar kedua pelaku ini tidak kabur begitu saja. Para bangsawan mulai berbisik selama Irish dan Erden melewati mereka.

Charlotte sempat bertatapan dengan Erden ketika ia melewati tempat duduk Charlotte. Tatapan kosong yang didapatkan oleh Charlotte. Sepertinya Erden sudah pasrah menerima semua yang terjadi sekarang.

Begitu pelaku duduk, persidangan dimulai.

Hakim membacakan satu per satu tuntutan terhadap setiap pelaku.

Duchess Break The MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang