Chapter 27

1.7K 148 5
                                    

"Pundakmu sangat nyaman."

Alice menyandarkan kepalanya di atas pundak kanan Rafael sedangkan Rafael hanya diam sambil melihat ke arah luar kereta kuda. Sebenarnya posisi ini membuat Rafael tidak nyaman, tapi ia juga tidak bisa menolak Alice. Saat ia menolak Alice untuk duduk di sampingnya, Alice merengek dan tantrum di dalam kereta kuda. Hal itulah yang membuat Rafael merasa Alice tidak akan cocok dengannya. Bukan, lebih tepatnya Alice tidak akan cocok dengan posisi Ratu.

"Sebentar lagi kita sampai. Lima jam ternyata tidak selama itu," ucap Rafael tak peduli kata-kata Alice sebelumnya.

Alice melirik ke wajah Rafael. "Ah ... sangat singkat. Aku masih ingin di sini. Rasanya waktu berhenti berputar tapi ternyata berlalu begitu cepat."

Rafael tak menggubris perkataan Alice lagi.

***

"Aku bukan lagi kakak iparmu, jadi jangan temui aku lagi. Urusan kita sudah selesai." Charlotte menghela napasnya dengan berat. "Lagi pula, kau tidak mendengar rencanaku dengan baik. Untuk apa aku membantumu lagi?"

Lucas tersenyum tipis mendengar perkataan Charlotte. Memang salahmya tak begitu peduli tentang rencana Charlotte. Siapa yang akan percaya kalau seorang istri akan memenjarakan suaminya? Meski sekarang telah terbukti benar. Lucas sendiri akan naik menjadi Duke selanjutnya dan pelantikannya tak akan lama lagi. Seharusnya, ia berterima kasih pada Charlotte.

"Maafkan saya sudah melakukan semua itu tanpa sepengetahuan Anda."

Charlotte memalingkan pandangannya dari Lucas yang duduk di hadapannya. Seketika suhu di ruang tamu ini mendingin saat Lucas dan Charlotte saling diam. Charlotte sudah tak ingin ada interaksi antara dirinya dengan keluarga mantan suaminya.

"Tapi, Nona Charlotte tidak mau membantu saya untuk yang terakhir kali? Setelahnya saya tidak akan meminta lagi."

"Apa yang akan aku dapatkan jika aku membantumu? Aku tidak punya banyak kekuasaan untuk membantumu." Charlotte masih kesal mengingat kejadian saat Lucas menolak membantunya.

"Saya tidak bisa memastikan itu, tapi pekerjaan yang kemarin Nona lakukan sebagai Duchess tentu saja belum selesai. Jembatan Carbage misalnya."

Charlotte melirik Lucas dengan ujung matanya. "Ada apa? Itu sudah dilakukan oleh kakakku. Kalian tidak perlu repot memikirkannya. Semua biaya pembangunan ditanggung oleh Marquess Lushingtown. Maka kalian yang harus membayar pajak pada Lushingtown."

"Aku berbaik hati padamu, Lucas," lanjut Charlotte. Ia pun berdiri dari posisi duduknya.

"Posisi Duke ini sesuatu yang baru bagi saya. Saya mohon bantuan Nona." Lucas menahan lengan mungil Charlotte.

Tatapan sinis diberikan oleh Charlotte pada mantan adik iparnya itu. Ia tidak ingin ikut campur di tempat yang dulu menjadi neraka dunianya. Tempat yang menjijikkan dengan pemandangan yang sangat membuatnya tak habis pikir. Semua itu ingin ia kubur dalam-dalam.

"Harusnya aku tidak menerima tamu sejak awal. Kau sangat menyebalkan," gerutu Charlotte.

Lucas tersenyum. "Bagaimana jika kau menjadi Duchess lagi?"

Charlotte membulatkan matanya.

Seharusnya, ia tak pernah membuka pintu rumah dan dirinya untuk manusia-manusia tak tahu diri.

***

"Selamat datang di rumahku, Rafael."

Alice menyambut kedatangan Rafael di rumahnya dengan senang hati. Ini adalah istana tempat Alice tinggal di kerajaan kecil yang bernama Glovier. Suasana di Glovier ini lebih sejuk dibandingkan di Albaland. Suhu relatif rendah walaupun matahari bersinar terik di atas langit. Tidak heran karena wilayah Glovier ini memiliki banyak pohon besar, bahkan di tengah kota dan alun-alun kota.

Duchess Break The MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang