14. Gavriell Yang Berantakan

645 60 9
                                    

Note : 32 Bab di Karyakarsa

We can talk about anything on IG (Angslayyy) and Tiktok (Angslayyy)

Enjoy 💋

***

"Untuk siapa tadi?"

Lily berjalan cepat menuju meja ruang tamu. Penasaran dengan paper bag yang baru saja diterima Bi Erni dari kurir. "Taruh sini," pintanya.

"Katanya untuk Bapak, Bu," jawab Bi Erni. Menaruhnya dengan sopan di depan majikannya. "Pengirimnya engga tau. Tadi dibilangnya begitu Bapak yang lihat bakalan tau dari siapa."

Jelas makin penasaran Lily dibuatnya kalau begitu. Ia ingin membuka isinya tapi sadar kalau tindakannya tidak akan sopan. Ini untuk Gavriell jadi dia tidak boleh membukanya lebih dulu.

"Bapak bilang pulang jam berapa?"

"Lagi di jalan, Bu." Erni memang orang yang selalu tahu kapan majikannya akan pulang dan pergi. Pelayan yang Lily bawa dari rumahnya itu selalu menjadi jembatan antara Lily dan Gavriell saat di rumah.

Erni masih ingat pertama kali Gavriell dan Lily menikah, keduanya selalu beradu mulut. Namun, melihat bentukan sprei di kamar Gavriell tadi siang, Erni jadi merasa lega. Dia berharap hubungan majikannya bisa menjadi lebih baik.

"Bawa ke ruang kerja Bapak aja, Bi, nanti saya tanya aja sama dia isinya apaan." Lily berdiri, hendak kembali ke kamar untuk mandi dan mengganti pakaian.

Dia baru saja menyelesaikan pembuatan kue yang dia pelajari dari youtube. Mengisi kekosongan waktu setelah Aurel pulang dari rumahnya.

"Saya senang, Bu. Hubungan Bapak sama Ibu sepertinya sudah mulai ada kemajuan." Erni menyamakan langkah dengan Lily, karena ruang kerja Gavriell sendiri berada di lantai dua.

Lily memajukan bibir, menahan diri agar tidak senyum malu-malu seperti anak muda yang baru mengenal cinta. Dia memang berusaha keras agar keluarganya menganggap hubungan dia dan Gavriell baik-baik saja. Namun, di rumah mereka sendiri dia tidak peduli.

Terserah pelayan di rumahnya mau menganggap seperti apa pernikahan mereka.

Jadi, wajar kalau Erni merasakan ada kemajuan di hubungan mereka.

"Baru kemarin loh, Bi." Lily berhenti membuat Erni juga melakukan hal yang sama. "Kami mencoba berusaha untuk membuat hubungan kami membaik. Doakan, ya," kata Lily dengan senyum lebarnya.

Bagi Erni yang mengenal Lily sejak masih kecil, tentu dia sudah hapal dengan ekspresi majikan satunya ini. Lily terlihat tulus meski agak canggung. "Bibi mah selalu doakan yang terbaik buat Ibu. Mulai masih saya panggil Non sampek Ibu jadi sedewasa sekarang."

Keduanya terkekeh. "Bagus, Bi, bagus. Teruskan."

***

Gavriell tiba di rumah pukul enam sore. Tampilannya sudah tak karuan, jas-nya tidak lagi ia pakai, dasinya sudah megendur, dan lengan kemejanya sudah ia gulung sampai siku.

Penampilan kacau yang jarang sekali terjadi.

Berangkat rapi dan pulang pun masih dalam kondisi rapi. Begitulah Gavriell Jason Hardy biasanya.

Jika dia dalam keadaan berantakan begini, maka sudah dipastikan suasana hatinya pun tidak karuan. Erni dan pelayan lainnya sudah hapal.

Karena itu, begitu tuan mereka menaiki tangga. Dengan cepat Erni meminta agar Gavriell dibuatkan susu hangat. Salah satu minuman yang sering kali diminta Gavriell saat dia dalam kondisi buruk.

Di kamarnya, Gavriell segera melempar diri ke ranjang. Ia sangat lelah dan pikirannya kalut. Ia menutup matanya dengan satu lengan.

"Permisi, Pak. Saya bawa susu hangat."

Sayang, Ini Yang Dinamakan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang