20

5 0 0
                                    

Sofie memfokuskan tatapannya ke belakang, mengamati makluh makluh misterius yg mengejar nya tadi. Maklukh yg berwujud anak anak dan para pengasuh tak berbentuk itu mulai tak mengejarnya. Ia dapat melihat Wajah mereka yg hancur namun tubuh mereka berubah arwah yg penasaran.

Saat sofie berlari, tanpa ia sadari. saat ia menatap kedepan. Dia mendapati dust telah berada di hadapannya. Dia terkejut dan berteriak. Sofie mencoba menghentikan langkah kakinya namun tak bisa hingga akhirnya mereka bertabrakan.

Sofie dan dust terjatuh secara bersamaan. Sofie terjatuh di atas dust. Dust menggeram kesal.

"Hey apa yg!?"

Ah.. maaf dust! Aku.. aku tadi melihat sesuatu.. dan mereka mengejarku.. lalu. Aku.. berlari.. dann.. " Sofie menjelaskannya dengan ketakutan, dia gugup.

Namun dust hanya diam, tatapannya dingin dan datar. Sofie menatap matanya dan menerawang.

Sans... Mereka tidak tenang.. mereka mengejarku.. mereka.. " Jelas sofie mencari pembelaan, namun kerutan sans semakin mengerut, dia diam.

Nak... Lebih baik kita kembali"

A-apa?"

Lewat sana? Kau gila?!" Nada sofie mulai meninggi, dia tak percaya dengan apa yg ia dengar.

Apa maksudmu dengan gila bocah?! Jalan satu satunya hanyalah di sana, dan kau akan pergi kemana!?!" Geram dust penuh kekesalan, hal bodoh apa lagi yg gadis gila itu akan lakukan. Sofie terdiam

Mereka.. hampir membunuhku... " Sofie menjeda.

Ba-bagaimana jika kita berteleport saj menggunakan kekuatanmu? Kan lebih enak dan lebih.. "

TIDAKK!!! AKU BILANG KESANA YA KESANA!" Bentak dust di puncak emosi. Cengkramannya di pundak sofie menguat, bahkan menekan di kulit bajunya. Nafas sofie mulai terdengar berderu. Dust mengatur emosi dan nafasnya yg berburu.

Dia menghelakan nafasnya. Sofie tak percaya, Ucapannya tak di percaya oleh dust. Dia menatap wajah dust. Wajah dust mengerut penuh keibaan. Tatapannya penuh kemarahan yg tak terucap.

Nak... Aku tidak percaya"

A-apa?.. ke-kenapa?"

Aku tidak percaya karena aku tidak melihatnya, dan kau hanyalah mengatakan yg terjadi di .. hah, imajinasimu" Ujar dust
Mata sofie membelalak mendengarnya.

Kau... Tidak percaya?" Lirih sofie menguatkan diri tuk bertanya. Dust menunduk, tak ingin menjawabnya.

Lalu.. kenapa kita tidak berteleport? Dimana kekuatanmu?"
Dust tetap diam, dia tak menjawab. Tatapannya kearah lain. Sofie mulai memahami sesuatu. Matanya membelalak seperti mengetahuinya

Mereka... Mengambil sihirmu?.." dust mencoba tak mendengarkanya.

Apakah benar dust?" Tanya sofie meminta jawabannya. Namun bukannya di jawab, dust justru menjauh. Dia.. merasa terhina.

Perbuatannya membuatnya kesal, sofie menarik lengan dust
"Dengarkan! Hey, lihat aku! Apa itu benar!" Desak sofie menarik kerah baju dust, memaksanya menatap matanya.

Dust terdiam sejenak, menatap kekhawatiran di matanya. Dia menggertak giginya, mencengkram tangannya.

APA YG KAU TAHU DENGAN ITU!? KAU HANYALAH BOCAH INGUSAN YG TIDAK MENAHU!!" Balasnya dengan berteriak. Penuh amarah dan emosi.

Sofie terdiam, nafasnya berderu. Dust dapat merasakannya. Namun emosinya semakin memanas di kepalanya.
Sofie mengatur nada bicaranya

Kenapa.. kau hanya diam?.. hey.. lihat aku" ujar sofie mencari kontak mata dust.
Sofie mendesaknya, hingga akhirnya ia mulai perlahan mendapatkannya. Dia memegang 2 bahu dust.

Hey... Lihat.. apa yg mereka lakukan padamu?" Ujar sofie nadanya halus. Dust mengalihkan pandangannya. Tetap tak ingin menjawab dan Sofie memahami lelaki itu.

Aku tidak tahu.. kau benar.. " ungkap sofie

Kau benar dust, aku memang tak tahu menahu... Tentang dirimu.. namun akulah mantan penghuni tempat ini, aku lebih tahu dari dirimu. Jadi... Katakan apa yg mereka lakukan?"

Saat menatap mata sofie, dia mulai terdiam. Kini amarahnya mulai memadam perlahan. Sebuah cahaya tulus itu menenangkannya. Namun dia tak bisa mempercayai gadis itu, dia tak mengenalnya. Lagian, siapa yg bakalan mempercayai sesama rival bebuyutan kan?

Sofie terdiam, dia menghelakan nafasnya.
Dia mencoba menyakinkan dust, namun.. kelihatannya dia tak berhasil. Sofie menyerah. Dengan mengingat kelakuan jahat yg pernah dia lakukan padanya, membuat hatinya sedikit getar.
Sofie menjauh. Ke2 bahunya turun.

"Baik.. kau takkan menjawab itu tak menjadi masalah, sekarang.. apa yg akan kau lakukan?"

Dust terdiam, dia menunduk sejenak lalu mendongak kearahnya.

"Mari kita ke halfway." lirih dust yg langsung memimpin jalan, dia meninggalkan gadis itu dalam kesunyian. Tanpa memikirkannya.

Setelah sofie masuk keruangan yg tertutup sebelumnya, dust menunggunya lagi di depan. Duduk di tempat duduk yg telah di sediakan sekaligus merenungkan semuanya. Dia menggosok wajahnya frustasi. Banyak sekali beban beban yg harus ia tumpuh.

"Entahlah.." dia menyerah. Dari sang boss yg menjadi sandera para ilmuwan bodoh itu, dan sebagian kekuatannya hilang karena di rampas. Dan sekarang dia harus menemani lalu mempercayai gadis ingsungan yg sok tahu itu? Dunia memang mengekangnya begitu kuat. Brengsek. Dia frustasi.

Pintu tiba tiba terbuka dan seorang dokter perempuan keluar menyapanya, wanita dokter berambut ungu menggulung di belakang tersenyum kepadanya.

Oh? Hi, dust. Hey apakah kau sibuk?"

Eh??.. " dust beranjak dari tempatnya. Apa?" Balasnya dingin. Dia sebenarnya enggan tuk menuruti mereka namun.. apa boleh buat.

Bisakah kau mengambil data kesehatan yg berada di ruangan opsiner bawah?"

Opsiner bawah?"

Iya itu berada di lantai bawah 3d di dekat lorong putih. Bisakah kau mengambilnya?" Dust berkedip, hati dan kepalanya sedang berkecamuk sejenak.

Baiklah aku akan mengambilkannya tukmu"
Balas dust menurut, dia berbalik dan pergi ketempat yg di jelaskan. Dia memutuskan tuk menggunakan lift, namun saat dia menghampirinya.
Lift itu justru di tutup. Dust terdiam.

Cih, brengsek. Ada aja masalahnya. Bikin kesal aja" gerutunya memilih pergi ke tangga darurat yg berada di samping lift.
Dust membuka pintu hijau itu dan masuk. 4G, itulah nomer yg dust lihat di sebelah pintu darurat saat ia masuk.

Dia termenung, mengingat tujuan sebelumnya.

Oh ya, di opsiner bawah dekat lorong putih ya? Berarti turun 1 lantai" Ujar dust menuruni beberapa anak tangga itu hingga ia sampai di lantai itu. 3G, dust membuka pintu itu dan menengok kiri kanan. Mencari jalan yg ia cari, dust menoleh keatas dimana panduan biasanya berada. Sebuah panduan persegi yg di gantung di atas

Kiri, ruang pasien. Kedepan ruangan pasien juga, dan kanan... Eh?" Saat dust membaca panduan itu, dia terhenti saat ia melihat sisi kanan panduan itu. Mereka hangus.. terbakar? Namun di sela sela benda itu terbakar tumbuhlah sebuah lumut.

Dust terdiam, dia tidak memahaminya.

Bagaimana bisa? Tempat sebersih itu bisa tumbuh lumut?" Dust termenung sejenak lalu menghiraukannya. Dia berpikir positive, mungkin saja mereka kurang bersih?. Dust memutuskan pergi kearah kanan tanpa mengetahui bahaya yg sedang mengintainya dari ujung lorong di depan. Mata merah sedang mengawasinya dari jauh.

Good monster {UNDERTALE fandom} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang