19

10 2 1
                                    

Dia bertanya kepadamu nak"

"Oh, aku sofie" Ujarnya

Nomer?"

Sofie mengintip kearah dust, dan dust memajukan kepalanya sesaat seperti memberi arti. Dia menunjuk kearah nomer di dada kiri sofie"Aku no.. 09"

Gadis itu menjawabnya dengan ragu kearah stacy, "oh baiklah. Silahkan memasuki ruangan yg ada di half way, aku akan mengantarmu" Stacy menarik tangan sofie tetapi sofie menolak, ia menepis tangan dust dan mengeram padanya. Stacy terdiam

"A-apa yg kau lakukan bocah!?!? Sudah pergi sana!" Lelaki itu justru berdecik tak mau, ia mencoba melepaskannya namun tak bisa. Ia terlalu menggeram padanya

"Kelihatannya dia terlalu menyukai dirimu"

"TIDAK!! DIA TIDAK-"

"Kalau begitu silahkan kesini, aku akan membawa kalian kesana"
Ujar stacy yg langsung memimpin di depan.
Sofie menoleh kearah dust, terlihat wajahnya marah kearahnya. Sedangkan sofie hanya tersenyum padanya dan melepaskan tangan dust. Dia membersihkan lengan jaketnya

Monggoh" dia mempersilahkan lelaki itu duluan kedepan, lelaki itu berdecak lagi dan mulai berjalan kedepan.

Disana mereka mulai berjalan kearah suatu ruangan dan mulai memasukinya, sofie disuruh memasuki ruangan yg ada di depannya, ruangan yg hanya di batasi oleh kaca dan pintu yg kemudian di susul oleh stacy.

Stacy menutup pintu yg dibatasi oleh kaca itu dan meninggalkan dust yg menunggu di luar. Dia membuka hpnya lagi, dan mulai membuka pembicaraan lagi dengan dia. Dia menatapi jawabannya yg terakhir

"Aku yakin dia bisa, jangan bunuh dia"

"Apakah dia yakin? Dia hanyalah gadis biasa yg gk ada apa apanya?" Sans terus mengamati pesan terakhir dia dan merenungkannya.

Bagaimana dia bisa yakin jika gadis bodoh itu akan membantu kita. Sans keluar ruangan lalu mulai menelpon lelaki itu, hpnya mulai berdering.

Halo?" Itu suara nightmares sans, dust mulai mengeluarkan suara. "Apakah kau yakin? Gadis itu bahkan takut dengan lorong apalagi dengan lelaki itu? Bukankah dia bisa mati?"

"Percaya padaku saja, dia cocok tuk kita buat sebagai assasin, gadis itu akan menjadi kunci kita tuk keluar"

"Apa? Kau pasti gila?"

"Segila gilanya aku, tapi gadis itu lebih gila daripada yg kau bayangkan"

Apa?"

"Dengar, jangan percaya pada apa yg kau lihat dust, jika saja bukan karena lab itu mungkin kau akan lebih parah daripada aku" dust terdiam.

"Saat aku bertarung dengannya, aku hampir kehilangan kepalaku jika saja dia tidak lengah. Aku bisa merasakan kekuatannya dan aku rasa kekuatannya bisa melebihi tempat ini, aku yakin gadis itu bisa kita andalankan." Ujar nightmares

"Woi woi, a-apa? Ba-bagaimana bisa?!"

"Kau akan tahu"

tit! Nightmares sans mematikan teleponnya seketika, dan membiarkan dust begitu saja. Sedangkan dust tak percaya dengan apa yg barusan dia dengar dari gadis itu, lelaki itu... berkata seperti orang lemah, apa apaan ini?!?!. Apakah dia sedang tertidur? Ataukah ini hanyalah mimpi buruk yg berterusan? Bossnya yg paling ditakuti takut oleh semua orang takut pada seorang gadis kecil

"Ini tidaklah masuk akal"
Umpatnya dengan tidak percaya, lalu klek!" Pintu dari ruangan yg ia tinggali tiba tiba terbuka. Sofie yg barusan keluar pun menoleh kearah lelaki yg terduduk di tempat duduk luar ruangan. Dia menatap lelaki yg termenung, keringat panas dingin itu dengan bingung.

"Dust? Kau tidak apa apa?" Dust menutup ke2 matanya dengan penuh kebingungan, ia menatap bawah dengan penuh stres. "Dust? Kau mau kuambilkan air? Atau sesuatu yg lebih menenangkan?" Nafas dust yg tersengah sengah membuat sofie cemas.

Dia perlahan mendekati lelaki itu dan duduk di sebelahnya, "sans?-"
Tetapi tiba tiba lelaki itu mendorongnya menjauh

"Pergi! Jangan mendekat! Kau tak perlu melakukannya nak!, aku baik baik saja"

"Ta-tapi kau... tampak tidak baik baik saja" Sans menutupi seluruh wajahnya, ia mulai membuka sela sela tangannya dan melotot kearahnya. "AKU BILANG PERGI!!!"

Reaksi yg diberikan dust sekali lagi membuatnya ketakutan, dan kali ini gadis itu memutuskan tuk pergi. Ia pergi meninggalkan lelaki itu, dan tak tahu kemana.
Sofie pergi meninggalkan dust dalam keadaan seperti itu, tapi mau bagaimana lagi.

Gadis itu berjalan di tengah tengah lorong yg hening dan kosong itu. Ia berjalan dengan menggosok gosok tangan kanannya dengan grogi, semua kenangan itu perlahan bermunculan di kepalanya. Beberapa bayangan orang mulai berjalan dari ruangan ruangan yg ada didepan dan belakangnya

Suara ramai mulai memenuhi ruangan, suara ramai bagaikan pasar itu merusak gendang telinganya. Mereka semua berjalan keluar masuk ruangan yg ada di kiri kanannya, sofie berlari kedepan, mencoba menjauhinya. Tetapi semakin ia menjauh semakin keras suara itu. Gadis itu menunduk tak berani menatap depan, dan terus berjalan kedepan.

Dan terus berjalan kedepan tetapi orang orang itu justru menghadangnya, membuat suara disana semakin keras. Dan semakin keras, Gadis itu sekuat tenaga mencoba menutupi telinganya agar tetapi suara itu membuat telinganya berdarah.

Sofie!!

Sofie!!!

Sofie!!! Tolong kami!!

"Tidak!! Pergi! Aku tidak bersalah!! Aku tidak melakukannya!!" Gadis itu berteriak dengan sangat keras, Benar benar keras tetapi suara itu tak kunjung menghilang justru meribut di dalam kepalanya.

Ini salahmu!!

Semua salahmu!! Dasar pembawa sial!!

Bawa kami pulang!!

Sofie!!

Sofie!!!

Sofie!!!!! Makluh makluh itu membundari di hadapan sofie sehingga membuatnya berputar, ia berlari, tetapi sesaat gadis itu berbalik kearah belakang, makluh yg sangat besar, benar benar besar melebihi ruangan itu mengejarnya dengan sangat cepat. Wajahnya menjijikn seperti zombie, dan ia tak tahu darimana monster itu berasal

Sedangkan dust yg telah sembuh dari depresinya, mulai menenangkan dirinya sendiri. "Ya ampun papy, apakah ini seperti mimpi burukku yg lainnya?"

"Kenapa semua mimpi buruk ini selalu menghantuiku, tidak yg ini, yg itu, yg itu lagi!! Dasar mimpi brengsek!! Aku capek!!" Ujarnya dengan sangat keras. Lelaki itu berhenti dan melangkah ketengah lorong.

Sofie berlari dan terus mengamati belakangnya agar ia dapat menjauh dari monster itu tetapi tak ia sangka, dengan gadis itu tak melihat kearah depan, ia justru tak melihat apa yg ada di depannya. Gadis itu senang ketika ia tahu jika monster yg ada di belakangnya telah berhenti mengejarnya dan menjauh tetapi ketika ia menoleh kedepan, ia tak dapat mengerem laju kakinya ketika ia mendapati dust yg berada tepat di depannya.



Good monster {UNDERTALE fandom} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang