♬
♬
Pagi hari telah tiba..."Aku hampir jatuh saat naik sepeda" Jo berjalan di depan Harua dengan langkah mundur.
"Hei, lihat dasimu. Kenapa bisa begini?" Jo yang melihat cara pakai dasi milik Harua berantakan segera berinisiatif untuk memebenarkannya.
"Hei SHIGETA HARUA!! Minggir" Juju yang berlari dari arah depan tanpa permisi, mendorong kepala Jo hingga sang empu tersengkur lalu memeluk seseorang yang ia panggil.
"Ada apa dengan mu?" Heran Harua yang langsung membalas pelukan dari sang empu.
"Aku sangat khawatir denganmu" Jawab Juju cepat yang semakin mempererat pelukan.
Jo sendiri menatap Juju sengit. Ia tak menyangka akan di dorong olehnya demi dapat memeluk Harua.
"Maafkan aku"
Juju melepas pelukan. "Kau baik-baik saja sekarang?"
"Ya, aku baik-baik saja"
"Aku sangat merindukanmu" Juju kembali memeluk Harua tanpa memperdulikan Jo yang kini tengah berusaha berdiri dengan tatapan tak bersahabatnya.
"Jika kau pergi tanpa pamit lagi, aku tak akan menganggap mu sebagai temanku lagi" Harua tersenyum ketika mendengar penuturan sang teman.
"Kau akan tetap menghadiri festival bersama kami bukan?" Tanya Juju yang sudah melepas pelukannya.
"Tentu saja" Jawab Harua penuh semangat.
"Tapi... Ada satu hal yang mungkin akan membuatmu sedih" Juju memegang pundah Harua.
"Apa itu?" Juju menatap Jo sejenak.
♪
Ketiganya berdiri dengan pundak yang bersender pada jendela ruang latihan satu. Tatapan mereka kini hanya tertuju pada lantai yang sebelumnya terisi piano dengan lesu.
"Pikirkan saja sisi baiknya" Ucap Harua dengan senyum tak enaknya.
"Sayang sekali. Tapi apa boleh buat" Ucap Jo.
"Sejujurnya, tempat ini memang sudah mengerikan sejak awal. Jadi tak apa" Timbal Juju membuat kedua empu lain menoleh dengan kaget.
"Apa?" Ucap mereka.
Juju celingukan. "Tidak. Maksudku... Setelah ada ruang latihan baru, sebenar itu lebih bagus. Di sana juga ada AC. Kita juga tak perlu bersih-bersih lagi. Tak akan ada bau aneh" Sahut Juju dengan senyuman seakan berusaha membuat kedua orang lain itu percaya dan tak berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya.
"Ini tempat yang sangat penting. Kenapa kau bilang begitu" Lesu Harua.
Juju menunduk. "Maaf" Sesalnya.
"Kita cari lagi. Pasti ada tempat lain" Saran Jo yang prihatin melihat tatapan Harua yang memelas.
Ia menepuk pundak Harua pelan sebelum pergi.
"Ya, aku juga akan membantu mencarinya" Timbal Juju lalu menepuk pundak Harua dan menyusul langkah Jo.
Harua hanya padat memasang wajah lesunya lalu berdiri tegak dan mengikuti langkah kedua orang di deoannya.
Saat ia sampai di depan pintu, ia menoleh dan menatap ruangan itu sejenak. Setelahnya, ia menutup pintu dan benar-benar pergi meninggalkan ruangan latihan satu.
♪
Srek!!
Paman Deichi membuka gerbang yang menetup sebuah ruangan khusus di sebelah bar miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐡𝐞 𝐁𝐞𝐬𝐭 𝐏𝐢𝐚𝐧𝐨 𝐏𝐚𝐫𝐭𝐬 | 𝐉𝐨𝐑𝐮𝐚
FanfictionAsakura Jo kehilangan keinginan untuk hidup setelah kematian kakak laki-lakinya, yang merupakan seorang pianis jazz jenius. Bagi Jo, murid pindahan Shigeta Harua benar-benar tamu tak diundang. Harua telah memainkan musik jazz yang mengingatkan Jo pa...