***
Kamis ini, Zhivanna sudah kembali mengikuti pembelajaran seperti biasanya. Tidak lupa juga ada Elan yang selalu senantiasa mengantar jemputnya kemanapun Zhivanna pergi selayaknya sopir pribadi. Saat ini Zhivanna dan Elan sudah berada di perjalanan menuju Sekolah mereka berdua menggunakan mobil hitam kesayangan cowok itu.Selama diperjalanan tidak ada yang membuka suara lebih dulu selain Elan, topik itu terkesan sangatlah tidak jelas karena keduanya sama-sama canggung. Suasana pun kembali hening, dan sekarang mereka telah sampai di gerbang Sekolah. Cowok itu segera memarkirkan mobilnya dengan tepat.
"Lo masuk duluan aja El, gue ada perlu sebentar sama Jesi. Bilang sama Siska dan Naura kalo mereka nyariin gue!" ucap Zhivanna dengan spontan, dengan gerakan cepat gadis itu keluar dari mobil Elan dan berlari kecil menuju lapangan belakang.
Tentu saja tindakan itu membuat Elan bingung setengah mati, cowok itu berniat untuk mengekori Zhivanna dari belakang. Tidak lupa sebelum ia pergi meninggalkan mobilnya cowok itu sudah lebih dulu mengunci kendaraannya.
Kaki jenjangnya melangkah lebar mengekori gadis berkuncir kuda, seketika langkah ia terhenti saat mendapati Zhivanna bertemu dengan Jesi. Awalnya masih terkesan biasa-biasa saja, mereka saling bertanya kabar satu sama lain. Namun, ada yang aneh setelah itu. Tampaknya Zhivanna mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, Elan lihat betul jika itu adalah sebuah kotak.
Disisi lain Jesi kebingungan dengan maksud Zhivanna barusan, ia pun menerima kotak tersebut dan membukanya dengan perlahan.
Kedua bola matanya membulat sempurna. "Lo?"
"Iya."
"Gue di teror sama mawar kuning," tambah Zhivanna dengan dingin.
Jesi menarik satu alisnya bingung. "Kenapa lo nggak cerita?" tanya Jesi tidak habis pikir dengan sahabatnya selama di ekskul Karate.
Zhivanna memutar bola matanya jengkel. "Lo 'kan dalang dari semua ini? Ngaku aja, bukti udah kuat Jes!" tuduh Zhivanna dengan spontan.
Jesi terdiam beberapa saat. Kemudian kepalanya refleks menggeleng sebagai jawaban atas pernyataan Zhivanna barusan. Tangan Jesi mulai meraih sepucuk surat di dalamnya, membacanya secara perlahan didalam hati.
"Gue emang suka mawar kuning Na, tapi bukan berati gue yang neror lo." ucapnya dengan jujur tanpa ada sedikitpun hal yang gadis itu tutupi dari Zhivanna. "Disini gue juga tau kondisi lo lagi gimana, gue nggak akan sebejat itu buat neror lo Na." Jesi menatap dalam kedua iris coklat gelap Zhivanna.
Zhivanna mendecak singkat. Ia kemudian merampas kotak tersebut, "Terus siapa? Orang yang sebelumnya pergi ke kamar mandi kamar gue tepat sebelum teror ini itu cuma lo, elo Jesi! Nggak ada orang lain lagi yang masuk ke kamar mandi gue," jelas Zhivanna cukup merasa jengkel dengan respon sahabatnya yang tak kunjung mengakui.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Rajawali
Ficção AdolescenteUmur hanyalah angka, kematian tidaklah harus menunggu hari tua. Maka besok, akulah yang akan mengantarkannya dengan sebuah berita kematianmu. -Secret . . . "Usik kami? Maka pulang tanpa nyawa." -Vanostra Gang- Bagaimana rasanya jika cinta kamu tidak...