20.END

14 2 0
                                    

.

.

.

"Jangan pernah kau sentuh adikku, Bit*h!" ucap seseorang yang berada di ambang pintu.

Seseorang itu adalah Rico, Rico menembak Mia langsung dibagian kepalanya hingga ia sudah tidak sadarkan diri.

"MIA!" pekik kaget Khai, Khai melihat Mia yang sudah tergeletak di bawah dengan bersimb4h d4r4h. (Disini yang jadi mafia Rico atau Raksa sih? Kok, malah Rico yang kejam nya).

Mia terlihat tak percaya yang sahabat nya sudah tidak bernyawa lagi.

"Dirimu sudah dikepung, dan tidak ada celah itu melarikan diri. Apakah orang-orangmu yang lemah itu sudah kalah!" Rico menatapnya dengan tatapan sengit. Khai terlihat pucat, bagaimana nasibnya sekarang. Dan ya, preman suruhannya sudah tidak berdaya atau sudah dikalahkan oleh Raksa dan Dev.

"Dev, bawa ke-dua wanita itu dan bawa kemarkas, aku akan membuat mereka pelajaran," titah Raksa pada Dev. Dev hanya mengangguk dan menyuruh suruhannya untuk menyeret tvbuh Khai dan Mia yang sudah tak bernyaw4.

Khai sempat memberontak membuat Dev harus memukul bagian belakang Khai hingga pingsan. Dan begitu pula dengan Rico, ia menghampiri sang adik yang terlihat lemas. Dirinya mulai membuka ikatan tali tersebut hingga lepas.

Mata Rico mulai berkaca-kaca dan memeluk tubuh Ara. "Maaf, Abang enggak becus jaga kamu, Rara!" lirihnya dengan suara puraunya.

"Ini bukan salah Abang," sahut Ara dengan nada lemah.

Terlihat mata Raksa memerah, karena melihat gadisnya itu dipeluk oleh Rico.

Dirinya menghampiri mereka, dan Raksa langsung melepas paksa pelukan itu. "Lepas! Jangan pernah kau peluk gadisku!" ucapnya dengan ketus.

Rico menatap tajam ke arah Raksa. "Gadismu? Dia adalah adikku! Aku lebih punya hak daripada dirimu!" ucapnya dengan emosi.

"Cihh, tetap saja dia adalah gadisku, dan akan ikut bersamaku!" ucapnya dengan nada songong.

"Kau?!" geram Rico.

"SAMPAI KAPAN PUN, AKU TIDAK AKAN MERESTUI MU DENGAN ADIKKU?!"

Bughh!!

Rico menyerang Raksa dengan pukulan di bagian wajah. Begitu pun Raksa yang membalasnya juga, hingga mereka bertarung dengan sengit. Ara yang melihat itu hanya menarik nafas panjang. Dirinya tengah lemas malah disuguhi dengan perkelahian abangnya dengan Raksa.

"Berhenti!" teriak Ara sekuat tenaga untuk memisahkan mereka. Tapi mereka seakan tuli dan tidak mendengarkan teriakan dari Ara.

Hingga pada akhirnya meraka berdua mengeluarkan senjata, yaitu pist0l. Sehingga Raksa menongkan pist0l pada Rico, begitu juga dengan Rico yang sama-sama menodongkan senjata api itu.

Ara yang melihat itu semakin panik. Dirinya berpikir keras untuk memisahkan mereka. Hingga ide terlintas dibenaknya. Ia meraih pistol yang tergeletak di bawah lantai. Dan kemudian menodongkan senjata tersebut pada dirinya sendiri.

"KALIAN BERHENTI BERKELAHI ATAU DITERUSKAN?!" teriaknya membuat Raksa dan Rico menurunkan senjata itu.

"Ara," beo mereka berdua.

"Dek, tolong turunin, ya, senjatanya? Itu bahaya, lho," bujuk Rico.

"Heii, jangan nekat, sayang!" panik Raksa.

"KALIAN PILIH DAMAI DENGAN AKU YANG SELAMAT ATAU AKU MAT1 TAPI KALIAN LANJUTKAN PERKELAHIAN ITU?" ancam Ara.

Mereka tampak sedikit terkejut, bagaimana ini? Merdeka sama-sama tidak ini berdamai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝗔𝗥𝗥𝗘𝗞𝗦𝗔 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang