Charlotte tersenyum dengan tenang sambil memperhatikan wajah Sisy yang berkeringat. Sebagai penikmat teh, hal yang pertama ia lakukan adalah menghirup aroma teh. Jadi jika terlihat ada sesuatu yang berbeda, maka akan tercium. Lagipula ia sudah mengetahui jika teh ini adalah campuran dengan racun. Mungkin jika racun yang dicampur dalam jumlah sedikit tidak akan terasa, tapi karena cukup menyengat jadi Charlotte tahu racun ini banyak di dalam teko.
Sisy yang gemetaran itu menatap Charlotte memelas. Meski begitu, Sisy tetap menerima cangkir mewah yang dipegang Charlotte. Saat ia akan menenggaknya, tiba-tiba tangannya yang tremor itu melepaskan cangkir dan membuatnya jatuh ke atas lantai. Cangkir itu terpecah belah mengotori lantai di ruang makan dan juga menyiprat ke pakaian Sisy.
"Oh, aku baru tahu kalau teh meninggalkan bekas hitam di kain," ujar Charlotte dengan santai. "Kau sangat gugup sampai menghancurkan aset keluarga Duke? Tenang saja, aku masih punya satu teko lagi. Aku akan menyuruh Belia mengisi cangkir baru."
Kejadian itu sontak membuat koki dan pekerja lainnya terkejut. Konsistensi yang kental menjadi perhatian mereka.
"Ma--maaf, Duchess." Sisy berkata pelan.
"Kalau aku meminum teh beracun itu, apa kau akan bilang 'maaf' juga? Atau kau merasa bersalah?"
Sisy melirik Charlotte yang kini wajahnya berubah datar. "Maafkan saya, Duchess."
"Aku tidak akan bertanya siapa orang di balik semua ini karena aku sudah tahu." Charlotte berbalik dan duduk kembali di kursinya. "Aku sudah kenyang menikmati drama pagi ini. Kalian boleh kembali, kecuali Sisy."
Semua tampak takut untuk melangkahkan kakinya dari tempat itu. Namun saat wajah Charlotte memandang satu per satu, mereka bergegas pergi dari ruang makan dan meninggalkan Sisy yang menatap kepergian teman-temannya.
"Katakan pada Irish, kau sudah membunuhku."
***
Iroon menatap Charlotte gelisah. Kejadian dramatis di dapur sudah sampai ke telinga para pekerja bagian administrasi internal, alias asisten dan sekretaris Duke. Mereka sesekali menjenguk Charlotte yang duduk santai di meja kerja sambil membaca surat yang tiba ke mansionnya. Iroon bernapas lega setiap ia selesai melihat Charlotte yang masih segar bugar. Setidaknya, Charlotte yang sekarang ini tidak membuatnya kesulitan justru membantunya menyelesaikan pekerjaan.
"Duchess, Anda baik-baik saja?" tanya Iroon.
Charlotte mendelik mendengarnya. "Kau sudah lima belas kali bertanya hal yang sama, Iroon. Aku baik-baik saja." Tangannya melipat kembali surat dan memasukkannya ke dalam amplop pasangannya. "Kalau kau khawatir aku akan mati, itu tidak akan terjadi."
Iroon kembali bernapas lega. "Syukurlah."
"Irish dan Duke gagal membunuhku lagi, aku tidak bodoh, Iroon."
"Baik, Duchess!"
Iroon berpamitan untuk menyelesaikan pekerjaannya sedangkan Charlotte menatap punggung Uroon yang ditelan pintu. Begitu tidak ada seorang pun di dalam ruangan ini, Charlotte membuang napas beratnya dan membuka lagi satu per satu surat yang tadi diantar Iroon. Kali ini ia membuka surat dengan amplop berwarna hitam tanpa cap. Surat ini sepertinya sedikit rahasia.
Charlotte, ini aku Rafael.
Aku sudah memesan gaun untuk kau gunakan di acara Count Willows. Warnanya senada dengan milikku. Aku tahu karena Duke pasti akan mengajak Irish, jadi kau bisa menjadi pasanganku, kan?
Charlotte tersenyum membacanya. Ia hampir lupa untuk mengumpulkan bukti-bukti yang menguatkannya melayangkan perceraian mendesak. Ada beberapa alasan yang dapat diterima saat pengajuan itu, yaitu karena ancaman pembunuhan selama pernikahan, KDRT dan tidak adanya kesepakatan antara suami dan istri saat menikahi selir. Di dunia ini, menikahi selir diperbolehkan asalkan ada persetujuan dari istri sah. Peraturan seperti itu dibuat agar meminimalisir perselisihan antara anak dari istri sah dan selir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess Break The Marriage
FantasiCharlotte mati pada kecelakaan beruntun di ruas tol Cipularang, tapi seseorang datang padanya dan memberikan penawaran; mati atau hidup kembali? Dan Charlotte memilih untuk kembali hidup. Bukan hidup sebagai seorang pekerja kantoran lagi, ternyata C...