***
Saat ini Bianca tidak Sekolah, ia di scors selama tiga hari untuk menebus segala kesalahannya. Bianca terus saja terdiam di hadapan televisinya, berbeda dengan pikirannya yang sedang bercabang-cabang.
"Ca? Demi apapun itu bukan gue..."
Suara itu... Suara itu masih terdengar jelas ditelinga nya. Bagaimana caranya Zhivanna menangis dihadapan Bianca untuk pertama kalinya, bagaimana seorang Zhivanna menjerit kesakitan karena ulahnya.
Dan, suara itu akan selalu menghantui Bianca.
"Lo yang bajingan bangsat! Lo tuduh Anna dengan alasan yang gak jelas!"
Bianca menggeleng sebagai sanggahan, ia sudah benar. Karena memang Zhivanna pelakunya.
"Liat Ca! Liat! Itu bukan sepatu Anna! Dia pake sepatu yang sama. Lo salah sangka anj—"
"Otak lo udah di cuci El? ORANG SEJAHAT DIA GAK PANTES DIBERI KEHIDUPAN!"
"STOP CA! JANGAN GILA! LO HAMPIR BUNUH ANAK ORANG TANPA BUKTI YANG BENER SIALAN!"
"ARGHHH!!" jerit Bianca melemparkan bantalnya ke sembarang arah. Ia kembali fokus dengan pikirannya.
"Kalo sepatu itu tanda bukti, kenapa Anna punya yang masih bersih terus lagi dipake? Apa orang itu sengaja ngejebak Anna biar gue nuduh dia? Arghh!!!" ia merutuki nasibnya nanti, jika benar Zhivanna dijebak maka sudah jelas itu juga merugikan dirinya. Mungkin jika Bianca tahu jika ini hanyalah jebakan untuk Zhivanna, ia tidak akan menghakimi Zhivanna hingga membenturkan kepala gadis itu ke lapangan dan berakhir dirinya di scors oleh pihak Sekolah selama tiga hari.
"Siall sial! Kenapa harus ribet banget sih hidup gue?!"
Decitan pintu kamarnya terdengar, tampak Mbak Fia di baliknya. Wanita itu tersenyum manis menyapa anak majikannya, "Mbak bawa makanan buat Non, kamu belum makan dari kemarin sepulang Sekolah 'kan?"
Bianca mengangguk pelan. "Simpan aja di sini, nanti Caca makan Mbak."
Mbak Fia manggut-manggut, kemudian menyimpannya diatas nakas yang sudah Bianca tunjuk barusan. Tidak lama, Mbak Fia segera pergi keluar lagi.
Bianca kembali fokus ke depan, ia sedang duduk bersila diatas kasurnya dengan bantal yang ia peluk. Ada sedikit rasa bersalah yang menghantui Bianca, tetapi ia juga masih marah kepada pemilik sepatu tersebut.
"Arghh!!!" jerit Bianca menjambak rambutnya frustasi. "Gara-gara jebakan itu gue hampir bunuh anak orang!" Bianca menggigit kukunya, ia masih memikirkan bagaimana kabar Zhivanna yang kepalanya ia benturkan di lapangan beberapa belas jam yang lalu.
Bianca menggeleng sebagai sanggahan. "Nggak, Bianca nggak salah! Gu-gue udah ngelakuin hal yang bener kok, Sandra aja pasti tau kalo Anna salah!" ujarnya meyakinkan diri ia sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Rajawali
Novela JuvenilUmur hanyalah angka, kematian tidaklah harus menunggu hari tua. Maka besok, akulah yang akan mengantarkannya dengan sebuah berita kematianmu. -Secret . . . "Usik kami? Maka pulang tanpa nyawa." -Vanostra Gang- Bagaimana rasanya jika cinta kamu tidak...